Malam makin pekat makin gelap layaknya isi pikiran Yuda. Dari dalam mobilnya yang terparkir di pinggir jalan, pikiran Yuda menerawang begitu jauh. Kepalanya disesaki oleh pikiran keruh soal perjodohannya. Bagaimanapun tentang perjodohan ini Yuda tak akan pernah siap. Perjodohan ini adalah omong kosong belaka yang saat ini sedang menyiksa Yuda secara perlahan.
Yuda ingin marah. Tapi entah pada siapa. Pada orang tuanya kah? Atau pada semesta yang memberi Yuda takdir yang amat nelangsa.
Jam tujuh malam. Seharusnya Yuda pulang setelah mengantarkan Adara. Tapi, rumah tak bisa Yuda andalkan menjadi tempatnya menghilangkan lelah, justru makin memperkeruh isi kepalanya.
Ia mengambil ponselnya. Yuda begitu kalut terlebih melihat tanggal yang tertera pada ponselnya. Hari itu sebentar lagi. Dan lagi-lagi Yuda tak siap, tak akan pernah siap.
Yuda ingin berkeluh kesah. Dan entah kenapa jemarinya bergerak lincah mencari kontak Tari lantas langsung menekan tombol memanggil. Kenapa Tari? Detik itu juga batin Yuda bertanya.
"Halo?"
Di seberang sana suara Tari menyapa. Sedangkan Yuda masih diam, masih terjebak dengan pikirannya.
"Halo?"
Yuda tau, di seberang sana Tari menanyakan keberadaanya. Tapi mulutnya enggan untuk terbuka. Kiranya butuh waktu tiga puluh detik sampai ia menemukan kata-kata, dan beruntungnya Tari mau menunggu.
"Tar, gue ganggu?"
"Ngga, kenapa?"
"Ada waktu? Gue mau ketemu?"
Ada jeda yang Yuda hitung. Yuda tahu ini terlalu tiba-tiba, dan sudah malam juga. Tapi bagaimana lagi, saat ini Yuda terlalu kalut untuk sendirian. Dia butuh seseorang.
"Anu, tapi Abang..."
"Gak apa-apa. Gue kesana ya." Yuda tau ini perihal ijin Abangnya. Maka Yuda mematikan sambungan itu lalu bergegas membawa mobilnya ke rumah Tari.
Ia tahu, sudah seenaknya sendiri dengan tidak mendengar balasan Tari. Tapi apa salahnya untuk mencari tempat bersandar, setidaknya untuk malam ini saja?
***
Yuda mau ke rumah. Dan dengan begitu saja Tari dibuat gelagapan karena semua ini mendadak. Bahkan ia sampai terjungkal dari ranjang saking kagetnya.
Tari segera berlari menuju lemari, mencari pakaian apa yang sekiranya pantas ketimbang baju tidur yang saat ini ia pakai. Lalu bergegas merapikan rambut dan sedikit memoles bedak serta liptint pada bibirnya.
Semuanya telah siap. Sambil menatap dirinya pada cermin, Tari bertanya-tanya apa tujuan Yuda malam-malam ke rumahnya.
Lima detik berikutnya Tari mendengar suara mobil berhenti di luar. Ia yakin sekali itu Yuda. Dan dengan begitu Tari keluar kamarnya. Sedikit gugup.
"Tarinya ada Bang?"
Sambil menuruni tangga, Tari mendengar suara Yuda.
"Ada. Lagi di kamar."
Entah kenapa jantung Tari berdegup begitu kencang. "Gue di sini."
"Eh, itu anaknya."
"Bang, Tarinya boleh saya ajak keluar?" Tanya Yuda masih di ambang pintu.
"Boleh, Tapi jangan malam-malam."
Entah apa yang terjadi, tepat setelah mendengar persetujuan Abangnya, justru jantung Tari makin berdegup tak normal, di lubuk hatinya ada perasaan tak nyaman. Kenapa?
"Makasih bang, Yuk Tar nanti kemalaman."
Tari mengangguk. Sambil melangkah keluar Tari memandangi Abangnya yang entah kenapa malah mengacungkan jempolnya. Aneh...
*****
"Maaf."
Setelah bermenit-menit lamanya terjebak dalam kebisuan. Entah kenapa kata maaf jadi yang pertama terucap dari mulut Yuda. hal ini membuat Tari bertanya-tanya dalam benaknya. "Maaf... buat?"
"Ya, maaf ajah. Gue ngajak lo dadakan banget."
"Oh. Kirain kenapa," ucap Tari sambil menganggukkan kepalanya.
"Tar..."
Tari menoleh dan saat itu juga Yuda menatap dirinya dengan sorot mata sayu, Yuda memang terlihat berbeda tapi detik ini perbedaan itu terlihat kentara.
"Gue... gue mau ngomong sesuatu," lanjut Yuda.
"Hmm mau ngomong apa?" Sungguh. Jika bisa diibaratkan, malam ini Yuda terlihat seperti kehilangan arahnya. Matanya benar-benar mengisyaratkan kekosongan. Batin Tari diajak menebak, kiranya apa yang ingin cowok itu sampaikan hingga untuk bicara saja, sampai mengambil jeda yang lama. Apakah ini permasalahannya dengan Adara?
Setelah satu menit terjebak dalam keheningan, akhirnya Tari memberanikan bertanya lagi. "Kenapa?"
"Gue keliatan aneh ngga malam ini?"
Butuh tiga detik sekiranya hingga Tari mengangguk sebagai jawaban "iya", dia tak bisa berbohong jika Yuda memang terlihat aneh.
Dan detik berikutnya yang makin membuat aneh lagi, Yuda tertawa dengan keras. Sebuah adegan yang mungkin jadi kali pertama Tari saksikan.
"Kenapa liat gue sampe segitunya?" tanya cowok itu di sela-sela tawanya.
Untung saja malam ini, jalanan sedikit lengang. Hingga tak ada hal buruk yang terjadi akibat Yuda yang kebanyakan menengok Tari.
"Ehem lo beneran gak apa-apa? hari itu bentar lagi kan?"
"Hari apa, Tar?"
"Hari pertunangan lo sama Adara."
Deg. detik itu juga, Tari merasa punggung Yuda langsung tegak. Suasana diantara mereka pun seketika berubah menjadi lebih gelap dan dingin karena detik-detik berikutnya Yuda terdiam.
Sedang di tempatnya, Yuda amat tertegun. Susah payah seharian ini masalah perjodohan itu ia lupakan, tapi kini malah Tari ungkit lagi. Yuda tak tahu jika Tari sudah mengetahui masalah perjodohan itu. Padahal awalnya malam ini akan Yuda ceritakan masalah yang saat ini amat membebani kepalanya.
"Lo tau?"
Di seberang sana, Tari mengangguk dengan ragu-ragu. Wajah Yuda nampak tak santai.
"Oh iya, Lo pasti tau dari Valdo."
"Ng-ngga, bukan Valdo tapi Adara sendiri yang nyeritain."
Entah kenapa, Tari rasa ada kemarahan pada raut wajah yuda. Dan ia masih tak berani untuk bertanya.
"Lo bisa tanya sendiri ke Adara, kalo gak percaya?"
"Tar!"
Tari terkejut bukan hanya karena panggilan Yuda tapi juga karena Yuda yang mengerem mobilnya secara mendadak. Dan lagi-lagi beruntungnya jalanan cukup sepi.
"Tar," panggil Yuda sekali lagi. Tatapannya masih se-nanar sebelumnya. "Tolong gue."
*****
Yuhuuuu Update
Maaf banget cerita ini aku ghosting berbulan-bulan. Karena sekali lagi Author terjebak di kehidupan. Dan karena saking lamanya ditinggal, jadi kelupaan deh.
Dan mungkin kedepannya cerita ini bakal lama update lagi karena satu dua hal.
Sekali lagi maaf.
Sambil nunggu cerita ini, Baca cerita aku yang lain yuk.
jos langsung cek profil aja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Roman pour AdolescentsStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...