Bel pulang berdering, bukan siswa namanya jika tak bersorak kesenangan atas suara nyaring yang membebaskan mereka dari buku dan guru. Belum juga semenit semenjak bel berbunyi, kelas sudah kosong setengah. Kebanyakan dari mereka langsung ngacir bagai burung yang sangkarnya dibuka. Sedangkan Tari masih rusuh sendiri. Bagaimana tidak, Abangnya dan si tongki masih setia dengan drama mogoknya. Membuat Tari menepuk jidat mendengar ulah si Tongki. Sedangkan Tari sudah tak nyaman berlama-lama di bangkunya.Dia beranjak, angkot menjadi pilihan terakhirnya saat ini. Biarlah hari ini panas-panasan di angkot lagi. Begitu kakinya keluar kelas kepalanya berputar mencari keberadaan Valdo. Valdo-lah yang menjemputnya tadi pagi, harusnya cowok itu otomatis bisa mengantarnya pulang, begitu pikir Tari. Tapi batang hidungnya tak terlihat satu inci sekalipun. Pastilah, Valdo—cowok itu menjadi salah satu orang yang ngebut keluar setelah bel pulang.
Aksi celingak-celinguk Tari masih berlanjut jika saja matanya tak menangkap sosok orang yang sedang berjalan mendekatinya. Yuda, cowok itu berjalan perlahan menuju Tari dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. Entah, Tari tak bisa mengartikannya.
"Yuda," sapa Tari.
"Hai." Cowok itu berhenti tak kurang dari satu meter di depan Tari. Kepalanya menoleh melihat kedalam kelas Tari. "Lo, liat Adara?" Tanyanya.
Tari menggeleng. Ia tidak melihatnya. Yang jelas Adara sudah tak heran di dalam kelas.
"Mungkin udah pulang," seru Tari.
"Baguslah."
Dahi Tari terlipat, tak mengerti dengan apa yang diucapkan Yuda.
"Lo, pulang bareng siapa?" Tanya cowok itu kemudian.
Pertanyaan itu membuatnya kembali teringat akan Valdo. Ah, cowok sialan itu.
"Bareng gue mau?" Tawar Yuda.
"Duh, gue ngerepotin banget deh. Sering banget Lo anterin."
"It's okay. Ngomong-ngomong lo gak bareng Valdo?"
Sial. Belum juga semenit bagi Tari melupakan cowok itu. Kenapa Yuda dengan gamblangnya menyebut Valdo kembali, yang lagi membuat Tari membatin dalam hati.
Tari menggeleng sebagai jawaban.
"Ayok."
Tari melebarkan matanya demi melihat apa yang dilakukan Yuda. Cowok itu mengulurkan tangannya menunggu respon Tari.
"Ayok, keburu sore." Yuda maju, menarik Tari, meraih tangan cewek itu lantas membawanya pergi.
.
."Kenapa?" Tanya Valdo membalikkan badannya menghadap Adara.
"Gue mau ke makam bunda," katanya sedikit kikuk. "Udah lama gak kesitu, Lo temenin ya," pintanya sambil melebarkan kedua mata bulatnya.
"Kenapa? Kan ada Yuda?"
"Gue mau ke makam bunda Lo. Ngaco ya Lo."
Valdo menghembuskan napasnya sambil sedikit mengacak rambutnya yang memang sudah tak rapi. Matanya menyapu lorong sekitar yang kini sudah sepi ditinggal warga sekolah. "Yaudah, tapi gue mau nganterin Tari pulang dulu."
Adara mendelik kala mendengar nama Tari. Dadanya tiba-tiba menjadi sesak dan hatinya sedikit sakit tanpa alasan yang jelas. Dia hanya mengangguk, mengurungkan mengucapkan pertanyaan yang sebenarnya sudah gatal ingin ia lontarkan.
Valdo sedikit termenung, menunggu Respon Adara. Air muka Adara berubah, tapi Valdo tak tau mengapa. Gadis yang sudah ia kenal lama itu mendadak asing, dulu Valdo selalu bisa mengerti Adara, pun sebaliknya. Namun semuanya berubah kala ada orang ketiga bernama Yuda.
Dua kalinya, Valdo menghembuskan napasnya. "Gue pergi dulu," katanya lantas membalikan badan memunggungi Adara.
"Lo suka dia ya?"
Valdo mematung, membeku ditempat.
.
.Canggung, atmosfer itu terus menggantung diantara mereka. sudah lebih dari sepuluh menit keduanya saling diam. Sambil menunggu pesanan mereka, Tari lebih memilih memainkan sedotan dari cup brown sugar di depannya. Sedang Yuda asik memainkan ponselnya dengan serius. Tari tak tau apa yang sedang dilakukannya, dia hanya satu - dua kali melirik Yuda. Takut yang dilirik mengetahui Tari sedang memperhatikannya.
Tari masih memainkan sedotan itu, memutarnya lalu menimbulkan suara saat sedotan plastiknya berhasil bergesekan dengan es batu beserta Boba didalamnya.
"Bosan ya."
Tari mendongak, Yuda sudah tak fokus pada ponselnya. "Maaf ya udah maksa Lo nemenin gue," katanya kemudian.
Tari menggeleng, "gak pa-pa kok," katanya sedikit tersenyum mengingat Yuda memang sedikit memaksanya. Sedikit. Lantas kepalanya kembali memikirkan kejadian di mobil tadi, saat Yuda yang tiba-tiba mengajaknya mampir makan lebih dulu alih-alih langsung mengantar Tari. Tentu saja Tari menolak, tapi cowok itu bersikeras mengajak Tari dengan bujukan traktiran. Setelah beberapa kali menolak, akhirnya Tari mengalah. Bukan karena traktiran yang diiming-imingi Yuda, tapi lebih karena rasa tak enak hati, karena sadar diri Yuda dengan baik hati mengantarnya pulang.
Jadilah kini, mereka mampir di Cafe terdekat. Menunggu Burger pesanan Yuda sambil meminum Brown Sugar yang sudah Yuda pesankan sebelumnya.
Berhenti memainkan sedotan, Tari mulai menyeruput Brown sugar-nya.
"Gue harap, gak ada yang ganggu kita kayak waktu itu."
Tari tersedak Brown sugar dan Boba didalamnya. Kepalanya kembali teringat akan momen canggung antara Ia, Yuda dan juga Valdo tempo hari.
Tari meringis mengingat momen itu, juga karena tenggorokannya sakit karena tersedak tadi.
Sedangkan, Yuda terkekeh melihat tingkah lucu Tari. Membuat Tari mendelik. "Lo-" Tari menggantungkan kalimatnya, bingung harus berkata apa.
"Kenapa?"
Tari terdiam sebentar, menyaring kata apa yang pantas keluar dari mulutnya. "Lo gak musuhan kan sama Valdo?"
Yuda kembali tergelak, tawanya renyah membawa sedikit lengkungan pada sudut bibir Tari.
"Lo lucu banget sih?" Katanya masih sedikit tertawa.
"Eh." Tari sedikit malu, dia ikut tertawa kecil. Menertawakan kebodohannya yang sudah melewati batas. "Salah ya gue nanya gitu?"
"Engga kok." Yuda menyudahi tawanya. "Emang gue sama Valdo kelihatan musuhan?"
"Lah, kok balik nanya?"
"Jawab aja dulu."
"Sedikit sih."
Yuda bungkam, Tari pun demikian. Selama beberapa detik mereka kembali tak bersuara. Rasa canggung kembali kentara diantara keduanya.
"Yuda kenapa gak jawab?"
Dengan wajah serius Valdo menatap tajam Tari. "Lo- Lo suka Valdo ya?"
*****
Hollaaaa I'm back setelah sekian lama. Jangan tanya kemana? Kata guru Kakashi mah author habis tersesat dijalan yang namanya kehidupan. Intinya itu sih, sibuk kerja😅 jadi lupa punya anak Tari. Btw nulis part ini sebenarnya lama banget. Writer Block is a hell😭
Dah lah kebanyakan bacot ya....How about this part?
Salam tari🙂
![](https://img.wattpad.com/cover/137262318-288-k860145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...