Part 35 : something between us

387 13 0
                                    

Ada sebuah perasaan aneh saat Tari menginjakkan kaki di tempat ini. Perasaan itu semakin menghantam Tari saat matanya menatap banyak gundukan tanah yang berjejer rapih di kanan kirinya, belum lagi saat matanya menatap batu nisan yang menampakan beberapa nama dan tak sengaja terbaca netra Tari. Yang Tari tau, perasaan itu bukanlah perasaan takut. Tak ada alasan baginya untuk merasa takut karena bagaimana pun, tempat ini akan menjadi tempat perjalanan terakhir semua orang termasuk ia dan juga bundanya yang telah lebih dulu pergi.

Tari sudah terbiasa memasuki kawasan pemakaman, jadi kakinya sudah terbiasa pula saat harus menghindari ranting pohon yang tersebar di tanah, atau tak kaget bila menemui pusara tak terawat dan tak bernisan. Entah kenapa, dia tiba-tiba teringat ibunya, teringat makam ibunya yang kini jarang dikunjungi Tari.

Tari sadar, dia merindukan ibunya, perasaan yang ia rasakan saat memasuki area ini adalah perasaan rindu rupanya. Rasanya ingin sekali pergi mengadu di depan pusara ibunya. Seperti yang dulu-dulu selalu ia lakukan. Mungkin setelah ini ia akan berkunjung kesana, mengajak serta abangnya. Tapi, selain rasa rindu ada perasaan lain yang mengganggunya.

Sebuah rasa penasaran, akan sesosok cowok yang telah membawa Tari ke tempat ini. Rasanya ia ingin sekali melemparkan sejuta pertanyaan pada Valdo. Mulai dari Adara dan juga mengapa ia membawa Tari ke tempat ini. Tempat yang mampu membangkitkan kenangan Tari akan ibunya. Tapi pertanyaan - pertanyaan itu tak kunjung terucap. Dikarenakan Valdo yang terus bungkam semenjak memasuki area pemakaman ini. Lihatlah, dia berjalan tanpa menimbulkan suara. Bahkan langkah kakinya tak menimbulkan bunyi sedikitpun.

Sebuah aura yang berbeda terpancar keluar dari Valdo. Tari tak mengerti, Valdo juga bisa menjadi seperti ini.

"Lo takut?" Valdo bertanya, tak menghentikan langkahnya. Membuat Tari yang sedang memperhatikannya kaget. Bukan karena pertanyaan Valdo yang tiba-tiba, tapi lebih karena Tari merasa telah ketahuan diam-diam sedang memperhatikan cowok itu.

"ng-nggak," jawabnya, sambil menggeleng kikuk.

"Bagus deh. Kalo liat penampakan bilang-bilang dulu ya. Jangan langsung kabur," kata Valdo, masih menatap ke depan.

Aura berbeda yang tadi keluar dari Valdo kini hilang tak berbekas, sepenggal kalimat tadi membuat Tari mengutuk dirinya sendiri karena telah berpikir Valdo telah berubah menjadi pendiam. Valdo tetaplah Valdo yang menjengkelkan. Dia pikir dengan berkata demikian akan membuat Tari berlari tunggang-langgang karena ketakuan.

Langkah Valdo berhenti tepat di sebuah pusara berkeramik biru langit. Dia terdiam, membuat Tari menatapnya dengan heran. Rupanya Valdo sedang mengamati pusara di depannya, raut wajahnya berubah. Berbeda dengan Valdo pada beberapa detik sebelumnya.

"Apa kabar Bun?" Valdo bersuara. Dia mengambil satu langkah mendekati pusara di depannya lalu berjongkok tepat di samping pusara itu. Tangannya terulur mengelus goretan nama yang terukir di keramik biru itu. Ada Tulisan RENATA yang tergores dia atasnya. Di sampingnya ada sebuket bunga yang sudah kering.

Tari bingung harus bagaimana. Cowok itu, membuatnya terus merasa bingung untuk kesekian kalinya. Bagaimana sifat cowok itu bisa berubah-ubah dalam waktu singkat saja? Kini dia menampakan sisi lembut di depan makam bundanya. Pandangan matanya pun terlihat sendu. Seperti Valdo yang sedang menunjukan sisi rapuhnya kepada Tari. Bukankah semua orang itu memiliki sisi rapuh? Tari rasa Valdo juga memilikinya.

"Maaf Bun, Valdo gak bawa bunga buat Bunda." Tangan cowok itu sudah berhenti mengelus keramik. "Tapi Valdo bawa temen Bun."

Tari tersentak, entah kenapa? Selepas namanya disebut oleh Valdo. Tubuhnya bereaksi mendekati Valdo dengan sendirinya. Dia ikut berjongkok di samping Valdo. "Hai Tan, kenalin Tari Tan, temennya Valdo." Dia menghela napas sebentar, lantas tersenyum tipis. Ada ide yang tiba-tiba terlintas di kepalanya. "Tau nggak, Tan? Valdo itu menyebalkan, dia itu sering ganggu Tari, sering nyuruh-nyuruh Tari dan parahnya tuh Tan, dia maksa Tari jadi sopir yang antar jemput dia selama seminggu."

Valdo yang kaget akibat pengakuan Tari, langsung menoleh ke samping-tepat menatap netra Tari dari samping. Dia heran apa yang gadis itu pikirkan tiba-tiba saja membicarakan hal begitu. Valdo terus mengamati Tari selagi Tari membicarakannya.

"Pokoknya dia itu super ngeselin. Terus juga ya, Tan, Valdo itu sering bolos pelajaran lho, Tan. Tari juga bingung, padahal Valdo tuh pintar Tan tapi suka males. Tapi tenang Tan, kalo Valdo bolos lagi bakal Tari jewer kupingnya biar dia kapok. Jadi Tante jangan khawatir, Valdo akan baik-baik saja Tan-"

"Kata siapa gue baik-baik saja?" potong Valdo. Dia tak membiarkan Tari melanjutkan kata-katanya, karena menurutnya semua itu tak benar.

Sorot mata Valdo kembali memancarkan sesuatu yang tak bisa Tari artikan. "Emang salah ya?" tanya Tari kembali.

"Makanya jangan sok tau." Valdo mengalihkan pandangannya, kembali menatap pusara bundanya.

"Kalo ada masalah, lo tinggal bilang ajah ke Bunda lo. Aduin semua masalah yang buat lo gak baik-baik aja," Tari berkata polos.

"Menurut lho, dengan begitu masalah gue bakal selesai?"

"Bilang aja, lo malu kan? Mengaku lagi gak baik-baik aja itu gak salah. Yang salah itu elo terus-terusan berada dalam situasi gak baik itu tanpa mau merubahnya. Lo tau nggak? Dulu, selepas kematian ibu, gue juga selalu mendam perasaan gue. Tapi abang Bimo bawa gue ke makam ibu. Entah kenapa air mata gue keluar tiba-tiba keluar sendiri, gue langsung ngadu tentang banyak hal. Jadinya gue sering curhat di depan makam ibu, dan entah kenapa gue seperti menjadi lebih kuat. Tapi emang sih masalah gue gak selesai begitu ajah. Tapi tuh, kayaknya beban di pundak gue agak lebih ringan. Mungkin lo harus coba deh, walaupun Bunda lo udah gak ada di dunia ini lagi, gue yakin Bunda lo bakal dengar dari atas sana. Bunda lo juga pengen tau keadaan anaknya langsung dari anaknya sendiri," jelas Tari panjang lebar.

Ada sebuah makna yang Tari tangkap dari sorotan mata Valdo saat menatapnya. Tari merasa tatapan tajam Valdo itu seakan-akan bisa menusuk pupil matanya jika saja ia tak buru-buru berkedip dan juga mengalihkan pandangannya setelah beberapa detik tadi pandangan mereka terkunci satu sama lain.

"Maaf, gue lancang ya." Tari kembali berkata karena Valdo tak kunjung bersuara diantara suasana canggung tadi.

"Tanpa gue bercerita Bunda tau masalah gue apa, dia yang paling mengerti Valdo." Demi Valdo yang membuka mulutnya, Tari langsung menatap cowok itu begitu lekat. "Gue kesini cuma mau nemenin Bunda ajah. Karena hari ini adalah peringatan Bunda telah pergi dari sisi Valdo selama enam tahun. Tapi ada benernya juga, Valdo mau mengadu pada Bunda, bun," lanjutnya.

Valdo menghela napasnya sejenak. "Yah, mungkin sebagian kecil ceritanya udah di ceritain tuh anak." Valdo melirik Tari sekilas. Jelas sekali Tari lah yang Valdo maksud dalam ceritanya. "Valdo sebenarnya tak mau mengakui, tapi yang Tari omongin bener Bun, maaf selama ini Valdo belum menjadi anak yang membanggakan seperti yang Bunda mau. Tapi Valdo mau berusaha berubah, selama ini juga Valdo selalu menuruti perkataan Ayah. Sama seperti yang Bunda minta. Tapi Valdo tak akan pernah cocok dalam keluarga itu, Bunda pahamkan?"

Banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepala Tari, pertanyaan itu tergabung bersama pertanyaan-pertanyaan yang dulu sudah menumpuk banyak di kepala mungil Tari yang tak bisa mengerjakan soal matematika sederhana. Hanya karena seorang Valdo, Tari jadi sangat penasaran akan kehidupan orang lain. Karena sebelumnya ia bodo amat dengan urusan yang tak menyangkut dirinya. Tapi orang yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan kini telah merubah sesuatu dalam diri Tari. Valdo membuat Tari bungkam sambil memperhatikan, pandangan Tari tak lepas sedetikpun dari cowok yang masih asik mengadu di depan makam bundanya. Dari tatapan Valdo, kini Tari menyadari ada luka di dalamnya. Kenapa hal seperti itu saja tak bisa ia sadari. Luka mereka sama, tentang bagaimana pedihnya di tinggal orang tercinta.

Tari masih menatap Valdo lekat. Valdo masih bercerita banyak. Dan tanpa sadar keduanya kian jadi dekat.

Hola! Long time no see
Hey! Tari come back
Voment dong reader😓
Sekedar pemberitahuan author lagi kena writer blok jadi maklumin ajah ya up nya lama...😪
Tapi vometnya tetep di tunggu ya kalean.. Ciaoo😘

Ig : @nienitasarii19

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang