Pagi, di koridor Ares dan teman-temannya tengah berkumpul menyanyi tak jelas bersama. Kali ini mereka tak memalak lagi karena sudah trauma juga ingin berubah, jadi mereka hanya menggoda siswi adik kelas yang lewat. Itu pun kecuali Arkan karena laki-laki itu jika bersama orang asing cuek.
"Pagi dek... Putih banget mukanya, itu pake skincare apa sampe kayak mayat hidup? Tapi tetep cantik kok" celetuk Ares dia menghina siswi perempuan tapi dengan nada menggoda.
Siswi adik kelas itu mendadak cemberut dan menatap tajam Ares. Dia tidak terima jika dikatakan mayat hidup, padahal memang benar bedak siswi itu terlalu tebal jadi terkesan seperti mayat hidup.
"Becanda dek yaelah, mau ke mana?" lanjutnya Ares dan bertanya basa-basi.
Bukannya menjawab siswi perempuan itu langsung berlalu karena kesal. Sedari tadi Arkan memainkan ponselnya tanpa peduli apa yang dilakukan teman-temannya.
"Menurut kalian Selena cocok nggak sih sama gua? Gua pengen deh jadi pacarnya dia," tanya Dino.
"Cantik, cuma rada geser aja otaknya" jawab Arkan.
"Gila lo maksudnya?" Dino menaikkan satu alisnya bertanya.
"Seperti itu," lontar Arkan.
"HAHAHA gak mungkin lah Selena gila! Nilainya aja gue denger di atas rata-rata" ujar Ares ikut nimbrung.
"Lu gak tau aja dia di luar sekolah gimana," balas Arkan.
Kebetulan, saat itu juga Keyla lewat depan mereka bersama dengan Rama. Lima laki-laki itu dibuat tak sadar, mereka melongo seakan ada peristiwa aneh.
Keyla berhenti tepat di depan Arkan sambil tersenyum manis, "Pagi Arkan" sapanya dengan ceria.
Arkan tidak menjawab, dia lebih fokus menatap Rama dengan intens, lalu dia bertanya seakan tidak terima jika gadisnya bersama laki-laki lain, "Berangkat sama dia?" tanyanya dengan nada tak suka.
"Enggak, tadi aku ketemu kak Rama di gerbang. Oh iya kak Rama kalo mau duluan yaudah gapapa duluan aja Key mau ngobrol sama Arkan dulu," jelas Keyla lalu Rama mengangguk tersenyum."Yaudah aku duluan ya Key" kata Rama lalu dia segera pergi dari koridor.
Keyla duduk di samping Arkan, namun dia heran dengan respon Arkan, laki-laki itu masih terdiam beku.
"Arkan kenapa?" tanya Keyla
"Panas," hanya itulah jawaban dari Arkan.
Keyla mengetuk jidatnya tak paham, lalu Dino dia terkekeh berceletuk "Cembokor yaaa masnyaaa!!" dengan nada mengejek.
"Sialan pergi lo bangsat!" sentak Arkan pada Dino.
"Astagfirullahalazim kasar!" komentar Ares
"Lo juga pergi sana!" imbuh Arkan.
Ares, Dino, Galang juga Leo pergi ke kantin jadi menyisakan Arkan dan Keyla. Arkan meraih gitar milik Ares yang tertinggal.
Dia mulai bernyanyi dengan gitar itu. Mendengar suara Arkan terdengar sangat merdu di telinga Keyla, deretan giginya tak tertutup sama sekali sejak Arkan memulai memetik gitar.
"Bentar lagi kan pentas seni gimana kalo Arkan tampil nyanyi aja?" usul Keyla.
"Males, kasih kesempatan buat orang lain yang lebih punya bakat." jawab Arkan
"Arkan juga punya bakat, Arkan ikut yaaa? Key mau liat Arkan tampil" rengek Keyla.
"Emmm, kamu ikut jadi panitia pentas seni emangnya?" tanya Arkan
"Iya diajak kak Rama kan kak Rama masih OSIS belum turun jabatan," jawab Keyla.Mendengar kata Rama membuat telinga Arkan panas, dia sama sekali tidak menyukai orang karena dia seseorang yang paling dekat dengan Keyla.
"Bisa nggak gak usah nyebut nama dia?" kata Arkan
"Kenapa? Kak Rama punya salah sama Arkan?" tanya Keyla sama sekali tidak peka.
"GAK USAH SEBUT NAMANYA KEYLA! TELINGA GUA PANAS!" sentak Arkan hingga membuat Keyla takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Arkan [End]
Teen FictionBermasalah dengan Arkan sepertinya itu nasib buruk bagi Keyla, gadis miskin yang tak sengaja menumpahkan segelas es jeruk di baju seragam milik Arkan, laki-laki angkuh juga tak banyak bicara. "Eh maaf-maaf gak sengaja" ucap Keyla takut saat tak seng...