Setengah jam sudah Tari menunggu Valdo turun. Dia mulai lelah, bahkan tadi dia sempat ketiduran. Kalau bukan karena bi Inah datang membawa minuman, sudah dipastikan dia masih tertidur bahkan sampai ileran. Ini semua karena Valdo, cowok itu membuatnya bangun pagi-pagi dan membuatnya menunggu lama pula.
Tari menguap lebar, lalu merentangkan tangannya mencoba menarik otot-ototnya yang pegal karena tertidur dalam posisi duduk. Dia mengambil gelas di depannya lalu meminum isinya. Dia benar-benar bosan. "Emang dasar cowok gila. Nyuruh orang jangan telat, malah telat sendiri," ucap Tari bermonolog.
"Lo ngatain gue gila?"
Tari tersentak kaget. Buru-buru dia mencari sumber suara Valdo tadi. Dan ternyata Valdo berada di atas anak tangga sedang menatapnya. Tari cukup panik kedapatan membicarakan Valdo di belakang cowok itu, apalagi mengatainya gila. Dia tak menyadari kehadiran Valdo. Tapi Valdo memang suka muncul tiba-tiba, jadi mulai sekarang Tari harus berhati-hati jika mengatai Valdo.
Dia berdeham pelan. "G-gak, gue gak ngatain lo, kok." Tari tak berani menatap wajah Valdo. Jadi dia melihat ke lain tempat.
"Ayo," Valdo turun dari tangga lalu melangkah menuju pintu. Tepat di dekat pintu dia berbalik. "Ikutin gue," ujarnya kepada Tari.
Tari menurut, kemudian dia menyusul Valdo. Cowok itu ternyata membawa Tari ke garasi. Tak sampai memasuki garasi hanya di luarnya saja. Di sana terdapat sebuah motor terparkir.
"Itu motor lo," tunjuk Valdo ke arah motor itu.
Tari berjalan ke motor itu. Lalu memandanginya lamat - lamat. Itu motor matic dengan warna abu-abu, ada sebuah helm disana. Tari penasaran, jadi dia menaiki motor itu.
"Lo juga bisa coba," tambah Valdo.
"Lo yakin mau make motor ini?" Tanya Tari turun dari motor itu.
"Lo yang bawa," ketus Valdo.
"Gue tau. Lo gak malu gitu naik motor cewe, apalagi yang bawain gue."
"Gak, bilang aja lo yang malu kan?" Valdo mendekati Tari sambil menatapnya dalam ke manik Tari.
"Kenapa gue harus malu?" Bantah Tari.
"Kalau gitu jangan protes."
Valdo berbalik, dia menuju taman yang tak jauh dari garasi lalu duduk di sebuah gazebo kecil di taman itu. Seperti biasa, Tari mengekor di belakangnya dan ikut duduk di gazebo itu. Valdo mengambil sebuah buku yang tadi tergeletak di meja kayu kecil di depan mereka dengan tangan kirinya.
"Bukan." rupanya Valdo kesulitan membuka halaman yang ingin di bacanya. Dia menyerahkan buku itu ke Tari dan memberi isyarat ke Tari untuk membukanya.
Tari menurut, dia mengambil buku itu dan mulai mencari-cari halaman yang di inginkan Valdo, dan berhenti membolak-balikkan halamannya saat Valdo mengangguk untuk menyuruhnya berhenti.
Valdo kembali mengambil buku itu. lalu membacanya dengan tenang. Tari memandangi Valdo dengan curiga. Dia baru tau Valdo bisa setenang dan senormal ini. Dia terus saja memandangi Valdo untuk beberapa detik sebelum Valdo dengan kesal menutup bukunya dengan keras
"Sampe kapan lo mau ngeliatin gue terus?" Valdo berdecak, memprotes Tari karena terus memandangi dirinya. Rupanya cowok itu tau.
Tari buru-buru membuang pandangannya ke arah lain.
"Lo suka ya sama gue?" Selidik Valdo, matanya memicing menelanjangi Tari dengan tatapannya.
Mendengarnya Tari menjadi bergidik ngeri. Dia kembali memandangi Valdo dengan wajah galaknya. "Sok kegantengan lo," tutur Tari pedas. "Ogah banget gue."
"Terus ngapain lo liatin gue kaya gitu? Tampang lo kaya orang yang minta dicium."
Sekali lagi, Valdo mampu membuat bulu kuduk Tari meremang. Cowok itu, mulutnya selalu mengatakan sesuatu yang membuat Tari kesal padanya. "Lo minta ditabok ya." Tari sudah mulai terpancing.
Valdo terkekeh. Padahal tak ada yang lucu dari perkataan Tari. Membuat Tari berpikir apa ada yang salah dengan ucapannya.
"Lo bisa ketawa kaya gitu juga ya?" tanya Tari.
Valdo menghentikan kekehannya. "Emang gak boleh ya?" dia kembali membuka bukunya-- kembali menyuruh Tari membolak-balikan halamannya, lalu kedua matanya kembali fokus ke buku yang masih dalam genggamannya tangan kirinya. Tari mengeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah aneh cowok di depannya ini. Dia kembali menatap Valdo. Apakah ada gejala-gejala gila akut pada cowok itu. Dia terus menatap Valdo yang masih asik dengan tulisan-tulisan di halaman buku itu.
Sampai Valdo menoleh dan balas menatap dalam manik mata Tari. Keduanya saling memandang, manik mata mereka seakan terikat. Tak ada satupun diantara mereka yang terlihat akan memutuskan kontak mata lebih dulu. Keduanya diam terus seperti itu sampai beberapa menit.
Hingga ada sebuah gerakkan dari tubuh Valdo, tanpa beralih pandangan. Dia masih menatap Tari. Tapi wajahnya makin maju mendekati wajah Tari. Tari terkesiap saat wajahnya berjarak satu jengkal dengan wajah Valdo. Dia menyudahi kontak mata diantara mereka. Lalu dengan kikuk menggaruk-garuk kepalanya.
"Kalo tugas gue gak ada, mending gue pulang aja deh." Masih menggaruk-garuk kepalanya Tari berdiri dari kursi gazebo. Lalu hendak melangkah pergi dari sana.
"Eh, siapa bilang gak ada tugas," ujar Valdo yang mampu menghentikan langkah kaki Tari.
Tari berbalik, dia memandang Valdo sekilas lalu membuang pandangannya ke arah lain. Kejadian tadi membuatnya jadi canggung saat menatap Valdo. "Tugas apaan?" Tanyanya kemudian.
"Tanya ke bi Inah, mungkin lo berguna di sana." Valdo dengan cuek kembali membaca bukunya.
Tari ingin sekali protes, masa dirinya disamakan dengan asisten rumah tangga. Tapi kejadian tadi membuatnya enggan membantah Valdo, tak mau membuat cowok itu kembali menatapnya. Bahkan Tari ingin sekali segera pergi dari dekat Valdo.
Tak apa jika dia harus membantu bi Inah. Asal dia bisa jauh-jauh dari Valdo. Tari berjalan memasuki rumah, dia akan pergi ke dapur karena bi Inah pasti ada di sana. Tapi sayangnya dia tak tau dimana dapur rumah ini, dia lupa untuk menanyakannya ke Valdo. Bodohnya dia. Jika harus mengecek satu persatu ruangan yang ada pasti akan melelahkan dan pasti memakan waktu yang lama. Tapi itu lebih baik dari pada harus kembali dan menanyakannya ke Valdo. Jadi dia memutuskan mencarinya sendiri.
Dia akan mulai mencarinya di lantai satu. Karena dapur pasti ada di lantai satu. Dia berjalan ke arah barat namun tak jauh dia melangkah ada seseotang yang memanggil namanya.
"Non Tari, mau kemana non?" Tanya bi Inah di belakangnya
Pas sekali bi Inah muncul. Dia tak perlu mencari-carinya lagi.
"Non mau ngumpet ya?"
Tari terkejut dengan perkataan bi Inah tadi.
"Ngumpet? Ngumpet dari siapa?
Bi Inah nyengir, memperlihatkan giginya. "Ngumpet dari penunggu rumah ini," ucapnya sambil menggaruk kepala.
***
AN : huaaaa update juga :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Novela JuvenilStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...