"Tapi ada syaratnya," ujar Valdo menyeringai.
Tari terdiam sesaat. Dia sedikit terkejut karena Valdo mau memaafkannya dan memberinya syarat. Syarat? Emang ini apa sampai-sampai ada syaratnya. "Syaratnya apa?" Tanyanya.
"Lo harus jadi asisten gue selama satu bulan."
"Apa?" Tari berteriak sekencang-kencangnya tak peduli dimana sekarang dia berada, karena cowok di depannya ini sudah tak waras. Pasti karena kecelakaan semalam, otaknya jadi bergeser jauh dari tempatnya. Tidak, jauh sebelum kecelakaan Valdo memang sudah Gila. "Lo udah gila ya?"
"Gue udah makan."
"Lo lagi mimpi ya?"
"Gue lagi napas."
"Lo pikir, lo siapa berani nyuruh-nyuruh gue kaya gitu."
"Gue Rivaldo Adinara yang tangannya patah gara-gara cewek aneh yang selalu ganggu hidup gue. Dan sekarang dia gak mau minta maaf," ucap Valdo datar. Dia menatap tajam Tari yang juga sedang menatapnya tak kalah tajam.
Setelah beberapa detik mereka hanya bertatapan, akhirnya Valdo lah yang lebih dulu memutuskan kontak mata diantara keduanya. Dia berbalik memunggungi Tari. "Baiklah kalo lo gak mau. Gue gak maksa." Dia berhenti sejenak, lalu dia menoleh. Tak sampai menatap Tari. "Tapi inget, gue bakal terus ingetin kesalahan lo dengan tangan gue yang patah ini. Jadi lo gak bakal terhindar dari rasa bersalah."
Tari menelan salivanya, tubuhnya gemetaran dan keringat dingin meluncur di wajahnya. Setelah mendengarkan Valdo tadi. Entah kenapa, suasananya menjadi menyeramkan. Sama halnya dia melihat film horor tanpa Bimo. Valdo kembali menghadapnya dan mulai melangkah mendekati Tari. Tari hanya bisa diam di tempatnya, tubuhnya masih bergetar dan dipenuhi oleh keringat. Seolah-olah sosok di depannya benar-benar hantu yang sedang mengancam jiwanya.
"L-lo," ucap Tari terbata. "Lo tuh nyebelin ya? Mana mau gue jadi asisten lo." Tari sudah tak sanggup lagi berada di tempat ini. Dia langsung lari keluar sebelum Valdo semakin bertambah gila.
Tapi Valdo hanya menatap kepergian Tari dengan seringai di wajahnya. Dia terus menatap punggung cewek itu sampai bi Inah datang membawa minuman.
"Loh, Den. Mana temen aden? Bibi udah buatin minuman ini," ucap bi Inah sambil celingukan ke sana sini.
"Dia ketakutan bi."
"Ketakutan sama apa, den?" Tanya bi Inah polos.
"Sama penunggu rumah."
Mendengar hal itu, Wajah bi Inah langsung berubah pucat. Tubuhnya menegang dan matanya melotot lebar.
"Sama Valdo bi," ucap Valdo menenagkan Bi Inah.
"Eh, kirain bibi mah setan den. Emang sih aden lebih galak dari setan," seru bi Inah sambil terkekeh.
***
Setelah berlari keluar dari rumah Valdo, Tari menjadi kelelahan. Tak apa, ini lebih baik daripada harus berlama-lama di dalam sana. Bisa-bisa dia bisa ketularan gila kaya Valdo.
Kalau begini jadinya dia tak mau bersusah payah datang untuk meminta maaf ke Valdo. Karena dari awal Valdo lah yang salah. Tari merasa keliru karena sudah berbaik hati lebih dulu meminta maaf ke cowok itu. Cowok gila bernama Rivaldo.
Sudahlah, kakinya sudah gatal hendak beranjak dari sana. Tapi saat Tari mau melangkah maju. Dia melihat sebuah mobil yang sangat dikenalinya. Itu mobil Yuda, Tari sudah hafal betul dengan bentuk dan nomor polisi mobil Yuda. Mobil itu terparkir tepat di depan gerbang sebuah rumah besar di samping rumah Valdo.
Apa itu rumah Yuda? Rumah itu sangat besar bahkan lebih besar dari rumah Valdo. Jadi Yuda dan Valdo anak orang kaya dan bertetangga pula. Pikir Tari begitu.
Dia benar-benar tak menyangkanya. Tari memandang ke arah rumah itu, kalau dilihat-lihat rumah itu terhubung dengan rumah Valdo. Karena tak ada tembok pembatas antara keduanya, hanya ada pagar besi yang cukup rendah yang memisahkan rumah Valdo dengan rumah itu. Dan jarak keduanya cukup jauh. Rumah yang lebih besar dan lebih luas itu menjorog ke dalam. Pelataran rumahnya sangat luas, bahkan sangat luas dari lapangan sekolahnya, di lengkapi dengan taman di sepanjang jalan yang mengarah ke depan pintu masuk utama rumah itu.
Entahlah, dia tak mau berpikir lebih jauh tentang semua hal yang berhubungan dengan Valdo. Sudah cukup cowok itu membuatnya kesal hari ini. Jadi dia memilih melanjutkan langkahnya.
***
Valdo tak benar-benar menginginkan agar Tari menjadi asistennya, dia melakukannya semata-mata agar dapat melihat Tari kesal. Dan benar saja wajah gadis itu merah sekali tadi. Mengganggu Tari dan membuatnya kesal, sekarang menjadi hobi baru Valdo. Ini aneh, melihat wajah kesal cewek itu membawa kebahagian sendiri buat Valdo.
Tepat saat gadis itu keluar dari rumahnya. Buru-buru Valdo naik ke lantai dua dan menilik Tari dari sana. Cewek itu sedang berdiri sambil tersungut-sungut kesal. Dia memandangi rumahnya dengan sebal. Valdo sedikit tersenyum melihat tingkah gadis itu. Beberapa detik kemudian Tari hendak melangkah meninggalkan pelataran rumahnya. Namun langkah gadis itu terhenti, dia seperti sedang memandangi sesuatu.
Dengan penasaran, Valdo mengikuti arah Tari memandang. Gadis itu sedang memandangi mobil Yuda yang sedang terparkir.
Terbesit di kepala Valdo jika Tari akan menyadari hal-hal mengenai dirinya dan Yuda, serta hubungannya dan Yuda. Tapi sedetik kemudian gadis itu memutuskan pergi dari sana.
Valdo masuk ke kamarnya. Jika benar gadis itu menyadari sesuatu, besok pasti dia akan menanyakannya. Valdo mencoba berpikiran positif, mana mungkin gadis itu dapat menyadarinya. Dia terlalu bodoh untuk itu.
Dia kembali duduk di ranjangnya. Lalu dengan pelan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Ponselnya yang diletakan di atas nakas berbunyi. Dengan malas dia mengambilnya.
"Halo, siapa ini?" ucapnya setelah menempelkan ponselnya di telinga.
"Valdo, ini gue."
Mata Valdo melebar, dia bahkan terduduk di ranjangnya. Suara itu sudah lama tak di dengarnya dan paling ia rindukan. Seseorang yang sudah lama menghilang dari hidupnya. Kini kembali menyapanya.
"Adara," ucapnya lirih.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...