59^Balikan?

776 33 0
                                    

Bangku kosong di depan Arkan sangat menganggu pemandangan laki-laki itu. Entah kenapa ia menjadi khawatir kenapa gadis yang biasanya menuduki bangku itu tidak berangkat sekolah? Sakit mungkin, pikirnya.

"Key nggak masuk kira-kira kenapa yaa? Apa dia sakit?" celetuk Dino.

"Mungkin," balas Ares.

Dari arah pintu Rama memasuki kelas dua belas IPA tiga, dia mencari siswi bernama Keyla untuk memastikan apakah benar gadis itu berangkat ke Bali atau tidak karena semalam gadis itu cerita lewat pesan.

"Lan, Keyla serius pergi?" tanya Rama saat berada di depan Alana.

Alana mengangguk, lalu Rama langsung pergi begitu saja dengan lari begitu cepat untuk mengejar Keyla di Bandara berharap masih ada harapan di sana.

"Keyla pergi ke mana?" tanya Arkan mencoba menurunkan gengsinya karena tak bisa dipungkiri jika dia sangat khawatir akan Keyla.

"Apa pedulinya lo? Ke manapun Keyla itu udah bukan urusan lo lagi!" cetus Alana.

"Serius, Keyla ke mana?" tanya Arkan sekali lagi dengan sabar menghadapi Alana.

"Keyla pergi ke Bali. Dia mau nyusul Bundanya karena percuma laki-laki yang dipercaya sama sekali tidak bisa menjaganya, bahkan sangat kasar!" jelas Alana.

Jleb!

Tubuh Arkan menjadi beku. Ia baru ingat jika Mira menitipkan Keyla padanya untuk menjaganya. Arkan menunduk menyilak anak rambut yang menutupi matanya.

Leo bangkit dari duduknya lalu menepuk bahu Arkan seraya memberi semangat pada laki-laki itu, dia sangat yakin jika sahabatnya ini masih mencintai mantannya namun hanya terhalang gengsi.

"Kalo sayang kejar sebelum hilang! Masih ada waktu mending lo cepat ke Bandara" saran Leo.

"Ogah. Males banget gue, dia aja nggak bilang kalo mau pergi!" bantah Arkan dia sebenarnya ingin mencegah Keyla pergi, tetapi malu untuk mencegahnya karena dia sendiri yang mulai membenci masak sendiri yang harus minta maaf.

"Bisa nggak gausah ngikutin ego? Rasa gengsi lo nanti nggak akan bisa memperbaiki apa-apa!" sambung Galang ikut nimbrung.

Arkan berdecak, ia berpikir sejenak. Ia bingung antara harus mengejar atau melepas karena takut semua itu akan sia-sia, belum lagi dia sangat malu untuk mengatakan jangan pergi pada perempuan yang selalu ia bentak.

"Keyla itu sebenarnya sayang sama lo tapi bodohnya lo malah menyia-nyiakan itu!" papar Alana.

"Masih ada waktu, kalo lo cinta sama dia mending kejar karena mungkin itu bisa mencegah kepergian Keyla!" lanjutnya Alana memberi saran.

Jika dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Alana dan teman-temannya jika dia harus mengejar lalu mencegah Keyla pergi. Meskipun dia tak sepenuhnya yakin Jika bisa membatalkan kepergian Keyla.

Tak mau membuang waktu Arkan langsung berlari menuju parkiran untuk mengambil motornya bergegas ke Bandara.

Teman-temannya tersenyum bangga karena mereka berhasil membujuk seorang Arkan yang tipe manusia keras kepala.

"Si kampret emang keras kepala banget, kalo galau aja baru tau rasa" cibir Ares.

"Seenggaknya dia masih berusaha buat ngelawan gengsinya demi cintanya," timpal Galang.

—DIA ARKAN—

"Key yakin mau pergi? Nggak mau tinggal sama Papa?" tanya Garlan dia masih belum rela jika Keyla akan berjauhan dengan dirinya nanti.

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang