Bel istirahat berbunyi. Tari sedang makan siang bersama teman-temannya di kantin. Dia sibuk melihat sekeliling kantin. Suasana kantin sekolah ini ramai tak jauh berbeda dari kantin sekolah Tari dulu. Saat asik melihat sekitar, tiba-tiba Dewi menyikut lengan Tari.
"Lo kenapa Tar? Udah tiga hari lo sekolah di sini tapi masih kaya pertama kali ke sini aja," ucap Dewi dengan mulut penuh batagor.
"Gak kok. Gue lagi nikmatin aja suasana di sini." Tari tersenyum kaku ke arah teman-temannya.
"Aneh banget. Yang seharusnya yang dinikmatin tuh batagor di depan lo. Atau Jangan-jangan lo lagi cari seseorang," tebak Gita.
Tari menggeleng cepat. Dia hendak menyanggah apa yang tadi di sampaikan Gita. Namun seseorang lebih dulu memotong ucapannya.
"Dia nyariin gue, Git."
Di seberang sana Doni sedang berdiri sambil nyengir lebar tak jauh dari meja mereka bertiga. Di sampingnya Gilang setia menemani Doni dan ikut tersenyum.
"Apaan sih lo pada?" Kini Dewi yang protes.
Doni dan Gilang tak menanggapi ocehan Dewi tadi. Mereka langsung duduk di antara mereka tanpa pikir panjang.
"Woi gak ada yang nyuruh lu berdua duduk di sini," sewot Gita.
Lagi-lagi mereka berdua tak menanggapi. Doni malah tersenyum penuh arti ke Tari. "Bilangin ke mereka lo nyariin gue kan Tar, makanya gue duduk di sini."
Tari tersenyum. "Kalian ke sini buat Dewi dan Gita kan? Ngaku aja lo pada. Jangan bawa - bawa gue dong. Kalo mereka cemburu gimana," ujar Tari yang langsung mendapatkan pelototan dari Dewi dan Gita.
"Mereka mah pake kode keras aja gak mempan. Jadi Doni beralih ke lo Tar, siapa tau aja lo mempan," ujar Gilang sambil cengengesan.
Mendengar ucapan Gilang tadi emosi Gita meledak. "Sekarang lo pergi dari sini."
"Galak amat mak. Iya mak kita juga mau pergi, gak mau Lama - lama." Ucap Doni men-drama. Lalu mereka berdua berdiri. "Lang, mak lo tuh galak amat sih. Betah amat lo dia galak," ucapnya sambil tertawa.
"Itu ujian hidup bro. Biasanya yang galak tuh yang lebih sayang," sahut Gilang nyengir lebar.
"Pergi gak lo pada." Gita kembali tersulut emosi.
Di saat mereka bertiga asik ribut. Tari melihat seseorang yang selalu di carinya dalam beberapa hari ini. Dia duduk di salah satu meja kantin bersama beberapa orang disana, ya dia penolongnya orang yang mampu membuat hati Tari mencelos melihat senyumannya. Kini sedang asik menertawakan sesuatu yang tak bisa Tari dengar.
Lagi-lagi Dewi mengusiknya.
"Lo kenapa sih Tar? Ngelamun aja," tanya Dewi.
"Wi lo tau gak siapa dia?" Tari menunjuk sosok yang duduk di seberang sana.
"Mana? Oh itu. Dia Yuda ketua OSIS SMA kita, emang kenapa sih?" Tanya Dewi lagi.
"Ada apa nih? Pada ngomongin apaan?" Gita yang baru selesai mengusir dua biang onar, kini kembali.
"Itu Tari nanya-nanya soal Yuda." Dewi menjelaskan apa yang terjadi.
"Lo naksir dia ya Tar? Kaya si Dewi." Gita tersenyum penuh arti ke Dewi.
"Gak gue gak naksir dia. Gue cuma seneng aja liat cara dia pimpin OSIS kita," kilah Dewi.
"Sama aja Dewi."
"Emang dia orangnya kaya apa sih?" Tanya Tari kembali.
"Hmm... dia baik, pinter, jago karate, dan pasti ganteng. Salah satu most wanted di sekolah ini. Dan paling penting dia gak sombong," jelas Dewi.
"Tuh kan lo muji-muji dia terus," Sindir Gita.
"Emang kenapa kalo dia gak sombong?" Tari masih penasaran.
"Ya ampun Tari. Kan bagus kalo dia gak sombong. Jadi lo dan Dewi bisa deketin dia tuh. Kan Wi? Gak kaya si Valdo yang Sombong itu tuh," terang Gita.
Mendengar nama Valdo disebut, alis Tari terangkat. "Valdo?" Tanyanya.
"Iya Valdo. Oh iya lo kan tadi dihukum bareng dia. Gimana lo gak di apa-apain kan sama dia?" Tanya balik Gita.
Pikiran Tari kembali menerawang ke kejadian di perpustakaan dan di UKS tadi. Valdo dia.... Oh iya Tari ingat. Saat itu Valdo berjalan perlahan mendekati Tari sambil mengancam dirinya. Tapi setelah itu yang dia ingat dia terbangun, dan mendapati dirinya di UKS. Dan Valdo memberinya kotak bekal. Jadi dia jahat apa buruk bagi Tari? Entahlah.
Tari menggeleng pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Dewi.
"Gue gak tau juga sih. Dia sempat ngancem gue karena gue mau ngaduin dia ke pak Maman. Terus dia ngasih gue roti karena gue pingsan belum sarapan." Jelas Tari panjang lebar."Lo pingsan tadi Tar?" Tanya Dewi dengan wajah khawatir.
"Tadi gue pingsan di perpustakaan. Kemungkinan besar sih Valdo yang bawa gue ke UKS."
"Baik bener tuh anak. Lo yakin kan gak di apa-apain? Tubuh lo baik-baik aja kan?" Selidik Gita.
"Jangan su-uzon gitu Git. Mungkin di sana gak ada siapa - siapa lagi makanya Valdo mau nolongin Tari. Lagian lo gak tau kan sifat aslinya dia. Yang lo tau dia itu salah satu pentolan yang suka cari gara-gara. Lo gak tau aja aslinya," jelas Dewi membela Valdo.
"Oh jadi dia itu biang kerok di sekolah ini. Pantesan aja...," ucap Tari lirih.
"Iya Tar, lo jangan pernah deh berurusan sama dia. Untung aja tadi lo gak di apa-apain." Ujar Gita bersemangat.
Tari mengangguk mengerti. Hari ini dia tau beberapa informasi yang cukup penting. tentang Valdo yang harus ia hindari di SMA ini dan beberapa informasi tentang siapa penolongnya. Tapi itu saja tak cukup. Tari harus menanyakan beberapa hal lagi kepada Dewi dan Gita tentang sosok Yuda ini. Tapi bel masuk menggagalkan aksinya. Jadi ia harus bersabar menunggu.
***
Si penolong apa si biang onar?
Yuda apa Valdo?
Nah lo pilih yang mana?tbc......

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...