58^Bingung

680 34 1
                                    

Setelah pulang sekolah Keyla langsung pulang karena kata Farhan hari ini kedai tutup. Akan ada hal penting yang ingin ia bicarakan sore ini makadari itu kedai sengaja tutup.

Saat sampai di rumahnya Keyla memasuki rumah—nya dan di ruang tamu sana sudah ada Farhan sedang teleponan dengan Mira, Bunda—nya.

"Nah itu dia Bun Keyla udah pulang," kata Farhan lalu mengalihkan pandangannya pada adiknya.

"Kakak lagi telfonan sama Bunda? Aaa Keyla mau ngomong dong, Keyla kangen." pinta Keyla dengan semangat merebut ponsel milik Farhan dari tangannya.

"Key, kakak mau bicara sama kamu," pinta Farhan.

"Iya Keyla kamu dengerin dulu ya apa yang kakak kamu katakan," titah Mira lewat telepon.

Keyla mengangguk lalu mulai mendengarkan apa yang kakak—nya katakan.

"Jadi gini Key, mulai besok Kakak mau magang di perusahaan temen Papa di Bali dan kebetulan deket sama restorannya Bunda. Kamu mau ikut?" jelas Farhan.

Deg!

Bagaimana bisa dirinya akan ditinggal oleh kakak-nya jika di sini saja dia hanya bersama dia.

"Enggak! Kak Farhan nggak bisa di sini aja?" tanya Keyla tetapi Farhan menggelengkan kepalanya.

"Enggak Key, kakak harus ke Bali. Kamu ikut aja ya ke Bali-nya? Lagi pula Bunda juga ada di sana, daripada kamu di sini sendiri? Atau mau tinggal sama Papa?" jelas Farhan.

Sekali lagi Keyla menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar menolak semua itu, selain tak mau tinggal bersama Papa—nya dia juga tidak ingin Farhan pergi darinya.

"Enggak kak, please kakak jangan pergi. Di sini cuma kak Farhan yang Key punya" pinta Keyla.

"Keyla sayang, dengerin Bunda ya. Tadi kakak kamu sudah cerita mengenai hubungan kamu sama Arkan dan menurut Bunda lebih baik kamu ikut Bunda ke Bali ya? Nanti berangkatnya sama kakak kamu aja." jelas Mira yang masih tersambung telfonnya.

Keyla berpikir sejenak, entah kenapa dia masih memikirkan tentang Arkan. Laki-laki itu sudah berhasil membuatnya nyaman dan jatuh cinta hingga tak bisa lepas begitu saja darinya.

"Kenapa? Masih mikirin Arkan? Udahlah dek nggak usah kamu pikirin, dia aja nggak peduli kan sama kamu?" ujar Farhan

Keyla masih terdiam, ini semua terlalu mendadak menurutnya hingga ia tak mau memberi alasan apapun.

"Pokoknya kamu tolong pikirkan dengan matang malam ini  dan besok pagi sebelum jam lima kamu harus bisa nentuin karena jadwal penerbangan jam tujuh pagi." tutur Mira

"Bun... Nggak ada pilihan lain? Key masih mau di sini tapi kak Farhan jangan pergi atau Bunda pulang. Key nggak mau sendirian Bun" keluh Keyla.

"Tidak bisa sayang, maafkan Bunda yaa di sini juga sebenernya Bunda pengen pulang tapi Bunda nggak enak sama temen Bunda." ujar Mira

"Jadi Bunda lebih mentingin temen Bunda daripada Keyla?!" lirih Keyla dia mulai menangis karena belum siap tinggal sendirian ataupun bersama Papa—nya.

"Jangan nangis sayang bukan gitu maksud Bunda tap—

Keyla mematikan sambungan telfon dari Bundanya lalu langsung berlari menuju kamarnya dan tak lupa mengunci pintu.

Di kamar Keyla menangis, mengapa orang-orang terdekatnya seperti menjauh secara perlahan. Mulai dari Papa—nya, lalu Bunda—nya, kemudian Arkan, dan terakhir Farhan.

Keyla menelfon temannya, Alana.

"Halo Key kenapa?" tanya Alana di seberang sana.

"Aku mau ke Bali," tutur Keyla dengan terisak.

"HAH! KE BALI? NGAPAIN? SAMA SIAPA? FRUSTASI BANGET YA SAMPE HARUS KE BALI? APA KARENA GEGARA ARKAN?!" cerocos Alana dengan heboh.

"Enggak bukan gitu, cuma kak Farhan juga mau ke Bali jadi daripada aku di sini sendiri jadi lebih baik ikut ke Bali." jelas Keyla

"Tapi kan Key bentar lagi ujian? Yakin lo mau ke Bali dengan waktu yang lumayan panjang?"

"Emmm... Nggak tau sih tapi kayaknya itu lebih baik deh Lan daripada tinggal sama Papa"

"Kan bisa nginep di rumah gue untuk sementara waktu! Toh nyokap gue juga udah biasa kan kalo lo main ke rumah gue"

"Aku nggak enak Lan dan yaudah udah dulu ya aku packing nih, byee" kata Keyla lalu mematikan sambungan teleponnya.

—DIA ARKAN—

"Lo sama Thalia beneran jadian?" tanya Dino saat Ares baru saja datang di warung tempat tongkrongan yang berada di dekat sekolah.

Ares hanya mengangguk sekilas, "Lo sendiri serius sama Selena?" tanya Ares balik.
"Iya. beberapa hari lalu Selena nerima gue," jawab Dino lalu mengalihkan pandangannya pada Leo dan Arkan yang sama-sama diam dan bengong, "Kalian berdua kenapa? Lagi berantem?" heran Dino.

"Jessica bentar lagi mau dioperasi. Kelak nanti ia akan dibawa ke Amerika karena orang tuanya udah memutuskan buat ke sana," tutur Leo.

Keempat teman Leo sontak kaget, bagaimana bisa baru saja beberapa hari gadis itu baru akrab lagi dengan Leo tapi mengapa akan pergi lagi dan dengan jarak yang jauh.

"Serius?!" pekik Ares dia sangat terkejut Dan Leo hanya mengangguk saja.

"Kalo lo kenapa Ar? Masih mikirin cewek lo?" ujar Galang.

"Dia bukan cewek gua!" balas Arkan cepat.

"Mantan makasudnya," ralat Galang.

"Yaelah Ar dengerin penjelasan Keyla apa susahnya sih? Kayak lo gak pernah buat salah aja," kata Ares.

Arkan terdiam, malas untuk menjawab.

"Jaman sekarang masih aja ngikutin gengsi," celetuk Dino.

"Kalo menurut gue sih sebaiknya lo percaya deh sama penjelasan Rama kalo lo cuma salah paham dan Keyla sangat mencintai lo. Lo akan nyesel kalo sia-siain Key! Ingat Ar orang tulus cuma datang sekali." saran Galang

"Ketika sang bijak sudah berbicara maka ikutilah karena biasanya sangat tepat," jawab Ares.

"Gua sama sekali gak mikirin dia! Mau dia pergi dari dunia ini pun gue nggak peduli karena Keyla cuma mantan gua, bahkan dia lebih jahat daripada Ranty!" cetus Arkan penuh penekanan.

"Lo salah kalo berpikiran Ranty lebih baik daripada dia, karena lo nggak akan tau... Segimana tulusnya Key mencintai lo"lontar Galang lalu beranjak dari duduknya kemudian menepuk bahu Arkan, "Ikuti saran dari gue atau lo akan nyesel!" pesannya lalu pergi dari meninggalkan warung.

"MAU KE MANA LO LANG?!" teriak Dino yang kini punggung Galang semakin menjauh.

"JALAN SAMA CITRA!" balas Galang dengan teriak.

Arkan kembali diam memikirkan ucapan Galang, apakah yang dikatakan itu benar jika Keyla sangat mencintai dirinya? Atau hanya sekedar cari perhatian saja? Entahlah Arkan masih bingung.

"Yaudah gue juga balik ya. Gue ngantuk" pamit Arkan. Dia berdiri bersiap untuk pergi walaupun belum ada jawaban dari teman-temannya.

Selepas Arkan pergi perlahan mereka juga meninggalkan warung karena sekarang sudah mulai larut malam sedangkan besok harus segera pergi sekolah.

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang