57^sebuah harapan rapuh

726 30 0
                                    

Pagi ini Keyla berangkat sekolah bersama Rama karena tadi pagi laki-laki itu menjemputnya walaupun sudah beberapa kali Keyla tolak.

Saat di tengah koridor tak sengaja mata Keyla bertemu dengan mata Arkan, namun dengan cepat Arkan mengalihkan pandangannya menjadi fokus pada gitar yang ada di pangkuannya.

Begitupun Keyla, dia langsung ditarik oleh Rama agar tidak terus menatap Arkan karena tidak tega.

Setiap pagi sebelum masuk kelas memang Arkan dan teman-temannya selalu berada di koridor atau di kantin, biasanya mereka sambil memalak namun sekarang tidak lagi karena trauma akan hukuman.

"Tumben nggak nyapa, kenapa?" tanya Galang pada Arkan dan orang yang dia maksud ialah Keyla.

"Nggapapa." jawab Arkan

"Nggak mungkin lo diem gini kalo nggak ada apa-apa. Lo ada masalah apa sama Key? Gegara nyokap lo?" sambung Leo ikut nimbrung.

"Enggak juga, semalam dia pelukan sama Rama." balas Arkan

"Kan bisa aja Ar itu cuma sebagai teman," kata Ares.

"Gak percaya gue, mana pelukannya erat banget lagi kayak nyaman banget" ujar Arkan
"Terus juga udahlah gue nggak mau lagi sama dia," lanjutnya Arkan.

"Awas loh Ar nanti nyesel," timpal Dino.

"Gak akan!" dengan cepat Arkan menjawab.

Kringgg!

Bel telah berbunyi dan mereka berlima segera masuk ke kelas. Arkan memang belum sepenuhnya melupakan Keyla, tetapi dia sangat yakin jika ia tidak ingin kembali lagi pada Keyla.

Saat masuk kelas untuk ke meja-nya dia melewati meja Keyla dan sekilas gadis itu menatapnya tetapi Arkan tak peduli ia tetap jalan lurus.

Guru yang mengajar memasuki kelas dan semua siswa siswi mengeluarkan buku tulis masing-masing dan saat Keyla ingin mengeluarkan buku dari ranselnya tak sengaja melihat Arkan.

Tatapan Arkan begitu dingin ke arah-nya karena sedari tadi laki-laki itu menatap ke arah depan. "Ngapain natep gue? Mau ambil buku kan? Yaudah ambil, nggak usah liat yang lain!" sinis Arkan dengan nada tinggi.

Keyla langsung menunduk takut, ia segera kembali ke arah depan dengan deru nafas yang tak karuan akibat bentakan dari Arkan.

"Heh! Arkan lo bisa nggak, nggak usah bentak? Tanpa lo bentak pun dia juga bakal denger!" sarkas Alana dia tidak terima sahabatnya di bentak oleh Arkan.

"Kenapa? Lo mau bela dia? Silahkan! Emang bener kan kalo mau ngambil buku ya ambil aja nggak usah liat yang lain" jawab Arkan.

"Lo—

"Udah Alana jangan berantem, masih pagi juga. Lagian aku nggapapa kok." potong Keyla masih dengan nada lembut ciri khasnya.

"Enggak usah sok lembut deh, jijik gue liatnya!" sindir Arkan

"Anjing lo punya masalah apa sih sama sahabat gue? Dari dulu juga sebelum lo pacaran sama dia tutur katanya selalu lembut, nggak kayak lo KASAR!" bentak Alana dengan beraninya berkata kasar pada Arkan karena sangat tidak terima sahabatnya dikatakan jijik.

Brakk!

Arkan menggebrak meja, dia menatap Alana dengan sinis, "LO MAU CARI MASALAH SAMA GUE? KALO AJA LO BUKAN CEWEKNYA DESTA ABIS LO SAMA GUE ANJING!" murka Arkan dia sangat tidak suka jika ada orang lain mencampuri urusannya.

"GUE TAU LO KECEWA SAMA KEY KARENA DIPUTUSIN TAPI NGGAK SEPANTASNYA LO BILANG KAYAK GITU ARKAN!" balas Alana.

"Ekhem!" guru yang mengajar berdehaam. Dia mendekati dua siswa dan siswi yang sedang bertengkar itu.

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang