37. Dijodohkan

3.4K 257 7
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

"Astaga, Daniel! Jangan bodoh kamu!" omel Johan dengan amarah yang menggebu.

Sudah hampir sejam lamanya Johan dan Daniel duduk dengan posisi saling berhadapan.

Pria paruh baya itu langsung menemui Daniel di rumah sang putra, usai sekretaris pribadinya melaporkan apa yang baru saja Daniel lakukan di kantor.

"Hanya karena seorang gadis, kamu berani melempar laptop dengan data-data yang bernilai ratusan juta? Goblok!" omel Johan lagi.

Johan menguasap wajahnya kasar, menatap Daniel dengan rasa amarah yang masih meneyelimuti. Berbeda dengan sang papah, Daniel justru menyandarkan punggungnya dengan santai ke sofa.

"Jangan berlebihan, Pah. Laptop itu masih bisa dibenerin," ucap Daniel santai, lalu membuang pandangannya ke sembarang arah.

Johan menyipitkan matanya, kemudian mencondongkan badannya ke depan.

"Apa kamu bilang? Kalau begitu, itu semua akan menjadi tanggung jawab kamu. Kamu yang harus bertugas untuk mengumpulkan semua data-data yang sudah kamu rusak," titah Johan pada Daniel.

Johan lalu bangkit dari duduknya, merapikan pakaiannya yang sedikit terlihat kusut, dan kemudian berjalan meninggalkan Daniel yang masih terduduk di sofa.

Daniel terlihat menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan.

"Kacau," gumamnya pelan.

Tangannya memukul permukaan sofa pelan, kemudian beralih merogoh kantong celananya dan mengeluarkan sebuah handphone dari dalam sana.

Daniel terlihat sedang mencari-cari kontak yang akan ia hubungi. Kegiatannya terhenti ketika mendapati sebuah kontak dengan nama 'Desi'.

•••

"Pak, katanya saya nggak jadi dipecat?" tanya Desi takut-takut.

Gadis itu rela meninggalkan pekerjaan miliknya saat mendapat telepon dari Daniel.

Lalu di sinilah ia berada. Di sebuah kafe yang cukup instagrameble. Dengan Daniel yang duduk di hadapannya, Desi terlihat sangat lesu.

"Kan emang bener kamu nggak jadi saya pecat. Nggak percaya?" balas Daniel, kemudian menyeruput minuman yang sudah ia pesan.

"Terus kenapa saya diajak ketemuan, sih?" tanya Desi lesu.

"Cuman pengen nanya sebentar doang, Des. Emang nggak boleh?" tanya Daniel.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang