54^Peringatan

743 38 2
                                    

Saat malam hari tepat pada pukul tujuh malam Arkan datang ke rumah Keyla, dia berniat untuk meminta maaf dan mengajak baikan.

Toktoktok!

Arkan mengetuk pintu rumah Keyla, tetapi sayang di sana tidak ada respon. Sangat yakin bagi Arkan jika gadis itu masih marah dan enggan untuk berbicara dengannya.

Namun Arkan dia tetap mengetuk pintu rumah itu sampai pemilik rumahnya membukakan pintu.

"Keylaa please buka dong sayang pintunya," pinta Arkan dengan lumayan keras agar gadis yang bernama Keyla itu membukakan pintu rumahnya.

Tidak ada respon.

"Key... Mungkin di balik pintu ini kamu dengar ada suaraku tapi aku mohon Key bukain pintunya,,, aku minta maaf Key." lirih Arkan tetapi tetap tak ada respon dari balik pintu.

Sebenarnya memang benar Keyla mendengar suara ketukan juga panggilan dari Arkan, namun dia masih enggan untuk menemuinya karena selain dilarang ia juga malas jika harus berurusan dengan keluarga Arkan.

Tetesan air hujan turun secara perlahan dan bisa dilihat dari jendela jika laki-laki itu mulai kedinginan. Saat Keyla ingin keluar dia juga mendengar suara motor dan itu pasti Farhan—kakaknya.

Dengan cepat Farhan turun dari motornya lalu melepas helmnya. Dia berjalan mendekati Arkan dan menatap tajam laki-laki itu.

"MASIH PUNYA NYALI LO DATENG KE SINI? ATAU TELINGA BUDEK UNTUK JANGAN GANGGU ADIK GUE? Lo tau gak? Kemarin emak lo tuh nampar pipi mulus adek gue dan lo pasti paham kan jika lo ada di posisi gue? Lo bakal ngelarang adik lo buat berpacaran sama lo kan? Jadi silahkan pergi! Angkat kaki dari rumah ini karena orang sombong kayak lo nggak pantas ada di rumah ini meskipun rumah ini sederhana!" jelas Farhan dengan sangat geram.

Jleb!

Arkan melotot saat mendengar jika Keyla ditampar oleh Mami—nya. Yang ia hanya tau Mami—nya itu memarahi dan melarang Keyla dan tentang tamparan Arkan sama sekali tidak tahu.

"Key... Keyla ditampar? Sama Mami? Kapan?" tanya Arkan masih tidak percaya jika Mami—nya sekasar ini.

"Lo pura-pura nggak tau apa nggak tau beneran? Yakin Mami lo nggak cerita? Oke gue jelasin semisal lo beneran nggak tau, kemarin pagi-pagi nyokap lo sama seluruh bodyguardnya dateng ke kedai terus dia marahin tuh adik gue sampe nangis dan saat nyokap lo melarang adik gue buat pacaran sama lo terus adik gue nolak dengan alasan cinta, detik itu juga nyokap lo nampar adik gue. Dan lo tau kenapa adik gue jauhin lo? Itu karena nyokap lo yang minta, dia ngancem adik gue." jelas Farhan dan mampu membuat jantung Arkan serasa berhenti berdetak.

Ia berpikir mengapa Mami yang dia kenal seperti primdona, tapi kenapa menjadi kasar seperti ini, apalagi kepada sesama perempuan.

"Mending lo pergi dari sini, jangan ganggu adik gue lagi!" usir Farhan lalu Arkan masih terdiam memikirkan penjelasan dari Farhan tadi.

"PERGI ARKAN!" usir Farhan sekali lagi dengan keras tetapi laki-laki itu masih terdiam hingga Farhan mendorong bahu Arkan ke teras rumah hingga bajunya menjadi basah kuyup terkena air hujan.

Di teras sana Arkan masih tetap terdiam. Dia meminta pada Farhan agar diizinkan untuk menemui Keyla walaupun hanya sebentar.

"Please kak izinkan gue ketemu sama dia walaupun cuma sebentar ajaa..." lirih Arkan dia maju agar bisa mengetuk pintu rumah Keyla lagi namun Farhan cegah, ia dorong kembali hingga jatuh.

Arkan tak mau berhenti sampai sini, dia ingin sekali menemui Keyla hingga membuat Farhan geram dan meninju pipi mulusnya.

Bugh!

"KALO PUNYA OTAK DIPAKE! PERGI DARI SINI LO BUDEK, HEH?!" geram Farhan dia membentak Arkan dengan sangat keras.

Terlihat jelas dari arah jendela Keyla melihat di sudut bibir Arkan mengeluarkan darah, tetapi laki-laki itu tidak berhenti dia masih mencoba maju namun yang hanya ia dapatkan adalah pukulan dari Farhan.

Farhan terus saja memukul Arkan, tetapi Arkan tidak membalasnya hingga berakhir tak berdaya.

Tanpa sadar Arkan telah menangis di bawah air hujan, dia terus mendapatkan pukulan karena dirinya tak mau menyerah, dia ingin sekali menemui gadisnya.

Hingga tubuh Arkan begitu lemas, semua tubuhnya lebam akibat pukulan dari Farhan dan detik itu juga Keyla keluar karena dia takut Arkan kehilangan nyawa di tangan Farhan.

"KAK FARHAN CUKUP!" ucapnya mencoba memberhentikan Fathan memukul tubuh Arkan yang sudah lemas.

Farhan sangat marah dia hilang kendali hingga tanpa sadar dia hampir menghabisi seseorang hanya dengan tangannya saja.

Keyla meraih kepala Arkan dia taruh pada pangkuannya yang telah basah kuyup, laki-laki itu pingsan karena benar-benar sudah tidak ada tenaga.

"Arkan bangun... Arkan nggapapa kan? Arkan masih hidup kan?" lirih Keyla dia sangat takut kehilangan Arkan.

Mata Arkan membuka sekilas namun dengan sipit, lalu ia tertidur kembali karena seluruh tubuhnya serasa sakit.

"ARKANNN BANGUN HIKS.." teriak Keyla dia memanggil nama Arkan sambil menangis tetapi laki-laki itu tidak merespon.

Dengan gemetar Keyla membuka ponselnya mencari nama Dino di kontaknya karena untuk meminta bantuan pada Farhan itu rasanya tidak mungkin.

"Halo Key kenapa?" tanya Dino di seberang sana.

"Dino bisa nggak ke sini? Tolongin Arkan dia pingsan. Sekarang Arkan ada di depan rumah Key tadi dia berantem sama kak Farhan" jelas Keyla dengan melirih.

"What? Serius? Oke-oke gue sama Galang ke sana sekarang" ujar Dino lalu mematikan sambungan teleponnya.

Tangis Keyla semakin terisak, dia benar-benar takut kehilangan Arkan. Melepaskan laki-laki itu saja sangat terpaksa, bagaimana jika laki-laki itu diambil sama yang maha kuasa? Keyla saja tidak mau membayangkannya.

Beberapa menit kemudian Dino dan Galang datang ke rumah Keyla, mereka tahu alamat Keyla itu dari Arkan sewaktu dia cerita beberapa yang lalu jadi tak heran.

Galang dan Dino membantu Arkan berdiri dan memasukkan Arkan pada mobil milik Galang untuk mereka bawah ke rumah sakit.

Ketika Keyla ingin ikut tangannya dicekal oleh Farhan, dia menyuruh Keyla memasuki rumahnya karena ini hujan dan sudah malam.

Dengan sangat terpaksa Keyla memasuki rumahnya walaupun dalam hati dia sangat cemas dengan keadaan Arkan.

Di dalam mobil selama perjalanan Galang dan Dino heran mengapa Arkan begitu nekat ingin menemui Keyla padahal sudah jelas jika Farhan melarangnya.

Akan tetapi mereka tidak berpikiran jika Arkan akan kehilangan nyawa karena mereka tahu jika Farhan tak sekejam itu.

Mereka melajuka mobil memuju rumah sakit sesuai permintaan Keyla, akan tetapi di pertengahan jalan Arkan membuka matanya.

"Woi Lang si Arkan sadar nihh!" ucap Dino histeris.

Galang menoleh sekilas lalu fokus lagi pada nyetirnya.

"Kita pulang ke apartemen aja," pinta Arkan dengan lemas.

"Tapi lo babak belur jingan jadi ke rumah sakit aja kayaknya parah deh," ujar Dino.

"Nggapapa. Gue mau pulang" lirih Arkan lalu dengan terpaksa Galang mengangguk, "Yaudah kita balik nanti gue yang obatin" kata Galang.

"Lo serius bisa Lang?" tanya Dino.

"Yaelah paling cuma obat merah doang sama plester," jawab Galang.

Lepas itu Arkan memegang keningnya yang terasa pusing, tetapi ingatannya terus saja pada Keyla. Dia sangat merindukan gadis itu walaupun hanya berjarak baru satu hari.

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang