42. Akad Nikah

5.7K 311 11
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.


Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Cahaya matahari masuk melalui jendela dan langsung mengenai tubuh gagah seorang pria dengan darah blasteran Australia–Indonesia.

Dengan enggan, Daniel bangkit dari tidur malamnya. Pria itu lalu berjalan menuju ke wastafel untuk membasuh mukanya yang terlihat kacau.

Hampir semalaman Daniel tak bisa menutup matanya. Daniel baru bisa menutup matanya dan mengistirahatkan pikirannya usai salat subuh dilaksanakan.

Dari semalam, pikiran Daniel terus saja melayang kembali ke pertemuannya bersama Galuh seminggu yang lalu. Pikirannya seakan-akan terjebak dalam dimensi waktu tersebut.

Karena itulah hampir semalaman Daniel tidak dapat menutup matanya. Pria itu bahkan bangun dalam keadaan yang kacau.

Usai membasuh mukanya, Daniel kembali lagi ke kamarnya. Pria itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang yang luas. Sembari menatap ke bawah, tangan Daniel bergerak meraih secangkir air putih yang berada di atas nakas.

Selesai meneguk air putih miliknya, tangan Daniel kembali bergerak untuk menaruh cangkir itu di atas nakas seperti posisi semula.

Sambil mendongakkan kepalanya, Daniel menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Daniel lalu mengalihkan pandangannya kepada sebuah undangan yang berada di atas nakas. Undangan pernikahan yang ia terima langsung dari sang gadis saat sedang berkunjung hari itu.

Dengan teliti, Daniel membaca nama-nama yang tertera di dalam sana. Jemarinya mengusap pelan nama seorang gadis yang sempat menemaninya dalam beberapa bulan ke belakang.

"Selamat, ya. Hidup kamu ke depannya mungkin akan lebih bahagia dari yang sebelumnya. Saya percaya dia laki-laki yang baik untuk kamu," gumam Daniel dengan terus memperhatikan undangan pernikahan itu.

Daniel merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar dengan seksama, lalu menghembuskan napasnya pelan.

"Semuanya tergantung sama kamu!"

Kata-kata milik Galuh terus saja terngiang-ngiang di kepalanya.

Tergantung padanya? Mana bisa. Daniel hanyalah orang asing yang secara tak sengaja menaruh hati pada seorang gadis lugu.

Lalu bagaimana mungkin semuanya tergantung pada Daniel? Lelucon macam apa yang nantinya akan dirinya perbuat.

"Mencoba melupakan Alana tidak akan membuat dia kasihan dan akan kembali kepada pecundang seperti kamu."

Lagi dan lagi, perkataan milik Galuh kembali terngiang di kepalanya.

"Saya bukan pecundang! Yang saya lakukan adalah sebuah bentuk dari rasa malu yang selama ini bertahan," gumamnya pelan.

Mengingat bagaimana Daniel membiarkan Alana pergi begitu saja dari kantor membuat Daniel merasa malu. Apalagi dengan tingkahnya yang sok melupakan Alana di dalam hidupnya.

Dengan santainya ia mengucapkan kata cinta pada gadis lugu, lalu dalam hitungan menit merelakan gadis lugu itu pergi dalam hidupnya. Bagaimana mungkin Daniel tak malu?

Mencari tahu tentang keberadaan Alana hanyalah alasan agar dirinya mampu memaafkan kesalahannya Alana.

Puncaknya saat Daniel datang dan bertemu Alana di rumah gadis itu sendiri. Cuman kalau sudah menaruh rasa, kita bisa apa?

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang