Entah untuk beberapa kalinya dada Adara sesak melihat kedekatan Tari dan Valdo. Malang baginya, karena harus sekelas dengan mereka berdua. Terlebih Valdo bersikap seolah Adara tak ada, seolah Adara tak pernah pindah. Kenangan-kenangan masa kecil mereka menguap begitu saja, sedang Adara masih ingin mengingatnya, meski sendiri-karena mungkin Valdo sudah melupakan kenangan itu.
Andai waktu bisa diputar. Maka tanpa berpikir dua kali, ia ingin kembali ke masa-masa tiada hari tanpa Valdo. Juga masa dimana Bunda Valdo masih ada, masa dimana Valdo belum berubah.
Dan sekarang cowok itu berubah. Setidaknya begitu menurut Adara.
Bel pulang berbunyi dan telat baginya untuk menyadari. Dari riuh ribut para siswa yang berebut pintu keluar, di sana Adara menemukan punggung tegak Valdo melewati pintu tersebut.
Seiring hilangnya sosok itu, hati Adara kembali merasakan sebuah hampa. Sudah lama Adara menyadari ada kekosongan dalam hatinya, sebab semuanya tak lagi sama.
Jadi setelah menonton dua lusin teman sekelasnya bergilir pintu keluar. Adara memutuskan menyusul dengan langkah pelan, takut-takut menemukan sosok Valdo yang mungkin belum jauh.
"Adara."
Demi mendengar namanya disebut, Adara menoleh kebelakang dan mendapati Tari tak jauh darinya. Sedikit perasaan tak enak menghinggapinya. Ini bukan karena Tari, tapi karena kedekatan Gadis itu dengan Valdo.
"Ada apa?" Adara tersenyum, meyakinkan dirinya sendiri bahwa Tari adalah temannya, bukan seseorang yang harus Adara hindari.
Tari mendekat, dan Adara mendapati wajah kebingungan cewek di depannya.
"Jadi gini, haduh kok bingung yah."
Pandangan Adara mengekor pada jari jemari Tari yang dimainkan pemiliknya. Adara tau, ini menyangkut Valdo dan Tari kesusahan mengutarakannya.
"Sebelumnya gue mau minta maaf." Setelah menunggu beberapa saat akhirnya kata-kata itu yang keluar dari mulut Tari.
"Lah, maaf kenapa?"
"Ya, maaf. Bukannya gue mau ikut campur. Tapi Lo marahan sama Valdo?"
"Marahan?"
Pernyataan Tari itu mengundang kaget Adara. Jelas dia bingung apa yang Tari maksud.
"Iya marahan, soalnya dia bingung gitu mau ketemu sama Lo." Tari menghembuskan napasnya sebelum melanjutkan. "Gue tau, Lo sama Valdo udah temenan dari kecil."
Adara diam, dia tau Tari masih menjelaskan.
"Sebenarnya... Dia mau nemuin Lo. Tapi katanya gak sederhana itu nemuin Lo. Gue gak tau kenapa dan gue gak mau tau juga sebenarnya. Gue cuma mau bilang itu ajah sih."
Apa yang diucapkan Tari membuat Adara tersesat dalam pikirannya sendiri. Jadi, hubungan Tari dan Valdo memang sedekat itu hingga Valdo menceritakan tentangnya.
Mengambil waktu menghela napas terlebih dulu sebelum Adara mengucapkan balasannya. "Gue mau tunangan, Tar."
Adara tak menemukan raut kaget dalam muka Tari. Dia dengan cepat menebak, Valdo mungkin sudah menceritakannya juga tentang Yuda. "Jadi bener yah kalian deket banget." Tapi, alih-alih kata itu yang terucap, justru Adara mengatakan hal lain. "Valdo udah cerita ya?" Tanyanya sambil tersenyum.
Tari mengangguk, dan Adara yakin gadis itu menunggunya mengucapkan kata lainnya.
"Panas nih. Kita ngadem dulu yuk. Mampir kemana kek."
Sengaja Adara mengajak Tari pergi. Sepertinya pembicaraan mereka tak bisa di selesaikan sambil berdiri di selasar sekolah. Terlebih sekolah tak dalam keadaan sepi, masih banyak murid yang berlalu lalang hendak pulang atau mau memulai kegiatan. Sekarang juga merupakan waktu yang tepat baginya untuk lebih mengenal Tari.
![](https://img.wattpad.com/cover/137262318-288-k860145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...