part 4 : Rivaldo Adinara

988 39 0
                                    

Tak salah lagi dia benar-benar cowok itu. Cowok yang membuat harinya berantakan. Dan sekarang dia sedang asik tiduran di depannya dengan tumpukan buku berserakan di sekitar.

"Pules bener nih anak! Berani-beraninya tidur saat dihukum!" Tari berkata dalam hati sambil menggeleng pelan. "Dihukum...! Jangan-jangan dia Valdo!"

Tari menengok kanan kirinya. Sekedar mengecek kebenaran pikiran di kepalanya. Di sana tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

Tari berdecak lalu memukul jidatnya sendiri. "Iyalah sudah mulai pelajaran."

Jadi benar cowok di depannya ini Valdo. Jadi apa yang harus ia lakukan? Apa dia harus diam saja melihat cowok ini, tapi dirinya mendapat hukuman dari pak Maman, dan Valdo pun terlibat sebagai penerima hukuman sepertinya. Mana mungkin hanya dia yang mengerjakan hukuman ini sementara si Valdo hanya asik-asikan tertidur. Tapi kalau dia bangunkan cowok ini, maka dia akan siap-siap malu menghadapi Valdo setelah kejadian di jalan tadi. Pasti cowok itu akan menyinggung soalnya. Dan Tari sama sekali tak mau meng ingat-ingat nya lagi.

Tari mendesah. Akhirnya setelah menimbang - nimbang Tari memberanikan diri untuk membangunkannya. Tidak mungkin kan hukuman ini akan selesai dengan hanya memikirkannya.

Langkah pertama yang dipilih Tari untuk membangunkannya adalah memanggil namanya. Yah mungkin dia bisa mendengarnya. Tetapi setelah beberapa kali memanggil namanya, dia tak kunjung bangun. Sebenarnya tadi Tari memanggilnya dengan suara pelan, berharap penjaga perpustakaan tak mendengarnya, Tari tak mau berurusan dengan penjaga perpustakaan dengan wajah galak itu. Ini saatnya menggunakan cara kedua, Tari menendang - nendang kaki cowok di depannya. Karena kebetulan kaki cowok itu tepat berada di dekat kaki Tari berdiri. Beberapa kali Tari menendang nya, tapi dia tak kunjung bangun juga. Tari mulai geram dia mengambil inisiatif menendang nya dengan sekuat tenaga. Biarlah agar dia bangun.

Tari melakukan aba-aba terlebih dahulu. Lalu mulai menghitung dalam hati.
Satu... Dua... Tiga...!
Tepat saat kaki Tari melayang hampir menendang. Kaki Valdo berpindah tempat. Jadilah kaki Tari yang sudah terlanjur melakukan aksinya tadi, kini menendang udara kosong di depannya, hingga membuat keseimbangan tubuhnya luruh.

Tari terhuyung ke belakang. Lalu jatuh terduduk di iringi bunyi berdebum yang keras.

Tari mengeluh sakit. Amat sakit. Dia merasakan ngilu di tulang ekornya. Tapi tanpa sadar Tari berhasil membangunkan Valdo lewat suara berdebum itu. Tari tak percaya, akhirnya bisa membangunkan macan tidur itu.

Sementara di seberang sana, kebingungan memenuhi wajah Valdo. Pasti timbul pertanyaan "siapa pula yang berani mengganggu tidur singkatnya?" Di kepala cowok itu. Valdo menegakkan badannya untuk duduk. Saat dia benar-benar terduduk. Di hadapannya ada seorang cewek sedang meringis menahan sesuatu entah apa itu. Dia terbelalak melihat cewek itu. Dia cewek itu. Cewek yang menggunakan cara nyeleneh untuk mendekatinya. Dan dia sekarang berada di sini. Di hadapannya. Jangan-jangan ni cewek ngikutin gue! Pikir Valdo.

"Woi ngapain lo di sini?"

Tari tersentak. Dia baru ingat cowok si depannya sudah bangun dari hibernasi-nya, dan sekarang sedang menatap dirinya bingung.

Baru saja Tari membuka mulut. Namun ucapannya terpotong.

"Jangan-jangan lo ngikutin gue ya?" Valdo bertanya sambil menyeringai.

"Ngikutin lo? Ngapain?" Tari berseru bingung. "Gue di sini mau bangunin lo. Lo Valdo kan?"

"Emang kenapa kalo nama gue Valdo?" Valdo bertanya dengan nada menantang.

Tari memandangi lamat-lamat Valdo di depannya dengan alis terangkat. "Ni anak kesurupan buku-buku perpus kali ya?" Tanyanya dalam hati.

"Lo dihukum kan sama pak Maman?" Tari balik nanya. "Gue mau bantuin lo," ujar Tari sebal.

"Gue gak butuh bantuan cewek kaya lo. Cewek yang gunain trik receh buat deketin cowok."

Tari benar-benar habis pikiran menghadapi anak di depannya. Bahkan Tari tak tau maksud dari perkataan Valdo tadi. Dia hanya mengeleng - geleng pelan lalu kembali berdiri.

"Terserah deh lo mau apa! Gue mau beresin buku-buku ini. Ini buku-buku pinjaman yang harus di tempatin ke tempatnya, kan?" Ucap Tari menunjuk buku di sekitar.

"Mau lo apa sih dari gue? Jangan sok baik deh."

"Terserah lo mau bilang gue sok baik atau apa. Tapi gue mau cepet-cepet nyeleseiin tugas dari pak Maman." Tari menghembuskan napas pelan. "Lo juga dihukum kan sama pak Maman, dan kalo lo gak ngerjain hukuman gue bakal ngadu ke  pak Maman."

"Ngadu?" Alis Valdo terangkat satu. "Lo berani ngaduin gue?"

"Berani lah siapa juga yang takut sam-"

"Lo anak baru ya?" Tanya Valdo memotong Tari.

Tari mengangguk pelan. "Emang kenapa kalo gue anak baru?" Tari baru saja hendak menanyakan pertanyaan itu. Namun ia urungkan saat sepasang mata di seberang sana sedang menatapnya tajam.

Valdo ikut berdiri. "Pantesan aja, kenalin nama gue Rivaldo Adinara. Dan sebentar lagi lo bakal tau siapa gue sebenarnya." Valdo tersenyum. "Lalu lo bakal tau karena berani berurusan sama gue," ucap Valdo sambil melangkah maju mendekati Tari.
Seketika juga Tari mundur perlahan. Dia menelan ludahnya, saat mendengar perkataan atau bisa dibilang ancaman Valdo tadi.

Valdo di depannya masih menyeringai, sambil terkekeh pelan. Saat dirinya terus mundur menghindar. Namun sayang di belakangnya ada rak buku besar menghambat Tari. Alhasil gerakannya terhenti dan jarak nya dengan Valdo semakin dekat.
Tari panik. Wajahnya memucat dengan keringat membanjiri wajah. Karena Valdo tepat satu langkah di depannya.

Dalam hitungan detik tubuh Tari ambruk. Dia pingsan tak bisa menahan tubuhnya lagi.

***

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang