part 14 : About Yuda.

664 28 0
                                    

Tari bangun dari tidurnya. Dia melihat jam dinding. Kemudian matanya membelalak lebar, hanya satu kata untuk menjelaskan keadaanya saat ini. Yaitu 'kesiangan'. Lalu dia bergegas ke kamar mandi dan keluar tak lama kemudian. Dia harus cepat, kalau tidak dia akan telat dan dihukum seperti kemarin.

Tari Keluar kamarnya dengan terburu, dia lalu langsung berlari ke arah pintu tanpa menyadari ada orang yang sedang duduk sofa.

"Bang, langsung berangkat aja deh. Tari kesiangan," Teriak Tari sambil mengambil sepatunya di rak dekat pintu.

"Buru-buru banget Tar," ujar orang yang sedang duduk di kursi itu.

Tari seketika diam. Suara tadi bukanlah Suara Abangnya. Dia lalu menoleh. "Yuda," ucapnya pelan.

"Gue mau jemput lo," ujar Yuda santai.

"Lah Abang gue mana?"

"Dia tadi udah duluan, katanya ada urusan mendadak jadi dia gak bisa jemput lo nanti."

Tari menghembuskan napasnya pelan. Kenapa di saat seperti ini Abangnya malah pergi.

"Udah yu, nanti kesiangan lagi. Oh iya pulang bareng lagi yuk," ajak Yuda.

"Maafin ya jadi repotin."

"Santai aja kali. Ayo."

***

"Tar, lo bengong aja sih." Gita menyikut Tari karena melihatnya sedang melamun tak karuan.

"Iya nih, gak kaya Tari yang biasanya, lo kenapa sih? mie ayam loh belum ke sentuh tuh," tunjuk Dewi ke arah mangkok penuh di depan Tari.

"Kenapa? Lo mau embat ya." Dari tadi diam, kini Tari bersuara.

"Tau aja loh." Dewi terkekeh sendiri.

"Dasar lo wi, gak bisa liat makanan anteng dikit apa? Udah Tar, jangan ladeni Dewi, mending lo lanjut makan," timpal Gita sambil menoyor kepala Dewi di sebelahnya.

"Alah, bilang aja lo juga mau kan Git?"

"Gue lagi diet," balas Gita ketus.

Sementara teman-temannya asik berkelahi, Tari kembali melanjutkan lamunannya. Kepalanya menerawang kejadian semalam, ya kejadian dia dengan Valdo yang terus mengusiknya sejak pagi tadi. Apalagi, setelah Tari tau bahwa Valdo absen. Tiba-tiba muncul perasaan bersalah pada cowok itu. Ini aneh, karena selama ini Tari berpikir bahwa Valdo lah yang bersalah.

"Tar...!" Gita dan Dewi serempak memanggil Tari.

"Lo kenapa sih?" Kini hanya Dewi yang bersuara.

"Lo tau gak kenapa hari ini Valdo gak berangkat?" Tanya Tari kepada dua temannya.

Bukannya menjawab, Dewi dan Gita justru saling tatap. Raut wajah mereka memancarkan kebingungan.

"Kenapa pada diem?" Tanya Tari lagi.

"Lo kesambet apa? Kok bisa sampe nanyain Valdo?" Gita membuka mulut duluan.

"Gak salahkan gue nanyain Valdo?"

"Sal-."

"Udah ah." Dewi memotong perkataan Gita. "Valdo emang suka ngilang. Semua guru udah faham dengan perilakunya."

Tari mengangguk. "Tapi kali ini dia lagi sakit. Tangannya patah," ujarnya sambil menunduk.

"Lo tau Tar, nah terus tadi kenapa tanya ke kita?" Tanya Gita sambil melotot. "Bener deh, ada yang aneh sama lo hari ini."

"Kalian diem dulu deh. Gue mau cerita sesuatu nih, tapi janji ya jan ketawa." Tari mulai menceritakan tentang masalahnya dengan Valdo. Bukan hanya tentang kejadian malam tadi. Tapi sejak pertama dia bertemu dengan Valdo. Tentang perilaku buruk cowok itu dan juga tentang dirinya yang kini mulai bersalah. "Menurut kalian gimana?" Tari bertanya.

"Menurut gue, lo bersalah juga sih Tar," jawab Dewi.

"Bener tuh kata Dewi. Lo harus minta maaf." Gita menimpali.

"Kan gue gak salah, dia aja yang ngebut. Malah gue yang hampir jadi korban."

"Minta maaf bukan berarti mengaku salah. Tapi nunjukin bahwa lo benar dengan mau minta maaf duluan."

Tari menganguk setuju. Pernyataan Dewi benar adanya. Dia merasa benar, karena sudah menceritakan masalah ini ke teman-temannya dan juga meminta pendapat meraka. Jadi dia memutuskan akan meminta maaf ke Valdo.

***

Keputusan Tari untuk meminta maaf ke Valdo sudah bulat. Dia bahkan sudah rela mencari-cari alamat rumah Valdo. Yang pastinya tak mudah di dapat, karena semua penghuni kelas tak tau di mana Valdo tinggal.

Karena tak ada satupun dari teman kelasnya yang dekat dengan Valdo. Jadi Tari memutuskan pergi ke ruang Tata usaha. Dia sudah berdiri di depan ruangan itu sambil sesekali melangkah ragu-ragu. Sebenarnya Tari tak berani karena dia masih anak baru di sekolah ini, jadi masih belum kenal betul dengan staf sekolah ini. Tadi dia sudah meminta Dewi dan Gita untuk menemaninya. Tapi sayang, mereka sudah dijemput. Jadilah kini dia hanya berdiri sendirian di sini.

"Tar, lo ngapain?"

Tari menoleh ke samping, di sana ada Yuda sedang tersenyum padanya.

"Masih ngurusin masalah pindahan lo ya?" Tanya Yuda sekali lagi.

"Gak, gue mau...." Entah mengapa Tari menjadi gelisah mengungkapkan tujuannya. Padahal dia hanya akan bertanya soal Valdo.

"Lo, mau apa? Mungkin gue bisa bantu."

Benar juga, Yuda adalah ketua OSIS pasti dia bisa membantu. "Lo kenal Valdo?" Tanya Tari kemudian.

Yuda mengangkat sebelah alisnya. "Valdo?"

"Iya, kalo gak salah nama lengkapnya Rivaldo a-."

"Mau apa lo tanya-tanya soal Valdo?" Tanya balik Yuda dengan ketus.

"Eh..., gue mau tau alamatnya aja. Dia lagi sakit jadi gue mau jenguk."

Mata Yuda kini melebar. Raut wajahnya berubah, tak seperti Yuda yang di kenal Tari. Yuda yang selalu ceria.

"Gue gak tau," jawab Yuda masih ketus. "Sebaiknya lo gak berurusan sama dia."

***

Tbc...

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang