⛔ Follow sebelum membaca ⛔
Ps: untuk membaca season 2, kalian bisa langsung lompat ke bab dengan judul S2 di depannya.
•••
'D' for "Duda" or 'D' for "Daniel"?
Pernah lihat duren yang dibekukan? Kalau belum, maka biasakan. Karena sekarang kamu akan t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri. Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.
Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini. Terima kasih.
Follow IG: syhnbahy__
•••
Entah hanya perasaan Daniel saja, atau akhir-akhir ini Alana seperti menjaga jarak dengannya.
Misalnya saja pagi ini. Alana yang biasanya datang mendekati jam masuk kantor, kini datang lebih cepat dari biasanya.
Tidak hanya sampai di situ, Alana bahkan menjawab pertanyaan Daniel dengan sangat singkat.
"Alana," panggil Daniel pelan. Pria itu sedang berhadapan dengan Alana sekarang.
Ruangan Alana yang tergolong cukup besar, sekarang sedang dihuni oleh Daniel dan Alana. Gadis itu masih saja menyibukkan diri dengan komputer yang ada di hadapannya.
"Ada apa, Pak?" tanya Alana sopan. Matanya menatap Daniel sekilas, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke layar monitor.
"Kita makan siang bareng, bisa?" tanya Daniel dengan nada suara yang masih sama.
"Saya masih sibuk, Pak. Lain kali aja, ya," tolak Alana.
"Jangan bohong, Al. Pekerjaan kamu nggak sebanyak itu sampai-sampai kamu terus sibuk sama kerjaan," balas Daniel sedikit emosi.
Pria itu menatap Alana tajam, tangannya terkepal di bawah meja. Dengkusan napasnya bahkan bisa Alana rasakan.
"Di kontrak saya tidak mengatakan kalau saya harus menemani Bapak makan siang. Jadi, Bapak bisa makan siang sendiri saja. Terima kasih karena sudah mengajak saya," ujar Alana menjelaskan alasan dirinya menolak ajakan Daniel.
Masih dengan tatapan yang sama, Daniel kembali berucap pada Alana.
"Oh, begitu? Bukannya di kontrak kerja kamu jelas tertulis kalau kamu harus mengikuti setiap kemauan saya?"
Alana menarik napas panjang. Sangat malas baginya berdebat dengan Daniel sekarang.
•••
Sebuah kafe dengan nuansa modern menjadi pilihan Daniel saat melakukan sesi makan siang bersama Alana.
Kafe yang sangat cocok untuk sepasang muda mudi yang ingin berpacaran.
Daniel berjalan di depan Alana, kemudian berjalan memilih meja yang berada di dekat jendela. Pemandangan yang bagus bisa Daniel rasakan dari dalam sini.
Sementara itu, Alana hanya mengekor di belakang Daniel. Hening, sunyi, dan tenang. Gadis itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun saat mengekor.
Daniel mendahului Alana untuk duduk di kursi. Sambil memandang ke arah jendela, sesekali Daniel melirik Alana yang berada di hadapannya.