30. Jangan Marah Lagi

3.1K 246 5
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Dengan perasaan canggung, Alana masuk ke dalam rumah. Gadis itu langsung menuju ke dapur untuk mengambil minuman.

Entah kenapa tiba-tiba tenggorokannya begitu haus, padahal dirinya dan Desi baru saja dari kafe.

"Loh, Al? Kamu sendirian? Temen kamu yang tadi mana?" tanya Bu Mayang yang sudah berada di dapur sebelum Alana.

Alana mengerutkan keningnya sejenak. Gadis itu mencoba mengingat-ingat kembali siapa orang yang dimaksud Bu Mayang. Memang sang ibu melihat dirinya yang diantar Nic ke rumah?

"Temen, Bu? Perasaan tadi Alana masuk sendirian, deh," jawab Alana yang terlihat kebingungan.

Bu Mayang yang terlihat sedang meracik minuman itu menghentikan aktivitasnya sejenak. Wanita paruh baya itu menatap Alana dengan kening yang berkerut.

"Itu loh, temen cowok kamu yang ada di depan. Tadi dia nyariin kamu, udah Ibu suruh masuk, tapi nggak mau. Katanya mau nungguin kamu di depan aja. Ini Ibu lagi buatin minuman buat dia," papar Bu Mayang panjang.

Alana mendongakkan kepalanya ke atas sembari membentuk huruf 'O' di kedua bibirnya.

"Oh itu, Bu. Itu bukan temen Alana, tapi Bos! Bos, Bu, Bos! Dia atasan Alana di kantor!" pekik Alana tertahan. "Kenapa nggak dipaksa masuk aja, sih," keluh Alana pada sang ibu.

"Lah, mana Ibu tau. Tadi dia ngakunya jadi temen kamu," balas Bu Mayang santai.

"Lagian itu si Pak Bos juga udah pulang, Bu. Nggak usah dipikirin lagi," balas Alana sambil menarik kursi yang ada di dekatnya, kemudian duduk di atas kursi tersebut.

Wanita paruh baya itu kembali meracik minuman yang sudah setengah jadi. Namun sesaat kemudian Bu Mayang kembali menghentikan aktivitasnya.

"Terus ini Ibu buatin minuman untuk siapa, dong?" keluh Bu Mayang sedih. Bu Mayang lalu menarik salah satu kursi untuk dirinya duduki.

Alana yang mendengarkan keluhan sang ibu kemudian tersenyum jahil ke arah wanita paruh baya itu.

"Buat Alana aja, Bu. Alana nggak apa-apa, kok ngabisin minuman sebanyak ini," rayu Alana yang lebih terkesan memohon.

Bu Mayang menatap anaknya sekilas. Lagi pula kalau dipikir-pikir, minuman sebanyak ini tak, 'kan mungkin dirinya habiskan sendirian.

Dari pada mubazir, ada baiknya minuman itu ia bagikan kepada Alana.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang