S2. 13. Rencana Gagal Desi

3.4K 240 3
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Hari ini, Desi pulang dari kantor lebih awal dari kantor. Kepulangan Desi kali ini mendadak dan tidak diberi tahukan kepada siapa-siapa.

Entah apa yang gadis itu pikirkan, yang dilakukannya tidak disadari oleh Daniel yang masih berada di kantor.

Desi pulang dengan mengendarai motor baru yang ia beli sebulan yang lalu. Motor matic miliknya dibawa dengan kecepatan sedang membelah jalanan.

Desi berkendara sambil melirik sekitar jalanan dengan pandangan matanya yang tertutup oleh kaca helm.

Motor matic hitam milik Desi berhenti tepat di depan sebuah kafe dengan nuansa modern.

Usai memarkirkan motornya, Desi kemudian turun dengan langkah ragu. Kakinya lalu berjalan memasuki kafe yang masih sepi pengunjung itu.

Desi yang masih ragu dengan keputusannya, memilih untuk duduk di pojok kafe yang sedikit tertutup.

Desi duduk sambil memainkan kunci motor dengan jemarinya yang lentik. Pandangannya tertunduk ke bawah, tidak terangkat sedikit pun.

Memori otaknya yang sedang kosong, seakan dipaksa untuk mengingat kembali kejadian yang dilihatnya di kantor.

Pandangan gadis itu baru terangkat ketika seorang pramusaji datang dan menanyakan pesanan Desi.

"Apa gua ke rumah Alana aja, ya? Dia pasti lagi di rumah sekarang?" Desi bergumam pelan. Matanya memandang ke luar kafe dengan seksama, menatap satu per satu kendaraan yang berlalu-lalang dengan cepat.

Gadis itu menarik napasnya dengan kuat, lalu mengembuskannya secara perlahan.

"Ini nggak bisa dibiarin gitu, aja. Alana sahabat gua, dan gua harus ngelakuin yang terbaik buat dia," monolog Desi dengan yakin.

Akhirnya, tanpa banyak berpikir, Desi memilih untuk bangkit dari posisi duduknya.

Dengan kunci motor yang berada di tangannya, Desi berjalan ke luar kafe dengan langkah tegap.

Desi lalu berjalan kembali ke parkiran dan menyalakan motor matic miliknya.

"Mbak! Latte-nya gimana?!" Belum sempat motor yang dinaiki Desi menyala, dari arah belakang berteriak seorang pramusaji dengan lantang.

"Simpan aja, Mbak! Saya nggak jadi pesen!" Tak kalah nyaring, Desi berteriak ke arah pramusaji itu dan membatalkan pesanannya begitu saja.

Lalu tanpa banyak basa-basi, Desi yang sudah menyalakan motornya melesat pergi meninggalkan area kafe dengan cepat.

•••

Kediaman Daniel yang megah bak istana, terasa begitu sunyi dari luar. Tidak ada siapa-siapa yang ada di luar, hanya halaman kosong yang luas.

Desi tiba di depan kediaman Daniel dengan motor matic yang ia kendarai tadi. Matanya melihat ke arah sekililing dengan seksama.

Desi melihat ke arah pagar yang masih tertutup dengan lekat. Desi kemudian berjalan mendekati pagar yang tertutup dengan langkah pelan.

Jemarinya yang lentik berusaha untuk membuka pintu pagar yang tertutup dengan perlahan.

"Woy! Ngapain?!" teriak seseorang dengan suara yang lantang.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang