Holaaa im back :*
.
.
.
Tari sudah siap dengan motor abu-abunya, hanya tinggal menunggu Valdo saja. Tapi lagi-lagi dia harus bersabar dengan dibuat menunggu.Dengan kesal Tari memandangi jam tangannya. "Sialan tuh, anak. Gak bosen-bosen telat melulu," ucapnya bermonolog. Tari jadi ingat, saat dia menggerutu seperti itu, Valdo akan muncul dan mengagetkannya berhasil memergoki Tari mengatai Valdo. Jadi, apa Tari harus melakukannya saat ini? Mungkin saja kan Valdo datang dan menegur Tari, mengingat cowok itu memiliki telinga yang cukup tajam.
Fantasi Tari buyar saat melihat sebuah mobil melintas di depannya. Mobil itu milik Yuda, yang sudah sangat dikenalinya.
Yuda menghentikan mobil, lalu seperti biasa kepalanya mencuat keluar dari jendela mobil. Tapi ada yang berbeda darinya, Yuda terlihat berantakan, jauh dari Yuda yang Tari tau.
"Bareng gue aja Tar," ucapnya.
"Apa?"
"Lo lagi nunggu jemputan kan? Bareng gue aja, nanti lama."
"G-gak, gue naik...." Tari menggantung kalimatnya, dia memandangi motor abu-abu itu, tak akan mengaku bahwa ia bersama dengan Valdo. Tidak kepada Yuda.
"Ayo," ajak Yuda lagi.
Tari menurut, karena dia khawatir akan keadaan Yuda yang seperti itu. Dia juga takut terjadi sesuatu dijalan nanti. Urusan Valdo biarlah nanti ia akan mengurusnya. Dia lalu masuk, dan pergi dari pelataran sekolahnya.
Di jalan, keduanya saling diam. Tari hanya diam sambil berusaha senyaman mungkin dalam duduknya, Yuda juga sibuk dengan kemudi dan jalanan yang terlihat lengang. Tari berusaha mengatur napasnya, dia akan bertanya ke Yuda apakah dia baik-baik saja. Tapi kenapa terasa sangat sulit sekali? Selama beberapa hari ini dia tak bertemu dengan Yuda, jadi mungkin ini alasannya mengapa ia sangat canggung berdekatan dengan Yuda.
Tari mulai dengan dehaman, dia tak tau harus mulai dengan apa.
Yuda mendelik ke sampingnya, tepat ke wajah Tari. Sepertinya ada yang mengganggu cewek itu. "Kenapa?" Tanya Yuda.
"Lo baik-baik aja?" Tari balas bertanya
"Gue?" Dengan tangan kirinya Yuda menunjuk wajahnya. "Gue baik-baik aja."
"Tapi, lo kaya lagi ada masalah."
"Gue baik-baik aja Tari."
Yuda mencoba meyakinkan Tari bahwa dia baik-baik saja. tapi raut wajahnya mengatakan justru sebaliknya lah yang terjadi. Tapi Tari cukup sadar diri untuk tidak mendesak Yuda agar mau jujur. Jadi dia memutuskan hanya diam saja.
"Tar, lo udah makan?" Tanya Yuda.
"Udah."
"Yah, telat deh gue." Yuda menggaruk tengkuknya dengan satu tangan.
"Emangnya kenapa?"
"Temenin gue makan mau? Mungkin lo juga bisa ikut makan."
Tari menopang dagunya dengan tangan kanan, seolah-olah dia sedang berpikir keras. "Hm, kayanya gue gak ada Job deh," cetusnya. "Jadi gue mau aja. Ya kalo ada yang bayarin."
Yuda terkekeh pelan sambil terus mengemudi. "Siap bosku," seru Yuda girang.
Keduanya pun tertawa pelan, melanjutkan perjalanan mereka.
***
Valdo dibuat kesal saat mendapati Tari tak juga muncul di area parkir. Dia sudah menunggu lebih dari 15 menit lamanya. Dia juga sudah menghubungi Tari, tapi sepertinya ponsel cewek itu mati.
Valdo mendesah kasar, dia mondar-mandir berharap segera melihat dan mendengar suara Tari. Banyak yang menatapnya heran, saat Valdo melakukkan aksi itu.
Semakin lama Valdo menunggu, semakin kesal pula dia. Akhirnya dia memutuskan menelepon Mang Didin untuk segera menjemputnya.
Selesai menelepon, Valdo kembali menghembuskan napasnya dengan kasar. Matanya memandang tajam ke motor abu-abu yang terparkir tak jauh darinya. Lalu bergegas pergi dari sana dengan langkah cepat.
Baru saja berbalik, Valdo kembali berhenti. Di depannya ada seorang cewek yang sedang berdiri tak jauh darinya. Rupanya cewek itu yang membuat Valdo berhenti, wajahnya terlihat terkejut saat melihat cewek itu.
Valdo memandangi dari atas sampai ke bawah tepat ke arah cewek itu. Dia cukup tinggi, wajahnya manis, dan rambut cokelatnya tergerai begitu saja. Valdo tak bisa melangkah, bahkan berkedip pun tidak. Setelah dua tahun tak bertemu dengannya membuat Valdo sangat terpesona akan sosoknya, yang kini sudah jelas berada di depannya.
Adara sangat cantik hari ini, memakai jumpsuit berwarna Mocca dan sepatu Kets putih. Dia menenteng sebuah tas selempang berwarna cokelat. Apalagi saat Adara menampilkan senyuman, yang bisa membuat hati Valdo berdesir teringat akan masa lalu. "Valdo," sapanya girang sambil maju mendekati Valdo.
Valdo masih diam di tempat. "Adara," ucapnya. Jelas sekali dia merasa canggung.
"Lama ya kita gak ketemu." Adara kembali menampilkan senyuman khasnya. "Tangan lo kenapa?"
Valdo menduganya, tangannya yang dibebat pasti membawa pertanyaan bagi orang yang melihatnya. "Jatuh," jawabnya singkat.
Adara menganguk paham, dia sudah lama mengenal Valdo jadi dia paham kebiasaan buruk cowok itu. "Kenapa lo gak hadir saat pesta penyambutan gue?" Tanyanya lagi.
Valdo bingung harus menjawab apa, dia hanya menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
"Lo tau? Gue kesepian waktu itu," sambung Adara.
Valdo kembali bingung, alasanya tak hadir, karena acara itu diadakan di rumah yang Valdo benci. Dia tak mau menginjakkan kakinya di sana. Selain itu, Valdo tak mau muncul dulu di hadapan Adara. Tidak setelah Adara mengatakan berita buruk itu.
Bukannya Valdo pendendam, tapi dia tak siap menerima kenyataan Adara menolaknya, bahkan sebelum Valdo mengutarakan perasaanya. Jadi Valdo memutuskan untuk diam saja, urung menjawab pertanyaan Adara.
Adara berjengit menatap Valdo, dia mencoba membaca ekspresi wajah Valdo. Tapi gagal. Karena wajah Valdo datar-datar saja seperti biasanya. "Apa lo gak mau datang, karena telepon gue itu ya?" Tebak Adara.
Valdo diam. Sebenarnya dia menahan napas saat Adara menyebutkan kata-kata tadi. Tapi dia tak boleh menunjukkan ekspresi kagetnya. Dia hanya memasang wajah datarnya.
"Jadi gitu," ucap Adara.
Itulah Adara, mampu mengetahui isi hati Valdo. Sebenarnya berat sekali bersikap dingin dan cuek kepada cewek itu. Dia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
Adara melompat ke depan. Dia berjalan mundur tepat berada di hadapan Valdo. "Bagaimana kalo lo anter gue makan?" Serunya riang. "Gue belum makan nih."
"Gue harus balik," ucap Valdo, dia sengaja mengangkat tangannya yang dibebat agar Adara mengurungkan niat untuk mengajaknya.
Terlihat Adara kecewa dengan jawaban Valdo. Dia menekuk wajahnya. Merajuk seperti anak kecil membuat Valdo tak tega akhirnya. Yah Adara juga selalu mampu membuat Valdo menurut padanya.
"Baiklah," ucap Valdo akhirnya.
Adara girang mendengarnya. Dia lalu menarik tangan kiri Valdo dan membawanya menjauh.
***
Pilih mana?
Tari dan Yuda
Or
Valdo dan Adara
Voment ditunggu ya:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...