Ada yang aneh dengan hari ini. Entah kenapa hal itu membuat Tari tak nyaman. Hari ini Valdo menjadi pendiam. Tidak, bukan hanya hari ini, tapi semenjak pulang dari cafe kemarin pun sama. Cowok itu tak berkata bahkan tak menatap Tari sedikitpun. Tapi bukan berarti Tari ingin diperhatikan oleh Valdo. Sama sekali tidak.
Rasanya, sekarang tak ada orang di belakangnya. Cowok itu masih terus diam. Sebenarnya ingin sekali Tari mengawali pembicaraan, tapi urung dilakukan saat melihat wajah tak bersahabat Valdo di kaca spion. Jadi selama perjalan ke sekolah itu mereka terus diam.
Motor yang ditumpangi mereka sudah melewati gerbang sekolah. Dengan cepat Tari memakirkan motor itu. Pagi itu, masih banyak tempat kosong di area parkir.
Tepat setelah mereka berhenti, dengan cepat Valdo turun dari motor itu. Dia melepas helm hanya dengan satu tangan. Lalu berjalan cepat meninggalkan Tari di area parkir sendirian.
Tari hanya bisa menatapi punggung Valdo saat cowok itu meninggalkannya, bahkan dia tak berkedip sama sekali. Sungguh sikap Valdo aneh sekali. Tapi kalau dipikir-pikir lagi Valdo memang cowok teraneh di sekolah ini.
Akhirnya, Tari memutuskan tak mau ambil pusing dengan sikap aneh Valdo. Dia lalu bergegas pergi mengabaikan tatapan semua pasang mata yang ada di area parkir.
Tari memasuki kelasnya. Suasana di dalam sana sudah ramai saat Tari tiba. Dia lalu duduk di kursinya, Dewi sudah duduk rapi di samping Tari. Cewek itu sedang fokus dengan novel di genggamannya hingga tak menyadari kedatangan Tari.
Tari tak mau mengganggu temannya itu, jadi dia memilih menengok ke belakang-mencari seseorang yang membuatnya bingung akan sikapnya itu. Tapi Valdo tidak ada, kursi belakang yang biasa ditempati Valdo kosong, tak ada yang menduduki, karena memang cowok itu duduk sendirian.
Bukankah cowok itu lebih dulu pergi ke kelas? Apa dia membolos pelajaran lagi?
Tari memutar otaknya, memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa cowok itu bisa tidak ada dalam kelas. Namun, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dan berhasil membuat Tari tersentak kaget.
"Setan!" Umpat Tari.
"Kenapa lo? Masih pagi udah bengong kaya gitu, kesambet baru tau rasa, lho," ucap Dewi sedikit ketus.
"Lo masih pagi udah bikin jantungan, mending jantungnya gak copot," cerocos Tari.
"Lagian lo mikirin apaan sih, Tar? Kok nengok ke belakang mulu?"
"Gak, gue gak mikirin apa-apa," ucap Tari tak menatap Dewi.
"Lo nyari Valdo, ya?"
Tari membelalakan matanya seketika. Bagaimana bisa Dewi bisa tau, apa gerak-gerik Tari saat ini sangat mudah untuk ditebak? Entah, dia harus menjawab apa kepada Dewi. Pertanyaannya sangat benar, tapi tak mungkinkan dia mengakuinya.
Tepat saat Tari membuka mulutnya untuk menjawab, bel masuk berbunyi nyaring. Dewi dibuat kaget ditempatnya. Beruntung karena tak lama kemudian Bu Puspita datang, membuat Dewi dengan buru-buru membenarkan posisi duduknya. Akhirnya Tari menghela napas lega, bu Puspita telah menyelamatkannya dari Dewi.
Bu Puspita masuk, dia tersenyum mempersilahkan seseorang untuk masuk. Tepat setelah itu, ada gadis berwajah cantik memasuki kelas. Rupanya dia anak baru.
"Kenalin, namanya Adara Darmawan." Bu Puspita mengenalkan dia kepada seluruh penghuni kelas. Sama persis saat Tari baru pertama masuk sekolah.
"Dia siswa pindahan dari Inggris," lanjut bu Puspita.
Suasana kelas seketika berubah, riuh seperti habis menang undian berhadiah. Wajah teman-teman Tari berbinar seperti baru mendapatkan harta karun yang sangat bersinar, terutama para cowok. Tari mendengus, saat dia baru masuk, reaksi mereka tidak seperti ini.
"Adara silahkan duduk."
Gadis bernama Adara itu mengangguk, senyumannya tak kunjung pudar sejak dia menginjakan kaki di kelas ini. Dia berjalan ke kursi paling belakang sambil membalas senyuman dari penghuni kelas.
Tari terus mengikuti pandangannya ke cewek itu, hingga dia terkejut saat mengetahui Adara duduk di kursi paling belakang--kursi yang biasa ditempati Valdo.
"Baiklah, semoga kalian bisa berteman dengan Adara ya, sepertinya bu Riri bakal masuk telat," ucap bu Puspita membuat Tari menatap ke depan lagi.
Setelah mengatakan hal itu, bu Puspita meninggalkan kelas, karena memang saat ini bukan jam pelajarannya. Dia hanya mengantarkan Adara saja kerena kebetulan dia adalah wali kelas.
Tepat setelah sosok bu Puspita menghilang. Seluruh penghuni kelas mulai mengerubungi meja Adara. Ada yang ingin berkenalan dan ada juga yang modus mau jadiin Adara gebetan. Mengingat bagaimana cantik wajah cewek itu.
Saat asik menyaksikan kerumunan itu, Tari merasakan kursi di sampingnya bergeser. Dewi sudah berdiri, rupanya dia juga akan bergabung ke dalam kerumunan itu.
"Ayo, Tar. Kita kenalan sama anak baru," ajaknya.
Tari masih diam--bingung dengan jawabannya. Dia memandangi lagi kerumunan itu. Disana, dia melihat Gita sedang asik mengusir beberapa anak cowok yang mencoba mengganggu dan menggoda Adara. Tari menyunggingkan senyumannya saat mengingat apa yang Gita lakukan pada Doni dan Gilang yang mengganggu Tari pada saat pertama kali dia masuk sekolah.
"Tari, ayo," ajak Dewi kembali.
Tari tersentak kaget, dia menyadari hanya dirinya dan Dewi yang masih setia di tempat mereka. Jadi dia berdiri mengikuti Dewi yang sudah mulai mendekati meja belakang.
Hanya tersisa murid perempuan saja saat Tari sampai di meja Adara, rupanya kerumunan murid laki-laki sudah berhasil diusir oleh Gita sang ketua kelas.
"Hai, kenalin nama gue Dewi Sandra, panggil aja Dewi," ucap Dewi memperkenalkan diri.
Tari tersenyum melihat sahabatnya itu, betapa hebatnya Dewi karena mudah akrab dengan orang baru. Senyum Tari pudar saat dia merasakan sikutan tepat di perutnya. Dewi menyikut pas dibagian perut, untung saja nasi goreng buatan Abangnya tak ijin keluar dari perutnya. Entah, apa yang ingin dikatakan Dewi, karena wajahnya seperti memberi sebuah kode kepada Tari.
Melihat Tari yang hanya diam kebingungan, akhirnya Dewi mengambil inisiatif mengenalkan Tari ke Adara. "Oh iya, kalo dia Tari, nama panjangnya Mentari Anjani."
Adara dengan sigap mengulurkan tangannya ke Tari. Yang disambut Tari dengan lama.
"Gue Adara," kata Adara ramah.
"Gue Tari," balas Tari.
"Udah pada kenalan?" Gita datang diantara mereka, wajahnya riang seperti baru saja memenangkan Hadiah. "Kayaknya kita bakal empatan terus nih mulai sekarang."
"Setuju," balas Dewi tak kalah riang.
***
So how about Adara?
See ya
Salam hangat author :)Ig : @nienitasarii19

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Boy & Trouble Girl
Roman pour AdolescentsStory by : Nita sari Di balik keterlambatannya ke sekolah Mentari Anjani bertemu dengan sosok malaikat. Dia adalah Yuda seorang ketua osis. Yang mampu mencuri hati Tari. Tapi semuanya berubah saat dia bertemu dengan seorang Rivaldo Adinara. Seorang...