23. Curhat

3.1K 248 1
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Waktu istirahat sudah selesai lima belas menit yang lalu, tapi perut Alana masih saja lapar.

Alana yang masih kesal dengan kelakuan sang bos memilih untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Sebenarnya bisa saja Alana meninggalkan pekerjaan miliknya dan berjalan menuju ke kantin. Namun, dirinya memilih untuk tetap pada posisi.

Daniel sang bos bisa memarahinya habis-habisan nanti. Lagi pula, pria itu hanya berbaik hati saat ada maunya saja.

Pandangan Alana masih terfokus pada layar komputer di depannya saat Daniel kembali meneriaki nama gadis dengan paras ayu itu.

"Alana!" teriak Daniel dari bilik kerjanya.

Alana yang mendengarkan hanya memasang raut wajah malas. Apa yang akan pria itu katakan lagi padanya?

"Iya, Pak! Ada apa?" balas Alana tanpa beranjak dari kursinya sama sekali.

Merasa tak ada lagi sahutan dari sang bos, Alana memilih untuk tetap duduk di kursi miliknya.

"Alana!" Kembali teriakan itu menggema memanggil nama sang sekretaris.

"Apa, sih, Pak?! Ganggu aja, dah!" teriak Alana kesal. Alana bahkan mengacak-ngacak rambutnya sendiri karena menahan kesal.

Gadis itu tidak bergerak sama sekali dari kursi yang ia duduki. Alana malah semakin menulikan telinganya saat teriakan milik Daniel terdengar.

Berbeda dengan Alana yang tak memedulikan teriakan sang bos, Daniel yang berada di seberang bilik justru merasa kepanasan.

'Gila tuh, anak. Ngapain aja, sih sampai nggak kedengeran gitu?' batin Daniel kesal.

Pria itu mulai berjalan menuju bilik kerja Alana. Langkah kakinya bahkan sampai bisa terdengar dengan jelas.

"Alana Adiatama!" teriaknya lagi saat sampai di pintu yang menghubungkan ruangan bos dan sekretaris itu.

"Eh, ayam! Ayam!" latah Alana dengan suara nyaringnya.

"Mampus, jadi latah, 'kan. Kamu kenapa nggak nyaut waktu saya panggil, hah?!" omel Daniel yang tak bisa menahan amarahnya.

"Y–ya maaf, Pak. Lagian si Bapak waktu disahutin nggak langsung ngomong mau apa. Ya udah, saya duduk lagi aja di sini," sanggah Alana santai.

"Apa kamu bilang? Kan, bisa langsung ke ruangan saya, Al! Kenapa harus nunggu perintah dulu?" omel Daniel lagi.

"Lah, emang boleh?" tanya Alana dengan polosnya yang justru membuat Daniel semakin kesal.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang