34. Pengunduran Diri

3.6K 259 17
                                    

Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini hasil pemikiran nyata penulis sendiri.  Maaf jika ada nama, tempat, latar dll.

Selamat membaca ini dan selamat menikmati cerita ini. Semoga kalian suka dengan cerita ini.
Terima kasih.

Follow IG: syhnbahy__

•••

Hari-hari kembali berlalu dengan cepat. Namun sikap diam Alana masih saja bertahan.

Sudah terhitung hampir dua minggu Alana bertahan dengan sikap diammnya itu. Tidak ada yang bisa membuat Alana kembali seperti semula, bahkan Desi sekalipun.

"Alana, lihat gua bawa apaan buat lo," ucap Desi sambil memperlihatkan sebuah kantong kresek berwarna putih pada Alana.

"Emang itu apa?" tanya Alana yang sedikit penasaran.

"Gua bawa martabak telor buat lo. Lo pasti bakalan suka, deh. Gua jamin," ucap Desi girang.

Kantong kresek yang berisikan martabak telur tadi Desi sodorkan ke arah Alana. Dengan enggan, Alana menerima pemberian Desi lalu membukanya.

"Buat aku, Des?" tanya Alana sambil memperhatikan martabak telur pemberian Desi.

Desi mengangguk mengiyakan. Gadis itu lalu menarik kursi yang ada di hadapan Alana, kemudian duduk di atasnya.

"Iya, itu buat lo. Kan jarang-jarang gua traktir lo makan, Al," balas Desi antusias.

Alana tersenyum sekilas, lalu menatap Desi yang masih duduk di depannya. Tangannya kembali menyodorkan martabak telur pemberian Desi.

Desi mengernyitkan dahinya. Menatap Alana dengan tatapan heran. Alana menolak makanan?

"Kayaknya nggak usah aja, Des. Buat kamu ajalah, aku bawa bekal, kok," tolak Alana halus.

"Lo bawa bekal? Yakin? Coba gua lihat bekal lo," titah Desi.

Alana menurut, gadis itu kemudian merogoh tas miliknya. Sebuah kotak makan berwarna biru muda Alana keluarkan dari dalamnya. Cukup untuk membuat Desi berhenti bertanya.

"Ya udah, kalau gitu gua bawa lagi aja. Lo yakin nggak mau makan martabak ini, Al?" tanya Desi lesu.

Alana mengangguk, mengiyakan pertanyaan Desi. Gadis itu kembali menyibukkan diri dengan komputer di hadapannya.

Merasa tidak lagi diperlukan, Desi berjalan keluar dari ruangan Alana. Matanya menatap sendu kepada Alana.

Biasanya gadis itu yang paling bersemangat saat ditawari makanan gratis. Namun sekarang semuanya berubah.

Desi terus melangkahkan kakinya keluar. Dirinya baru berhenti saat posisinya sudah agak jauh dari ruangan Alana.

Tangannya terulur menyodorkan kantong kresek yang berisikan martabak tadi kepada pria yang sudah menunggunya di sana.

Direktur Duda Tampan [End ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang