part 19 : Bos Valdo

630 23 0
                                    

"Apa!" Teraik Dewi dan Gita bersamaan.

Mendengar jeritan Dewi dan Gita kini seisi kantin menatap mereka dengan tajam. Dewi dan Gita yang menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, buru-buru meminta maaf ke orang-orang di sekitar mereka.

"Lo serius, Tar?" Tanya Dewi berbisik sambil mencondongkan badannya ke Tari.

"Elah, ngapain gue boong sih."

"Parah bener tuh anak, awas aja nanti kalo ketemu gue labrak nanti." Gita mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Udah gue bilangin, mending lo jauh-jauh sama dia gih," sambungnya.

"Gue cuma mau minta maaf Gita. Gak salah kan Gue, lagian juga gue minta maaf ke Valdo atas petunjuk dari lo berdua kan?"

"Gue gak nyangka Valdo bakal ngelakuin ini, Tar. Kalo gini ceritanya sih gue gak bakal nyuruh lo buat minta maaf," balas Dewi.

"Udahlah nasi sudah menjadi bubur, lagian gue juga udah lega karena udah minta maaf."

Dengak keras Gita memukul meja kantin dan membuat Tari dan Dewi terlonjak kaget karenanya. Bukan hanya Tari dan Dewi, kini mereka bertiga kembali menjadi pusat perhatian warga kantin, karena mereka juga mendengarnya. "Itu namanya sih bego kalo lo nurutin dia," teriaknya.

"Tapi Git, gue kan..."

"Gak Valdo yang salah," ucap Gita kemudian.

"Lo kenapa sih, Git?" Tanya Dewi dengan cemas.

"Gue gak bisa biarin." Gita berdiri dari duduknya. "Tenang Tar, gue mau bela lo." Matanya melirik Tari dengan penuh amarah.

"Git, lo jangan cari ribut." Dewi dengan panik menyusul Gita yang hendak pergi. "Tenang kali. Lo harus tunggu keputusan Tari dulu," sambungnya setelah berhasil menghentikan Gita.

Dengan kompak, Dewi dan Gita menoleh ke arah Tari yang tampak cuek dan masih nagkring di atas bangku. Dewi kembali duduk di bangku setelah memastikan Gita terkendali. "Tar, lo kok kaya gak peduli? Lo mau jadi babunya Valdo lho," bisik Dewi.

"Asisten." Tari melotot ke arah Dewi.

"Sama ajalah,"

"Iya Tarr, lo kok kalem banget sih?" Timpal Gita ikutan duduk di sebelah Dewi.

"Udah ah udah terlanjur juga. Lagian ya hati gue rasanya lega."

Dewi dan Gita saling berpandangan sejanak. "Lu lega jadi asistennya Valdo?" Tanya Dewi.

"Bukan gitu, gue lega karena udah minta maaf ke Valdo."

"Ya udah, Tar, kalo itu menurut lo gak apa-apa." Dewi mengusap tangan Tari yang berada di atas meja. "Gue doain supaya Valdo baik-baik sama lo," lanjutnya.

"Gak. Gue masih gak terima," ucap Gita kini dengan suara pelan. "Gue mau samperin tuh anak."

Gita berdiri, dia melangkah dengan cepat hendak meninggalkan Dewi dan Tari. Namun baru satu dua langkahnya, dia berhenti. Dia berdiri mematung, wajahnya tegang seakan-akan baru melihat melihat hantu.

Tari dan Dewi dengan penasaran menghampiri Gita. Mereka ingin tau apa yang menyebabkan anak itu terdiam. Dan ternyata di depannya ada sosok Valdo sedang berdiri memandang sinis ke Gita.

Dewi yang juga menyadari sosok Valdo membulatkan mulutnya dengan sempurna.

"Apa? Lo mau apa sama gue?" Tanya Valdo sinis.

"A-an-nu...," ucap Gita gugup.

"Gue gak ada urusan sama lo," ucap Valdo masih sinis. "Gue ada perlu ama asisten baru gue," tambahnya melirik Tari yang sedang berdiri di belakang Gita.

"G-gue?" Sama dengan Gita. Tari juga gugup.

Valdo maju mendekati Gita. Menatapnya sebentar lalu melanjutkan langkahnya mendekati Tari. "Iya lo asisten gue," ucapnya dingin.

"Besok kan gue baru jadi asisten lo." Tari mencoba tak terlihat gugup.

"Gue maunya sekarang." Valdo menarik tangan Tari, membawanya menjauhi kantin dan kedua temannya. Hal ini menjadi perhatian setiap pasang mata yang ada di kantin.

Tari sendiri hanya menundukan kepalanya saat tau ia menjadi pusat perhatian. Dia tak bisa melawan Valdo karena cengkeraman tangan cowok itu begitu kuat. Tari hanya pasrah kemana Valdo akan membawanya pergi.

***

Tari sedang duduk memandangi sekitarnya. Tempat ini masih sama seperti biasanya. Tempat para siswa membolos jam pelajaran. Lihatlah mereka sedang asik jajan dan bercanda ria padahal lima menit yang lalu bel masuk sudah berbunyi.

Tapi keberadaanya di sini bukan untuk membolos. Dia hanya menuruti Valdo yang membawanya ke sini. Kalau bukan karena perjanjian yang ia buat dengan Valdo, ia tak mungkin mau ada di sini. Lebih baik menyusul teman-temannya masuk kelas. Untunglah hari ini guru yang mengajar tidak bisa datang. Jadi dia tak akan terkena masalah saat kembali ke kelas nanti.

Lamunan Tari buyar saat Valdo menjentikan jarinya tepat di depan wajah Tari.

"Lo kenapa?" Tanya cowok itu.

"Gak. Cepetan mau ngomong apa?"

"Bentar gue makan dulu." Dengan lahap Valdo memakan batagor di depannya. Dia tak memperdulikan Tari yang jelas-jelas mau mencicipi batagor tersebut.

"Lo gak nawarin gue?" Tanya Tari kemudian.

"Gak," balas Valdo singkat lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tari mendengus kesal, dia harus ekstra sabar menghadapinya. Apalagi sekarang dia harus menjadi asistennya selama dua minggu penuh.

Dengan sabar Tari menunggu Valdo menghabiskan batagornya. Sambil sesekali meneguk liurnya saat melirik batagor Valdo. Dia masih lapar karena saat dikantin tadi dia tak menghabiskan batagor miliknya akibat keributan yang di timbulkan kedua temannya itu.

Baru satu detik sejak Valdo memasukan batagor terakhir ke mulutnya, Tari langsung mencecarnya dengan pertanyaan. "Lo mau ngomong apa?"

Valdo tak langsung menjawab. Dia masih mengunyah batagornya sampai benar-benar habis. Dan lagi-lagi Tari dengan sabar menunggunya. "Gue mau ngomongin apa aja yang harus lo lakuin selama menjadi asisten gue," ucapnya setelah menelan  habis batagor tadi.

Tari mengangkat alisnya tinggi - tinggi. "Harus sampe ada aturannya ya?"

"Ada nanti gue buatin daftar apa aja yang harus lo lakuin tiap harinya. Biar enak sini gue minta nomer wa lo."

Tari kembali mendengus "Nih." Dia menyerahkan ponselnya ke Valdo.

Valdo mulai memencet-mencet tombol pada layar ponselnya. Lalu tak lama terdengar nada dering panggilan pada ponsel Tari.

"Tuh nomer gue, jangan lupa di save. Oh iya nanti siang tungguin gue di depan kelas," ujar Valdo

"Emang mau ngapain?"

"Tunggu aja, oh iya ada satu hal lagi. Lo harus panggil gue bos," ujar Valdo menyeringai.

"Apa!" Tari membelalak kaget.

***

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang