Seperti biasa, kantin adalah tempat teramai saat jam istirahat. Terlebih karena kegaduhan yang diciptakan beberapa anak nakal yang sedang asik bernyanyi ria dan memalaki duit adik kelas tepat di dekat pintu kantin. Tari mendesah, sekolah barunya ini memang seperti ini adanya.
Dia mengedarkan pandangannya, mencoba mencari-cari seseorang yang kini sedang menganggu pikirannya. Tapi sayang, sepanjang matanya memandang, dia tak melihat sosok itu. Ah, dia lupa Valdo memang jarang pergi ke kantin. Cowok itu lebih memilih nongkrong di kantin pojok yang tak terlalu ramai dibandingkan kantin umum. Tapi yang membuat Tari pusing, cowok itu sudah menghilang sebelum jam pertama dimulai. Yah, dia membolos untuk kesekian kalinya.
"Lo kenapa, Tar?"
Tari menoleh dan mendapati tiga pasang mata sedang menatapnya lekat.
"Gak, gue cuma lagi merhatiin sekitar aja," jawabnya malas.
"Masih kagum aja lo sama sekolah ini?" Tanya Gita.
"Tari anak baru juga ya?" tanya Adara antusias.
Ya, mereka kini berempat. Tadi sebelum istirahat, Dewi mengajak Adara bergabung dengan mereka.
"Iya, dia anak baru juga. Kira-kira dia udah berapa minggu ya?" Gita meletakan telunjuknya di dagu. Dahinya berlipat-lipat saat memikirkannya. "Lo udah berapa lama di sini, Tar?"
Tari mengangkat bahunya. Dia memang tak menghitung sudah berapa lama dia pindah sekolah ini, karena menurutnya hal itu tak penting dilakukan. "Gue gak hitung," jawabnya asal.
"Dia tuh anak baru tapi tingkahnya udah kaya anak lama," timpal Dewi.
Adara mengerutkan keningnya. "Maksudnya?"
"Iya, dia langganan banget dihukum karena telat."
Adara tertawa cukup keras. Sontak membuat banyak orang menatap ke arah meja mereka.
"Jangan keras-keras," seru Tari berbisik.
Akhirnya Adara memelankan tawanya. "Habisnya lo lucu sih, gue gak nyangka gue dapet temen kaya kalian."
"Gue juga seneng berteman sama lo." Gita tersenyum tulus. "Iya kan?" tanyanya memandangi Tari dan Dewi.
"Pasti."
"Tentu dong."
Dengan kompak Tari dan Dewi menjawab.
"Terima kasih."
Mereka berempat kompak saling melemparkan senyuman tulus mereka, namun momen itu terganggu karena bunyi notifikasi pesan masuk pada ponsel Tari.
Tari menilik ponselnya, ada pop up yang muncul setelah layarnya menyala. Kening Tari terlipat saat membaca nama pengirim pesan. Valdo.
Valdo : Temui gue di warung belakang habis pulang nanti.
Tari masih melipat dahinya saat membaca pesan dari Valdo.
"Kenapa, Tar?" Tanya Dewi yang duduk di samping Tari. Matanya mencoba menilik layar ponsel Tari dari tempatnya duduk.
"Gak pa-pa kok," balas Tari menenangkan teman-temannya.
"Tapi kayanya lo dapet pesan penting deh. Muka lo serius banget tadi."
"Gue gak pa-pa, Wi."
"Udah deh, mending kita balik ke kelas, bentar lagi-" Ucapan Gita terpotong oleh Bel masuk. "Nah tuh masuk," lanjutnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Novela JuvenilStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...