1^Insiden es jeruk!

3.4K 140 2
                                    

Gadis periang yang baru saja selesai mandi juga kini sudah memakai seragamnya dengan rapih ia keluar dari kamarnya yang nampak sepi. Bunda—nya sudah pergi beberapa menit lalu, sedangkan Papa—nya sudah lama pisah hingga Kakak—nya juga ikut bersama Papa—nya.

Dia Keyla, gadis itu hanya meneguk satu gelas air putih lalu segera berangkat sekolah. Kebiasaan setiap pagi jika dia berangkat sekolah menggunakan sepeda jadi mau tidak mau dia harus menggoesnya hingga sampai sekolah.

Waktu dalam perjalanan hanya membutuhkan lima belas menit dan kini Keyla sudah sampai di gedung SMA Pelita Harapan, salah satu sekolah di Jakarta yang terkenal elit dan memiliki seragam begitu mewah.

Di tengah koridor ada beberapa segerombolan laki-laki yang kelihatannya sedang memalak, mereka adalah Arkan dan teman-temannya.

Meskipun mereka semua itu anak dari orang kaya entah kenapa kegiatan memalak itu dilakukan setiap hari, walaupun sering kali ditegur oleh para guru namun tetap saja tidak ada berhentinya.

"Stop! Duit lo mana? Serahin!" ucap salah satu segerombolan laki-laki itu yang Keyla ketahui ia bernama Ares.

"Kalian malak aku? Gila! Udah tau aku bukan anak orang kaya mana ada duit buat kalian," ujar Keyla.

"Yaudah deh skip, sana minggir!" kata Dino lalu Keyla tersenyum lega lalu segera pergi meninggalkan koridor.

Ares menatap sengit ke arah Dino, laki-laki itu sangat tidak terima jika mangsanya lolos begitu saja.

"Apa? Mau nyalahin gue? Lo gak kasian sama dia, dia anak orang miskin bro!" jelas Dino.

Ares berdecak, "Serah deh gue juga udah malas,  mending ke kantin yuk" ajak Ares lalu keempat sahabatnya itu mengangguk.

"Bentar, tuh si Didi lagi otw ke sini kalian tau kan uang jajan dia berapa? Lumayanlah buat beli rokok sebungkus," kata Leo. Laki-laki dingin namun tak pernah menyia-nyiakan sama yang namanya uang karena prinsip Leo, uang memang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang.

Didi adalah siswa bermata empat dengan bantuan kacamata sedang berjalan kemari. Dia dengan gugup melewati Arkan dan teman-temannya.

"Stop! Suruh siapa lo lewat sini, hah?!" cetus Leo dia menyuruh siswa yang bernama Didi itu berhenti.

"Ma-maaf kak. Ha-hari ini uang jajan ku mau buat beli kado jadi jangan diambil yaa please" lirih Didi, siswa kelas sebelas.

Leo berdecak, "Mau ngasih kado siapa? Pacar? Emang Didi udah umur berapa? Masih di bawah umur jadi belum pantas!" cibir Leo

"Udah cepet serahin!" paksa Dino dia membuka telapak tangannya sebagai kode agar Didi cepat  memberikan uangnya.

Didi terdiam menggelengkan kepalanya, tetapi Ares dia tak sabar, dia menarik kerah baju Didi lalu merogoh saku celana seragamnya dan berhasil menemukan uang seartus ribu.

Dino tertawa puas, santapan pagi ini begitu mewah karena dalam hitungan detik dia berhasil meraih uang seartus ribu.

"Please kak jangan diambil semua yaaa.." pinta Didi

"Buat apa emangnya? Kan anak bayi bawa bekal terus pulangnya dijemput sama Papa jadi gak penting kan?" ujar Ares

Didi menangis dan itu membuat mereka semakin menertawakannya.

"Lo tuh cowok jingan jadi nggak sepantasnya nangis! Bikin malu gender laki-laki aja" ejek Arkan.

"Lagian juga nggak ada kembalian. Uang kita di ATM semua jadi lebih baik lo pergi!" usir Leo

Tangis Didi semakin kencang hingga membuat semua para siswa-siswi menoleh dan dengan terpaksa Ares mengeluarkan uang dua puluh ribu.

"Diem! Tangisan cowok nggak semerdu tangisan cewek. Nih duit dan jangan ngadu sama orang tua dan guru paham?" jelas Ares

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang