part 2 : Meet A Trouble Boy

1.3K 38 0
                                    

Happy reading
.

.
.

Malang benar nasib Tari. Sekali lagi dia harus terjebak di jalanan karena hari ini si Tongki masih ngambek, saat dia dan abang nya asik nangkring di atasnya. Tiba-tiba penyakit Tongki kumat. Jadilah dia di turunkan paksa di jalanan.

Dia tengok kanan kiri tidak ada angkot di sana. Lalu dia melirik jam tangannya. Wajahnya semakin cemas. Kalo begini gimana nasibnya? Di mana cowok penyelamatnya? Setelah kejadian tempo hari Tari tak pernah melihat cowok yang menabraknya di sekolah maupun di jalan. Sekarang pun sama tak ada tanda-tanda bahwa dia mau lewat.

Eh kok jadi mikirin cowok itu sih...?

Benar. Dia harus melupakan cowok itu, pikirkan bagaimana dia harus sampai sekolahnya dengan cepat.

Tari menggigit jarinya. Kembali melihat jam di pergelangan tangannya. Matanya membelalak melihat angka-angka di jamnya. Kalo begini sudah pasti dia terlambat, sudah pasti di hukum. Masa iya dia baru bersekolah selama 3 hari namanya sudah masuk dalam buku merah.

Jaraknya dengan sekolah masih jauh. Dia berhenti sejenak untuk bernapas. Saat itulah dia mendengar suara knalpot motor yang tak asing baginya.

Dia menengok belakang, dan dugaannya benar. Itu dia penyelamatnya. Tiba-tiba muncul pikiran aneh di kepalanya.

***

Cowok itu berjalan malas menuju kamarnya. Badannya yang lelah ia rebahkan dengan hati-hati di atas ranjang. Matanya melirik sebuah jam digital di atas nakas.

Sudah jam 6 pagi. Perjalanan dari Surabaya ke jakarta memakan waktu 5 jam lamanya. Sudah pasti dia lelah. Matanya pun berat ingin segera memejam. Ingin rasanya waktu di habiskan dengan tidur seharian penuh.

Namun tiba-tiba suara melengking terdengar di telinganya.

"Den Valdo bangun. Aden harus berangkat ke sekolah, Den."

Matanya yang sudah terpejam kembali terbuka. Dia kenal suara itu. Suara yang selalu membangunkannya tiap pagi. Siapa lagi kalau bukan Bi Inah.

"Aden, harus sekolah." Bi Inah masuk ke kamar Valdo tanpa mengetuk pintu terdahulu.

"Valdo capek Bi. Mau istirahat."

Bi Inah menggeleng. Dia berjalan ke saklar lampu lalu menekannya. Kamar yang remang-remang itu terang seketika. "Aden tau sendiri, Kalo aden gak sekolah Tuan pasti marah." Bi Inah kembali berseru.

Valdo tau perintah Papahnya tak bisa di langgar. Tapi tubuhnya terlalu lelah untuk berdiri. Mungkin istirahat sebentar bisa menghilangkan sedikit lelah di badannya.

"Iya Bi. Nanti bakal pergi sekolah. Bi Inah siapin aja sarapan."

Bi Inah kembali mengangguk. Lalu berjalan keluar kamar itu. Dengan cepat Valdo membenarkan posisi berbaring dan selimutnya. Lalu segera mungkin memejam.

Tepat jam tujuh pagi Valdo sudah siap dengan seragam abu-abu nya. Dia bangun kesiangan tadi. Kalau bukan karena ocehan Bi Inah, sudah pasti dia masih tidur.

Valdo mengucek-ucek matanya. Sial, dia hanya tidur kurang dari satu jam. Kalau bukan karena perintah Papahnya, sudah pasti dia lebih memilih tidur sekarang. Dari pada harus ke sekolah. Badannya pun masih belum terlepas dari rasa lelah. Sesekali matanya mengerjap menahan kantuk.

"Aden nih rotinya."

Valdo tersentak. Matanya kembali mengerjap. Lalu pandangannya kembali normal. Dia melihat dua potong roti tersaji di depannya, tetapi tidak tersaji di atas piring melainkan di kotak bekal. Valdo mengerutkan keningnya, dia menatap Bi Inah meminta penjelasan.

"Kan aden telat jadi sarapannya di sekolah aja, Den. Bawa bekal gitu."

Alis Valdo terangkat satu, sejak kapan dia membawa bekal ke sekolah. Bagaimana pandangan teman-temannya nanti. Ah, Valdo lupa. Dia tak punya teman dekat yang akan mengejeknya nanti. Tetap saja, dia tak mau repot-repot membawa bekal layaknya cewek.

"Gak usah bawa bekal bi," tolak nya.

"Lah, den harus sarapan. Inget lho den sarapan itu penting banget, nanti kalo Aden gak sa-."

"Iya bi." Valdo menghembuskan napasnya. Lebih baik dia menurut, dia tau betul dari siapa kata-kata yang akan bi Inah ucapkan tadi.

Dia menyambar kotak bekal itu, menutupnya lalu memasukinya ke dalam tas.

Oh iya apa kabar si merah?

Valdo membatin, Sudah beberapa hari ia tidak melihat si merah.

Valdo menaiki si merah yang di parkir tadi. Menarik tuas gas berkali-kali mencobanya sebelum melenggang pergi.
Syukurlah jalanan hari ini tak macet. Dengan begini dia bisa leluasa mengebut. Membelah jalanan.

Di saat sedang asik-asik nya ia menancap gas, ada seorang cewek berjalan ke tengah-tengah jalan. Entah apa yang di lakukan cewek itu. Apa dia tak bisa melihatnya, apa dia tak bisa mendengar suara motornya.

Dengan sigap Valdo menarik tuas rem. Tepat di depan cewek itu. Cewek itu berjongkok. Badannya gemetar, dan terlihat sedang meringis. Apa ia mengenai cewek itu?

Valdo segera turun dari motor kesayangannya, melepas helm-Nya dengan asal.

"Lo gak apa-apa?" Dia bertanya dengan ketus, sebenarnya dia kesal dengan gadis itu yang tiba-tiba menyebrang tadi.

Sementara gadis di depannya mendongak, menatap Valdo tak berkedip. Berjongkok dan mematung.

"Woi, gue nanya!" Valdo semakin gusar.

Mata gadis itu mengerjap beberapa kali. Dia terlihat kebingungan lalu bangkit. "Gue... gak apa-apa," ujarnya pelan.

"Bagus deh kalo gitu." Valdo mendesah. "Makanya kalo nyebrang liat-liat."

Cewek di depannya masih terlihat kebingungan. Valdo tak peduli itu. Yang penting dia tidak apa-apa dan Valdo tak harus bertanggung jawab.
Valdo berbalik, baru selangkah ia berjalan tiba-tiba cewek tadi berseru.

"Lo gak mau minta maaf?" tanyanya.

Valdo berbalik lagi. "Buat apa gue minta maaf?" ujar Valdo santai.

"Lah lo mau nabrak gue tadi!"

"Yang salah tuh lo. Udah tau jalan raya maen nyebrang aja. Gak tengok kanan kiri."

"Lo gak merasa bersalah tadi? Minimalnya lo harus minta maaf atau tanggung jawab gitu."

"Tanggung jawab?" Valdo tersenyum. "Gue gak ngapa-ngapain lo."

"Gue tau. Tapi lo mau nabrak gue terus buat gue hampir mati jantungan tadi. Se-enggak nya lo boncengin gue gitu."

Valdo terdiam. Lalu dia berjalan ke arah si cewek. "Jadi lo sengaja ya tadi? Biar lo mau gue boncengin?"

Ekspresi cewek itu berubah. Sepertinya tebakan Valdo benar. Dia menyeringai lalu berbalik melangkah menjauh dari gadis itu.

"Gue gak sengaja. Lo harus minta maaf." Cewek itu kembali berteriak.

Namun Valdo tak meladeninya dia tau cewek seperti apa dia. Cewek yang menggunakan trik murahan untuk mendekatinya. Karena dia sering melihat itu dari para cewek yang mendekatinya.

***

Tbc...

IG : @nienitasarii19

Trouble Boy & Trouble GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang