Cuaca cerah dan terik sekaligus. Membuat gerah dan panas sepanjang siang ini. Dinginnya AC kalah dengan panas yang dirasakan Valdo saat ini. Terlebih lagi, saat ini ada sosok dingin berwibawa dihadapannya. Yakni ayahnya.
Darwin sedang berdiri memunggungi Valdo. Kedua tangannya saling bertaut kebelakang. Meski tak sedang memandangnya, Valdo tau mata ayahnya kini sedang memicing tajam memandangi sesuatu di luar jendela kaca transparan besar dihadapannya.
"Hanya itu?" tanya Darwin dengan suara beratnya.
"Iya, hanya itu." Valdo menjawab sesantai mungkin. Tubuhnya disandarkan pada kursi putar.
"Baiklah, kamu boleh pergi."
Sebelum berdiri, Valdo menghembuskan napasnya pelan. Sebisa mungkin menyembunyikannya dari Darwin. Ya, dia diminta datang hanya untuk melapor bagaimana sekolah dan keadaan nilai-nilainya di sekolah. Ayahnya tak pernah menanyakan bagaimana kedaan Valdo atau hal lainnya setelah kedatangan wanita itu, dan menjadi parah setelah bunda meninggal.
Valdo berbalik, hendak meninggalkan ruangan itu. Namun mengurungkan niatnya saat teringat sesuatu.
"Hari peringatan kematian bunda sudah dekat," ucap Valdo. Dia menunggu respon ayahnya. Namun Darwin tetap diam di tempatnya.
Valdo merasa menjadi manusia terbodoh menanyakan hal itu pada ayahnya. Laki-laki itu sudah tak terlalu peduli, sikap tak pedulinya sudah semakin menjadi. Jadi, dia memutuskan untuk segera pergi dari ruangan itu.
Dengan gusar, Valdo menyusuri lorong gedung ini. Setiap langkah yang diambilnya tak bisa menghilangkan kekesalan kepada ayahnya, Darwin. Hingga langkahnya dipercepat. Dia menghiraukan beberapa sapaan dari pekerja kantor yang mengenal siapa dirinya.
Namun langkahnya terhenti saat dia melihat Tari sedang duduk dikursi tunggu lobi. Nampaknya sejak tadi, Tari sudah menunggu di lobi, meski tadi Valdo meninggalkan Tari begitu saja diparkiran.
"Ayo kita pergi"
Tari tersentak kaget dengan kedatangan Valdo yang tiba-tiba, wajah cewek itu sampai menjadi sangat lucu, ingin sekali Valdo mengganggunya lagi. Namun urung dilakukan mengingat dia sedang berada ditempat yang membuatnya tak nyaman.
"Udah selesai urusannya?" Tari bertanya, wajah lucunya sudah menghilang.
Valdo tak menjawabnya. Langsung beranjak pergi, tak mau lebih lama menghabiskan waktu di tempat ini.
***
Berbeda dengan rumah Valdo yang didominasi oleh warna putih, taman di depan rumah besar ini nampak lebih berwarna. Aneka ragam bunga mekar dengan cantik di taman ini. Ada bunga anggrek ungu yang sejak tadi diperhatikan Tari, dia begitu menyukai anggrek, sama seperti Ibunya yang menyukai bunga tersebut. Tari jadi teringat dengan deretan anggrek yang tumbuh cantik dirawat Ibu di pekarangan rumahnya. Berhenti memperhatikan anggrek, mata Tari berpaling pada gazebo di taman itu. Tak mau kenangan tentang bunda hinggap di kepalanya. Ada segelas es jeruk setengah habis tergeletak di meja gazebo. Tari sudah meminum setengahnya, tadi bi Inah membawakan es jeruk selepas Valdo meninggalkannya begitu saja di dekat garasi.
Bosan menghampiri Tari, dia beranjak dari gazebo. Melangkah asal, mencoba menghilangkan bosan. Kaki Tari membawanya ke depan sebuah gerbang kecil di sisi rumah Valdo. Gerbang kecil itu mengarah ke sebuah rumah besar yang tempo hari terdapat mobil Yuda di dalamnya, saat kali pertama Tari kemari. Mungkin memang rumah Yuda.
Tari terus memperhatikan rumah itu. Kepalanya kembali memunculkan pikiran bahwa kedua rumah ini seperti terhubung- rumah Valdo dan rumah yang Tari duga adalah rumah Yuda. Apa Valdo dan Yuda memiliki hubungan darah? Atau hanya sekedar tetangga biasa yang kebetulan sekali rumah mereka terlihat terhubung begini? Pikiran itu membuat Tari ingin menginjakkan kaki melewati gerbang kecil yang tak di kunci ini. Namun tetap tak bisa ia lakukan, tak sopan mengendap masuk ke rumah orang. Jadi, Tari tetap diam di tempatnya. Menyaksikan rumah besar itu dari balik pagar.
"Lagi latin apa?"
Tari tersentak kaget. Kehadiran Valdo yang tiba-tiba membuat Tari mengelus dada.
"Ngapain lo di sini?"
Saat kagetnya belum benar-benar teratasi, Valdo sudah lebih dulu melayangkan satu pertanyaan lagi.
"Bisa gak sih gak muncul tiba-tiba?" celoteh Tari, "Lo, kayak setan tau ngga?" Wajah Tari merengut.
"Lo kira ini rumah siapa? Eh, maksud Lo setan ganteng ya?" Balas Valdo pongah.
Tari memutar matanya, sikap Valdo yang satu ini kembali, setelah sebelumnya lama sembunyi dibalik wajah dingin saat di tempat tadi. "Gue, mau nanya," ucap Tari, ia ragu - ragu melihat ke arah Valdo. Takut mendapat jawaban yang pasti akan membuat Tari kesal setengah mati. Mau bagaimana lagi, dia Valdo.
"Tanya apa?" Balas valdo dengan alis terangkat satu.
Sungguh jawaban yang tak disangka Tari.
"Itu... anu... itu?" Tari ragu - ragu menyebut nama Yuda. apalagi mengingat kejadian di caffe itu.
Valdo terlihat kesal menunggu ucapan Tari, dahinya makin berkerut. "Itu apa?"
Tari memberanikan diri menunjuk rumah yang diduga rumah Yuda. "Itu rumah Yuda ya?"
Demi mendengar pertanyaan Tari, wajah Valdo berubah seketika. Seperti sudah menduga pertanyaan macam apa yang akan di ucapkan dari mulut Tari. Tapi dia tak langsung menjawabnya. Bahkan Tari harus menghitung di dalam hati, demi menanti jawaban yang dinanti.
"Ngapain lo nanya gitu?" Valdo balas bertanya. Lalu dia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Tari.
Sepertinya memang sulit mendapat jawaban dari seorang Valdo. Tadi saja, Valdo baru menjawab 10 detik kemudian, itu pun di jawab dengan pertanyaan bernada ketus pula. Tapi jiwa Tari tak akan pernah tenang sebelum pertanyaan dalam kepalanya terjawab. Jadi demi jawaban itu, Tari menyusul Valdo yang belum jauh. Mengekor di belakangnya.
"Gue, penasaran. Makanya gue, nanya. Gak boleh ya nanya gitu?" Tari terus mengikuti langkah Valdo. Tak pedulikan Valdo yang semakin melangkah cepat.
"Kenapa lo penasaran?"
Lagi-lagi di jawab dengan pertanyaan. Valdo memang senang membuat Tari bersabar.
Valdo berhenti, untung Tari dapat mengantisipasi, dia ikut berhenti. "Lo, suka ya sama dia?"
Pertanyaan itu meluncur mulus dari mulut Valdo. Ingin sekali Tari menjawab "ya" karena memang itu nyatanya. Tapi urung dilakukan, akalnya menolak berkata demikian. Jadi dia hanya diam sambil memandangi punggung Valdo di depannya, karena tak kunjung menemukan jawaban yang lainnya.
"Gak usah dijawab. Gue, udah tau." Valdo berbalik, menatap Tari lekat. Membuat Tari sesak napas saat pandangan mereka bertemu.
"But, be careful."
Seulas senyuman licik muncul di wajahnya, membuat tubuh Tari merinding tak terkendali.
"Kenapa?" Tanya Tari polos."You'll broke up your heart, girl." Tatapan Valdo begitu mengintimidasi. "And yap, itu rumah Yuda."
Valdo kembali berbalik, memutus kontak mata diantara mereka. Pergi begitu saja memasuki rumahnya.
***
Tbc...
IG : @Nienitasarii19
![](https://img.wattpad.com/cover/137262318-288-k860145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Teen FictionStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...