Bel tanda pulang berbunyi nyaring. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas mereka. Tari sedang menunggu abang nya menjemput di depan gerbang. Sebelumnya abang nya, Bimo. Mengirim SMS bahwa ia akan menjemput Tari di gerbang sekolah dengan janji tak akan telat. Tapi apa? dia sudah berdiri di sana kurang lebih selama 10 menit, dan Bimo tak kunjung datang.
Saat Tari sedang asik menekan tombol di handphone untuk menanyakan di mana abang nya sekarang. Sebuah mobil lewat di depannya. Tari mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.
Si pengemudi membuka kaca jendela mobilnya untuk menyapa Tari disana. Wajah Tari berubah seratus delapan puluh derajat ketika melihat siapa si pengemudi. Dia Yuda. Si penolongnya.
"Lo jalan kaki ya?" Tanya Yuda keluar dari mobilnya.
Tari masih bengong. Dia tak menyangka akan bertemu dengan si penolongnya lagi.
Melihat wajah Tari yang super lucu Yuda terkekeh. "Lo kenapa gak jawab?" Tanyanya.
Tari terkesiap saat mendapati tawa Yuda. Aneh dirinya selalu seperti ini saat bersama Yuda. "Anu, i-iya gue jalan kaki," ujar Tari gelagapan.
"Kalo gitu kita bareng aja," tawar Yuda.
"Bareng? Pake m-mobil?" Tanya Tari ragu-ragu.
"Iya. Kalo lo mau?"
Tari mengangguk pelan. "Mau."
Yuda lalu membukakan pintu untuk Tari. Dan Tari dengan senang hati masuk ke mobil Yuda, dia tersenyum simpul saat Yuda membukakan pintu untuknya.
"Pake sabuk pengamannya," kata Yuda sesaat setelah memasuki mobil. "Oh iya kita belum sempat kenalan. Nama gue Yuda. Kalo nama lo siapa?"
"Nama gue Mentari anjani," ucap Tari kikuk.
"Lo santai aja kalo sama gue. Gue gak gigit kok," canda Yuda.
Tari tertawa mendengar candaan Yuda. Sebenarnya tak terlalu lucu, tapi tiba-tiba saja dia ingin tertawa, mungkin karena suasana hatinya sedang membaik.
Tak terasa mereka sampai di depan rumah Tari. Setelah Tari menyuruh Yuda berhenti karena mereka sudah sampai. Tari keluar mobil. Lalu mengucapkan terima kasih sebelum Yuda pergi. Tari tersenyum menatap kepergian Yuda. Peristiwa tadi membuat hatinya sangat senang. Walaupun dia hanya Sekedar mengantar Tari pulang, walau di jalan mereka berdua lebih banyak diam. Tapi itu semua sudah cukup membuat Tari bahagia.
Masih dengan senyuman, Tari masuk ke rumahnya. Dia melihat abang nya yang sedang tidur pulas di sofa saat dia sudah benar-benar memasuki rumah. Tari memutar bola matanya. Beginilah kelakuan abang nya yang suka lupa padahal dia sudah berjanji. Biasanya, Tari akan memukul-mukul manja abang nya, atau sekedar merajuk seharian menyikapi kelakuan abang nya itu. Tapi untuk hari ini, hatinya terlalu bahagia untuk menghukum abang nya ini. Tari berjalan melewati abang nya, ingin langsung menuju kamarnya. Dan menghempaskan diri di ranjang.
***
Sepertinya nasib sial selalu menghantuinya di setiap pagi. Lagi-lagi Tari terlambat masuk. Lagi-lagi dia terkena hukuman. Tapi lebih sial lagi, dia di hukum kembali bersama Valdo. Sekarang mereka berada dalam toilet perempuan, mereka dihukum membersihkan toilet perempuan hari ini. Sudah pasti Valdo menolaknya, dia menyuruh agar Tari saja yang membersihkannya. Tari awalnya juga menolak, tapi saat pa Budi lewat, buru-buru Tari mengambil pel-an dan ember di dekatnya. Tapi tidak dengan Valdo, dia santai bersiul pelan saat pa Budi mendekat.
"Valdo! Kenapa kamu gak mengerjakan hukuman kamu," bentak pa Budi.
"Nungguin dia tuh pa lama banget," ujar Valdo santai.
"Kenapa kamu gak bareng-bareng ngerjain aja."
"Bapa gak liat, pel-an cuma ada satu tuh." Valdo menunjuk pel-an di tangan Tari dengan dagunya.
"Kamu bisa kan mengerjakan yang lainnya." Pa Budi mulai melunak.
"Iya pa. Gimana klo saya nyapu halaman aja, kata Bu Ririn gak baik Pa laki-laki sama perempuan dua-duan."
"Gak, kamu pasti mau kabur. Bapak gak percaya sama kamu. Ayo cepat kerjakan Bapak akan mengawasi."
"Ya udah terserah bapak aja. Tapi kata ibu Ririn kalo ada laki-laki sama perempuan yang ketiganya setan. Bapak mau jadi...," Valdo sengaja tak menyelesaikan ucapannya.
"Jadi apa...?" Tanya pa Budi.
Tiba-tiba dari arah belakang datang seorang siswi memanggil Pa Budi. Pa Budi menoleh, lalu beranjak pergi dari sana.
Dari tadi Tari hanya diam saja. Dia berpura-pura mengerjakan hukumannya. Walau hatinya menolak. Tiba-tiba Valdo menarik pel-an yang ada ditanganinya. Tari terkejut, dia memandang Valdo dengan heran.
Valdo yang mengerti maksud tatapan Tari, dia menjawab pertanyaan di benak Tari. "Lo mau ngerjain tugas nih sendirian?" Tanyanya.
Tari menggeleng mantap.
"Yaudah, jangan protes. Sekarang gue laper."
Valdo menarik tangan Tari menjauhi toilet perempuan. Tari yang terkejut hanya bisa menuruti Valdo yang akan membawanya entah kemana.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...