part 40 : Dalam gerimis

28 5 2
                                    

Gerimis dan hembusan angin rupanya membawa kenangan tersendiri bagi Tari.

Dia masih ingat betul kenangan waktu itu. Dia dan Riyan kehujanan sepulang sekolah. Waktu itu mereka belum lama masuk SMA, masa-masa penuh tawa dimana hanya ada Riyan di hari-harinya sebelum cowok itu berubah.

Tari tersenyum, mencoba menyimpan kembali memori itu sebagai salah satu kenangan indah bila nama Riyan teringat di kepalanya.

Tari sedikit kedinginan saat angin tertiup kencang. Aneh, siang tadi matahari memberi gelagat baik dan tiba-tiba keberadaan hilang seperti tertiup angin Tadi. Terganti mendung yang masih tergantung di atas sana.

Hujan tak terlalu deras, namun angin yang tertiup membuat Tari satu jengkal lebih dekat ke arah Valdo. Bukan apa-apa. Dia tak mau kebasahan gara-gara terkena tempias air.

"Dingin?"

Cowok di sampingnya itu bertanya, pundaknya bersinggungan dengan pundak Tari. Sudah bisa ditebak, debaran memenuhi dadanya. Dan Tari hanya mampu menjawab. "Hmm..." Pendek saja.

Di dalam hati ia sedikit menyalahkan Valdo, karena dia yang memilih duduk di bangku paling luar di ruko kecil ini. Namun begitu. Tari juga bersyukur karena Valdo cepat mencari tempat berteduh, karena tak lama setelah mereka meninggalkan toko emas angin berhembus kencang membawa serta air bersamanya.

Teh anget di depan mereka terlupakan keberadaannya. Karena lima belas menit lamanya mereka terjebak diantara kecanggungan. Tak tau harus berbuat apa, Tari memilih memainkan tali Paper Bag berisi kalung tadi. Sedangkan, Valdo asik memainkan ponselnya. Yah, karena baterai ponsel Tari tersisa sedikit. Ia memilih menyimpannya, takut-takut ada panggilan dari Abangnya.

Yah, hanya Tari yang terjebak dalam kecanggungan ini.

"Adara ulang tahun?"

Akhirnya nama Adara bisa juga terucap di bibir Tari. Hanya karena tak mau terjebak dalam kesunyian ini, hanya Adara yang bisa menjadi bahan obrolan diantara mereka. Sebab nama Adara sudah terlalu lama bersarang di kepala Tari.

"Ngga, ini hadiah biasa."

"Oh, kirain ulang tahun."

Tari menengok ke sampingnya, mendapati fokus Valdo sudah tak pada ponselnya.

"Kenapa?" Tanya Cowok itu beralih menatap Tari.

Tari membuang mukanya, juga membenarkan letak duduknya. "Ngga, cuma nanya ajah."

"Adara bentar lagi tunangan."

Hanya 0.5 detik Tari kembali memandang Valdo. Mencari kebenaran pada Cowok di sampingnya itu. "Hah, sama siapa?"

"Menurut Lo?"

"Elah, udah kaya kuis dadakan di kelas sih. Tinggal jawab ajah susah amat."

"Yuda."

Tari tak bisa tak membuka mulutnya lebar-lebar setelah nama Yuda yang ditangkap telinganya. Alur cerita macam apa ini, kepala Tari tentu tak bisa menebak hal yang seperti ini.

Jika bukan karena Valdo mengatupkan kembali mulutnya, mungkin ada seekor lalat masuk ke mulut Tari. Dia terlalu terkejut. Benar-benar terkejut.

"Biasa ajah kali."

"Gue kaget."

"Katanya Lo mau tau hubungan mereka?"

"Kata siapa?"

"Kata Bu Puspita."

Rasa kesal tak bisa jauh jika Tari bersama Valdo. Cowok itu tak pernah serius menanggapi apapun ucapan Tari. Sehingga Tari tak bisa menahan mengangkat tangannya, menggeplak bahu Cowok di sampingnya itu.

"Sakit woi!"

Rasain. Tari sedikit mengapresiasi tindakan beraninya ini. Habis Ia sudah kelewat geram, rasanya ingin Menguliti cowok itu alih-alih menggeplak nya. Biarlah Dia dikata Psikopat.

"Lagian, gue lagi serius tau."

"Dari mata Lo, tuh jelas banget."

"Hah? Maksudnya?"

Tari kembali tak mengerti. Semua yang keluar dari mulut Valdo penuh teka-teki. Saat Tari menatap lamat-lamat cowok itu, Tari mendapati Valdo mendesah. Lalu mata Cowok itu membalas menatap Tari tak kalah dalam.

"Lo penasaran sama Gue, kan? Penasaran sama Adara sama Yuda juga? Gue tau itu."

Tari tak bisa berkata-kata. Apa yang dikatakan Valdo itu tak bisa di sangkal-nya, karena memang itu kenyataanya.

"Lo tau Tar, setiap Gue liat Lo sama Yuda. Lo suka kan sama Yuda, makanya Lo ingin tau segala sesuatu yang berhubungan tentang Yuda, termasuk Adara juga Gue. Lo kaget kan, rumah gue deketan sama rumah Yuda? Yuda itu kakak tiri gue. Lalu Dia sama Adara di jodohin. Dan kurang lebih seminggu lagi tunangan. Dan Adara itu temen masa kecil gue."

Gerimis di luar sana berhenti sempurna. sesempurna diamnya Tari. Jika ada lomba membuat Tari terkejut jelas Valdo akan menang. Bagaimana cowok itu Tari tak bergeming barang se-senti pun. Bahkan mulutnya menganga selama beberapa saat, jika Valdo tak berbaik hati mengatupkan mulut Tari, bisa-bisa Tari lupa bagaimana cara menutup mulutnya jika dibiarkan beberapa detik lagi.

Angin masih berhembus, membawa dingin bersamanya. Berbanding terbalik dengan isi kepala Tari yang panas seperti bagian di dalamnya mengalami korsleting. Mungkin saat ini ada asap keluar melalui telinga atau kulit kepala Tari.

"Biasa ajah woi reaksinya, dah kaya besok mo kiamat ajah." Dengan enteng Valdo nyeletuk.

"Amit-amit. Gue gak-" saking syok-nya Tari tak bisa menyelesaikan kata-katanya.

"Sekarang Lo tau. Yuk balik!"

Tanpa mengindahkan ajakan Valdo, Tari masih asik duduk di bangku dengan kekalutan yang makin memenuhi kepalanya, sehingga membuat Valdo sudah beranjak bangun menarik lengan Tari. Tapi tetap saja. Seperti Mjolnir yang hanya bisa diangkat oleh Thor, tubuh Tari sama beratnya dengan kapak itu.

"Mau balik ngga? Apa Lo mau di sini nunggu hujan lagi."

"Lo gak bohongkan?"

Valdo duduk lagi, kembali meladeni Tari lagi. "Yang mana?"

"Adara sama Yuda mau tunangan."

Yah, hal itu amat sangat mengganggu kepalanya. Seperti jauh dalam pikiran Tari menolak telinganya yang telah mendengar Adara akan bertunangan dengan Yuda.

"Lo segitu sukanya sama Yuda?."

"Lo gak jawab pertanyaan gue."

"Kalau gitu Lo jawab dulu pertanyaan gue. Lo suka sama Yuda?"

Bagai tersadar akan sesuatu, Tari mengalami Déjà vu. Teringat kemarin Yuda menanyakan hal seperti itu. Kenapa kedua Cowok itu dengan gampang membuat Tari gelapan dengan pertanyaan demikian.

"Kenapa?" Valdo mendesak.

Tari berharap Valdo akan seperti Yuda yang tertawa setelah melihat Tari kebingungan menjawab pertanyaan itu dan mengatakan pertanyaannya hanya canda gurau semata. Namun kepala Tari makin kebingungan saat menemukan sorot keseriusan dalam mata Valdo.

"Kenapa kalo gue suka sama dia?" Akhirnya dengan suara yang sedikit bergetar, Tari membalas pertanyaan Valdo dengan pertanyaan lagi seperti yang Cowok itu lakukan.

Valdo terkekeh pelan. "Jadi bener ya Lo suka dia."

Kembali beranjak bangun. Kini, Valdo tak menarik lengan Tari. Cowok itu langsung menyelonong mendekati motor merahnya, seperti yang ia lakukan tadi pagi. Dan tak mau ditinggalkan, mau tak mau Tari mengekor di belakangnya.

Tari tak dapat menangkap apa yang mata Valdo katakan. Sebab, meski sempat terkekeh seperti tadi, Tari menangkap wajah Valdo yang berubah muram.

Dan perjalanan pulang waktu itu menjadi waktu ter-canggung yang pernah Tari rasakan bersama Valdo. Sebab tak ada lagi kata yang keluar dari mulut cowok itu, bahkan saat Tari memanggil namanya.

Apakah ini karena jawabannya.

Please love Tari
See you all next chapter
Meski gak tau bakal up kapan?😭
Sabar-sabar nunggu ya
Tapi author usahain kok biar up cepet :*

Salam Tari:)

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang