part 30 : Valdo dan Tari

501 21 0
                                    

Sesuatu yang coba ditutup-tutupi pasti akan diketahui juga. Begitu pula dengan fakta Yuda yang tinggal di rumah besar itu. Yah, memang Valdo tak berniat menyembunyikan fakta itu. Tapi dia tak mau mengatakan secara terang - terangan bahwa mereka hidup berdampingan. Apalagi soal hubungannya dengan Yuda yang merupakan sepupu dan yang lalu berubah menjadi saudara tiri sepuluh tahun lalu. Biarlah mereka mengetahui sendiri. Begitu pun saat Tari bertanya akan rumah itu. Tentu Valdo sudah menduga, pertanyaan macam apa yang akan dia tanyakan. Karena memang sebelumnya, Tari nampak penasaran sekali dengan rumah besar sialan itu.

Berhenti memikirkan hal tersebut. Dia tak mau mengawali hari dengan memikirkan masalah pelik keluarganya. Valdo segera menyambar ransel yang tergantung di dinding kamar. Dia yakin Tari sudah menunggu di bawah. Valdo harus segera menemui nya atau Valdo akan mendapati wajah kesal setengah mati Tari. Meski menurutnya justru wajah itu terlihat lucu, tetap saja Valdo tak tega membiarkan Tari berlama-lama menunggu. Eh, sejak kapan dia se-peduli itu dengan Tari?

Benar saja Tari sudah ada. Gadis itu sedang duduk santai di sofa, matanya fokus pada layar ponselnya. Hingga tak menyadari kedatangan Valdo. Atau mungkin memang pura - pura tak menyadari saja.

"Den, sarapan nya." Bi Inah datang, menawarkan sarapan.

"Ngga usah bi, nanti ajah di kantin."

"Gak, Aden harus sarapan. Inget lho pesen bundanya aden kalo sarapan itu pen-"

"Iya - iya bi." Valdo menyela. Dia menghembuskan napas pelan, sudah hapal betul lanjutan dari perkataan Bi Inah tadi.

"Entar ya den, bibi mau ambil bekal."

Bi Inah langsung beranjak dari sana. Langkahnya cepat bahkan terkesan seperti lari. Valdo berpaling untuk melihat Tari. Dan mendapati Tari yang sedang menahan tawa sambil tetap menatap layar ponselnya.

"Kenapa lo?" Tanya Valdo sewot.

"Lo keliatan banget gak mau bawa bekal," ucap Tari sambil terkekeh geli.

"Bodo amat, udah yuk kita pergi."

"Nunggu bi Inah, lah. Kan dia mau ambilin Lo bekal. Apa lo, mau kabur, ya?"

Tari dapat menebak isi kepala Valdo. Valdo yakin, gadis itu akan mengolok-olok bekal yang akan dibawa Valdo nanti. Awas saja jika hal itu memang terjadi.

Bi Inah datang tak lama kemudian. Ada sebuah kotak bekal berwarna merah muda yang dibawanya. Membuat Valdo mengangkat sebelah alis saat melihat warna merah muda itu. Tangannya terulur menerima kotak bekal itu, lalu memasukannya kedalam ransel. Sebenarnya ingin sekali ia menolak, tapi demi menghargai Bi Inah yang sudah susah payah membuatkannya sarapan, Valdo tetap menerimanya.

"Non Tari, mau?" Bi Inah ganti menawari Tari.

"Mm... Makasih bi, Tari udah sarapan di rumah."

"Gak apa-apa non, bi Inah buatnya agak banyak. Mau bi Inah ambilin kotak bekal lagi?"

"Gak usah terlalu baik sama tuh anak, Bi. Yang ada dia malah ngelunjak." Valdo berkata ketus. Membuat Tari menunjukan wajah kesal setengah matinya.

"Yaudah, kalo gitu. Aden jangan lupa bawa pulang kotak bekalnya ya, jangan dibuang, den," pesan bi Inah, mengira Valdo sudah membuang kotak bekal yang sebelumnya. Padahal bekal waktu itu ia berikan pada Tari yang pingsan karena belum sarapan. Valdo melirik Tari di sampingnya, tatapannya mengartikan agar Tari tak melupakan kotak itu. Namun, gadis itu hanya nyengir lebar menunjukan deretan giginya.

"Yaudah bi, kita berangkat dulu ya."

Tari berkata sambil cengengesan. Dia yang lebih dulu menyalami bi Inah, yang lalu dilakukan Valdo kemudian. Mereka berjalan keluar, menghampiri motor abu-abu yang sudah menunggu di depan rumah. Tari lebih dulu menghampiri motor itu, dia langsung memakai helm dan kemudian menghidupkan mesin motor. Siap untuk berangkat.

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang