part 23 : First Day Of Driver

584 23 0
                                    

Malam ini Valdo tak bisa tidur, dia sudah mencoba tidur dari tadi. dia hanya berguling-guling di ranjangnya. Jika merasa bosan, dia berdiri, mulai berjalan berbolak-balik tak karuan. Lalu kembali berbaring di atas ranjang. Dan pada akhirnya, dia memutuskan untuk ke balkon. Mungkin angin malam dapat menjernihkan sedikit kepalanya akibat banyak berpikir.

Valdo menghirup dalam-dalam udara malam, dan angin yang menerpa wajahnya. Dia ingat, dulu saat dia tak bisa tidur. Bunda akan menyanyikan sebuah lagu untuknya sampai Valdo benar-benar tertidur.

Tapi itu dulu, saat bunda masih bersamanya. Dia memandang pilu ke sebuah rumah besar di samping rumahnya. Dulu semua kenangan itu ada tepat di rumah itu. Tapi sekarang Valdo hanya bisa melihat kebencian dari rumah itu.

Rumah itu masih bersinar terang, bahkan Valdo dapat mendengar sayup suara-suara yang keluar dari sana. Ada pesta di sana. Tepatnya pesta penyambutan Adara. Bukan pesta besar memang, karena hanya dihadiri dua keluarga saja. Salah satunya keluarga Adara.

Ya, Adara yang saat ini memenuhi pikirannya, juga Adara yang sama dengan Adara yang kemarin meneleponnya--yang sangat dirindukannya. Dia baru saja kembali, setelah dua tahun tinggal di Inggris. Dia dan orangtuanya di undang ke rumah itu. Pasti, selain urusan bisnis kedua keluarga itu. Ada rencana lain antara keluarga Adara.

Dia sudah berteman dengan Valdo dari kecil. Adara lah yang menemaninya setelah kepergian bunda. Adara lah yang dapat mengerti dirinya sama seperti bunda. Adara lah, cewek yang selama ini Valdo suka. Tapi sayang, dia tak bisa bersama dengan cewek itu. Adara sudah menjelaskannya di telepon kemarin. Dia akan bertunang tak lama lagi.

Valdo sudah terbiasa dengan semua ini. Di mana semua orang yang ia sayangi selalu selalu direnggut darinya.

***

Resmi sudah, hari ini Tari benar-benar menjadi sopir Valdo. Menjadi sopir dan asisten Valdo membuatnya bangun lebih pagi dari biasanya. Entah ini keuntungan atau sebuah kerugian baginya. Mungkin keuntungannya adalah dia tak akan sampai terlambat dan bisa berangkat tanpa mogok karena Valdo membolehkannya membawa pulang motor berwarna abu-abu yang kemarin sempat ditunjukan kepadanya. Dan ruginya dia harus terburu-buru saat berangkat dan harus mengendarai sendiri sepada motor itu, apalagi Valdo akan manjadi penumpangnya.

Entahlah, jika harus menghitung berapa keuntungan dan kerugian menjadi asisten Valdo. Tentu lebih banyak kerugiannya. Karena fakta bahwa Tari akan menghabiskan banyak waktu bersama Valdo membuatnya kesal sempanjang waktu, itu kerugian terbesarnya.

Satu lagi kerugiannya, mulai saat ini Tari harus sabar menghadapi Valdo. Misalnya menunggunya turun dan berangkat ke sekolah bersama.

Seperti saat ini, dia tengah menunggu Valdo sambil terus menggerutu. Kebiasannya yang tak bisa hilang begitu saja. Setelah beberapa kali menggerutu dan mendesah, Valdo turun. Lengkap dengan seragam sekolahnya yang terlihat berantakan dan rambut yang sama berantakannya. Sepertinya dia kesulitan melakukan aktivitasnya hanya dengan satu tangan, apalagi itu tangan kiri. Entah mengapa Tari menjadi iba ke bosnya itu.

Valdo sudah turun lalu melemparkan sembarang tasnya ke asisten barunya, yang untungnya berhasil ditangkap oleh Tari. Dia dengan acuh berjalan ke dapur. Tari mengatur napasnya sebentar, mencoba mengontrol emosinya agar tidak meledak-ledak. Lalu mengikuti Valdo ke dapur.

Di sana Valdo sudah duduk dengan semangkuk sereal yang sudah tersaji di depannya. Ada juga bi Inah yang sibuk dengan beberapa peralatan dapur. Tari melangkah masuk dan mendudukan dirinya di salah satu kursi di sana.

"Non, udah datang?" Sapa bi Inah dan dibalas Tari dengan anggukkan. "Non, mau sarapan dulu?" Tawar bi Inah.

"Gak usah bi, makasih." Tari dengan halus, meski dirinya belum sarapan karena pagi tadi dia sangat buru-buru dan hanya membawa bekal roti isi yang dibuatnya.

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang