"Sebaiknya lo gak berurusan sama dia."
Kata-kata Yuda tadi terus terngiang-ngiang di kepala Tari. Sesekali Tari menepisnya dengan menggeleng-gelengkan kepala mencoba melenyapkan pikiran itu. Tapi yang terjadi justru dia terus memikirkan hal tersebut di sepanjang perjalanannya menuju rumah Valdo.
Ya, Tari sudah berhasil mendapatkan alamat rumah cowok itu. Sebenarnya cukup mudah, Tari tinggal masuk ruang Tata Usaha dan menanyakan data tentang Valdo. Memang awalnya dia ragu, tapi setelah dia mengingat perkataan teman-temannya dia menghilangkan keraguan itu.
Tari turun dari angkot yang di naikinya. Demi meminta maaf ke Valdo, Tari sampai menolak tawaran Yuda untuk pulang bareng.
Dia turun di depan rumah bercat putih. Lalu mencocokkan alamat yang berhasil dia dapatkan dengan alamat yang tertera pada papan kayu hitam yang menempel di gerbang rumah tersebut.
Dan ternyata cocok. Mata Tari pun berbinar bahagia.
"Jadi ini rumah si pentolan itu?" Tari memandang lurus ke depan.
Rumah itu sangat besar. Jika di bandingkan dengan rumahnya, maka rumahnya bagaikan garasi pada rumah di depannya."Jadi Valdo anak orang kaya ya? Pasti dia tinggal dengan keluarga besarnya," gumam Tari, bermonolog.
Tanpa menunggu lama Tari menekan tombol di dekat gerbang. Dan tak berselang waktu lama seseorang wanita lanjut usia datang dari dalam rumah.
"Iya, nyari siapa ya?" Sapa wanita itu."Cari Valdo. Valdo ada." Tari berkata sesopan mungkin.
"Oh non temannya ya? Kalo gitu masuk aja."
Tari mengangguk sekilas. Wanita itu membukakan gerbangnya lalu mempersilahkan Tari masuk dan menuntunnya ke dalam. Tari berjalan menyusuri taman depan rumah Valdo sambil di pandu oleh wanita yang sepertinya pembantu rumah tangga rumah ini. Kemudian dia tiba di depan rumah besar bercat putih itu. Wanita paruh baya tadi membuka pintu, kali ini tanpa dipersilahkan masuk-Tari masuk dengan sendirinya. Dia dibawa mendekat ke sebuah sofa putih ruang tamu.
"Non duduk aja, nanti bibi panggil den Valdo." Suara Wanita itu memecah kekaguman Tari. Lalu dia pamit pergi dari sana.
Tari masih kagum akan rumah ini. Jadi dia memutuskan melihat-lihat benda-benda yang di pajang di ruang tamu. Mata Tari tertarik pada kumpulan foto-foto yang dipajang di dinding, di dalam foto-foto itu hanya terdapat sosok anak laki-laki yang sedang tersenyum manis. Mirip dengan Valdo. Dan kebanyakan foto itu berfilter hitam-putih.
"Oy, jangan liatin lama-lama, lo pikir gratis apa?"
Tari berbalik dan tersentak kaget saat memandang Valdo sedang menatapnya tajam.
***
Valdo sedang duduk di ranjangnya. Dia sedang memaikan bola kasti sambil memantul-mantulkannya ke lantai. Gerakannya kaku karena tangan kanannya masih menggantung tak berdaya akibat kecelakaan semalam.
Jika bukan karena gadis itu keadaannya tak akan menyedihkan seperti ini. Tapi jika dipikir-pikir lagi, Valdo memang bersalah. Dirinya sedang emosi saat itu, dia yang mengebut dan hampir menabrak Tari. Jadi mungkin Tari lah korbannya.
Terbesit rasa bersalah di benaknya, apalagi kemarin dia sudah membentak cewek itu. Apa dia harus meminta maaf?
Lalu terdengar suara ketukan pintu yang berhasil membuyarkan lamunan Valdo.
"Den ada temen aden di bawah." Suara bi Inah terdengar pelan, tak seperti biasanya.
"Iya, bi. Valdo turun."
Dengan malas ia lalu turun ke dari ranjangnya. Valdo berjalan gontai menyusuri setiap lantai dan anak tangga yang ia pijak. Kira-kira siapa teman yang dimaksud bi Inah tadi. Bukankah Valdo tak mempunyai teman dekat yang mengetahui alamatnya. Dia dibuat penasaran dengan semua itu. Hingga akhirnya dia tak sadar, dia hampir turun dari tangga. Valdo menoleh ke arah ruang tamu, ternyata temannya yang dikatakan bi Inah tadi adalah Tari. Gadis itu sedang memandangi foto masa kecilnya.
"Oy, jangan liatin lama-lama, lo pikir gratis apa?" Valdo baru saja turun dari tangga. Dia menatap tajam Tari. Sengaja membuat cewek itu kesal padanya "Ada apa lo ke sini?" Tanyanya lalu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
Tari menyudahi kegiatan mengamati foto-foto tadi. Dia segera mungkin ikut duduk di dekat Valdo
Valdo mengangkat sebelah alisnya. "Siapa yang nyuruh lo duduk?" Lagi-lagi dia sengaja membuat Tari jengkel.
"Gue lagi gak mau cari ribut sama lo," balas Tari ketus. "Asal lo tau aja ya, gue ke sini mau minta maaf sama lo."
Valdo sedikit kaget dengan pengakuan Tari, cewek itu mau meminta maaf duluan. "Lo lagi kesurupan ya?" Tanya Valdo tenang.
"Maksud lo?"
"Apa lo kaget ya liat rumah gue, jadi lo mau minta maaf?"
"Gue udah bener-bener mau minta maaf sama lo. Terserah lo mau maafin gue apa gak, yang penting gue udah minta maaf." Tari terlihat sudah naik pitam, tapi sepertinya dia terus menahan emosi. Tapi kemudian, dia buru-buru berdiri.
Apa gadis itu sudah mau pergi?
"Gue pergi," ucap Tari masih ketus.
Valdo tak bisa membiarkan cewek itu pergi begitu saja, karena ini kesempatan yang langka sekali. Gadis itu mau meminta maaf adalah sebuah keajaiban. Jadi Valdo harus memanfaatkan keajaiban ini sebelum benar-benar hilang. "Gue, baru tau. Ada ya orang minta maaf pake teriak-teriak." Valdo menghentikan langkah Tari yang hendak pergi dari sana. "Gue maafin lo," ucap Valdo enteng.
Perkataan Valdo tadi membuat Tari menoleh menatapnya dengan bingung. "Serius?" Tanyanya, mata melebar.
Valdo sudah menduga hal ini, cewek itu sangat senang karena dia mau menerima permintaan maafnya. Pasti dia akan melakukan apapun agar Valdo mau memaafkannya. "Tapi ada syaratnya," ujar Valdo menyeringai.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...