S2. 21

2.5K 177 0
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

•••

Alana berjalan sambil melihat-lihat ke arah perlengkapan bayi yang tersedia di dalam toko. Sesekali, Alana dan Daniel berhenti untuk melihat dengan lebih detail.

"Mas, coba kamu lihat pakaian yang ini. Aku suka banget sama warnanya. Menurut kamu gimana? Bagus, 'kan?"

"Iya, bagus. Kalau suka, kamu ambil aja."

"Okedeh."

Mendengar obrolan singkat antara sepasang suami-istri membuat Alana memalingkan wajahnya kepada mereka.

Sedikit menyipitkan matanya, Alana memperhatikkan kedua orang tersebut dengan detail.

"Nic?" Alana bergumam dengan tatapan yang masih mengarah ke arah sepasang suami istri tersebut.

"Hah?" Daniel yang tak sengaja mendengar, membeo pelan ke arah Alana.

"Nggak apa-apa, Mas. Keknya aku kenal, deh sama orang itu," ucap Alana sambil menunjuk ke arah pria yang ia yakini sebagai Nic.

"Yang mana? Emang kamu tau itu siapa?" tanya Daniel.

"Yang itu loh, Mas. Dari perawakannya, dia kek Nicholas, ya," jawab Alana dengan tangan yang masih ditunjukkan ke arah orang yang sama.

Daniel lalu menyipitkan matanya, persis yang seperti Alana lakukan.

"Oh iya, bener itu Nic," monolog Daniel dengan tetap menatap ke arah pria tersebut. "Terus kalau itu Nic, kamu mau apa? Nyamperin dia?"

"Ya iya dong, Mas. Keknya Nic dateng bareng Bu Viona. Mending samperin aja. Ayok." Alana kemudian menarik pergelangan tangan Daniel.

Perut Alana yang semakin membesar, membuat harus berjalan dengan sedikit menangkangkan kakinya.

Jaraknya bersama Nic kini semakin dekat. Sementara Daniel yang digandeng Alana berjalan dengan ogah-ogahan di belakang Alana.

Alana menepuk pundak Nic pelan, lalu menyapa, "Nic?"

Nic yang disapa Alana seketika membalikkan badannya, dan menatap Alana dengan raut wajah yang terkejut.

"Alana?!" Nic yang tak menyangka akan bertemu dengan Alana di toko perlengkapan bayi, memberikan senyum lebarnya.

Nic lalu memeluk Alana sekilas dan sedikit berbasa-basi. Nic lalu menggeser sedikit posisi tubuhnya dan menarik Viona yang berada di belakangnya ke hadapan Alana.

"Ayok, Yang salaman dulu sama Alana," titah Nick halus pada sang istri.

Tanpa membantah, Viona langsung memberikan pelukan hangat kepada Alana. Senyum manis juga wanita itu berikan kepada Alana.

"Kalian ke sini berdua aja?" tanya Alana berbasa-basi.

"Iya, nih. Kita cuman berdua, aja. Kita lagi nyari baju buat anak kita," jawab Viona semringah.

"Buat anak? Kalian udah punya anak? Wah, selamat, ya. Anaknya cewek apa cowok?" tanya Alana yang semakin antusias.

"Anak kita cowok, Al. Sekarang dia lagi di rumah neneknya," jawab Nic. "Terus kamu datengnya sama siapa? Lagi hamil besar gitu mau jalan sendiri?"

"Aku datengnya sama Mas Daniel," jawab Alana pelan.

Alana kemudian berbalik dan menarik Daniel yang terlihat enggan untuk menyapa Nic dan Viona.

"Mas ayo sini. Salaman dulu sama Nic," bisik Alana yang masih sibuk menarik Daniel.

Akhirnya, mau tak mau, Daniel harus menuruti keinginan Alana. Daniel lalu bersalaman dengan Nic.

"Hai, gimana kabarnya?" tanya Daniel berbasa-basi.

"Baik. Lo sendiri?" balas Nic.

"Kabar gua bagus, kok. Oh iya, selamat ya atas kelahiran anak kalian," ucap Daniel.

"Makasih, ya, Dan. Kalau gitu, kita pamit pulang, ya," pamit Nic pada Daniel dan Alana.

"Oh iya, Nic. Hati-hati di jalan, ya," jawab Alana.

Nic dan Viona kemudian berjalan meninggalkan Daniel dan Alana yang masih berdiri di tempat mereka.

"Mas ini gimana, sih? Kalau ketemu sama orang itu, bisa nggak yang sopan dikit?" omel Alana.

"Yang sopan kek gimana lagi, sih? Aku kan udah salaman sama dia. Udah basa-basi juga lagi," sanggah Daniel.

"Ya mukanya nggak usah gitu juga, dong. Kek nggak ada ekspresi lain aja," omel Alana.

"Terserah," timpal Daniel yang terlihat kesal.

Alana yang tak ingin memperpanjang pertengkaran kecilnya, memutuskan untuk kembali melihat-lihat perlengkapan bayi yang akan ia perlukan nantinya.

•••

Dalam perjalanan pulang dari berbelanja, Alana dan Daniel menyempatkan diri untuk makan siang di sebuah kafe. Letaknya yang tak terlalu jauh dari mall, membuat Alana menjatuhkan pilihannya pada kafe tersebut ketika melihatnya.

Padahal, Alana bisa saja menghabiskan waktu makan siang dengan berburu kuliner yang berada di mall. Entah karena keinginan sendiri, atau karena bawaan bayi, Alana baru memutuskan untuk makan siang ketika sudah berada di luar mall.

Daniel sendiri tak bisa berbuat banyak. Pria itu segera menuruti kemauan Alana, karena jika tidak dituruti Alana pasti akan mendiamkannya seperti waktu itu.

"Mau makan apa?" tanya Daniel sambil membaca menu makanan yang disajikan di sana.

"Nggak tau mau makan apa, Mas. Samain aja kek punya kamu," balas Alana.

Daniel menganggukkan kepalanya pertanda paham. Pria itu kemudian memanggil seorang pelayan, dan menyebutkan menu makanan yang akan ia pesan.

•••

Halo semua! Gimana kabarnya? Baik, kan?

Maaf banget, ya kalau part ini rada ga jelas isinya. Karena emang nggak tau lagi mau ngelanjutinnya kek mana.

Mungkin, cerita Daniel dan Alana ke depannya nggak bakalan sepanjang part-part sebelumnya deh.

Semoga kalian bisa menikmati cerita ini, ya

Terima kasih

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang