46^Permintaan

639 36 0
                                    

Masih ingatkah dengan gadis yang bernama Jessica yang selalu diceritakan oleh Leo? Jika ingat, ya kini gadis itu sedang berada di rumah sakit.

Jessica itu sebenarnya mempunyai penyakit dan itu cukup berbahaya, dia sakit jantung. Jantung Jessica sudah lama sakit sejak kecil dan dia secepat mungkin akan melakukan operasi agar jantungnya segera membaik karena kata dokter di umur delapan belas tahun Jessica harus dioperasi.

Namun kata dokter, jika operasi gagal umur Jessica tak akan lama lagi dan itu membuatnya sangat terpuruk.

"Jangan dengerin kata dokter ya. Hanya Tuhan yang menentukan umur manusia jadi nggak usah kamu pikirin," peringat Erana mama Jessica.

"Ma,, kalo umur Jessica nggak lama lagi Jessica boleh minta tolong nggak sama Mama dan Papa?" pinta Jessica

"Apa sayang? Bilang sama Mama, Jessica mau apa?" tanya Erana

"Jessica mau Leo Ma. Jessica mau sama Leo, izinkan Jessica menghabiskan waktu terakhir sama Leo ya Jessica pengen banget sahabatan sama Leo kayak dulu." lirih Jessica

Erana menghela nafasnya, "Kamu jangan ngomong seperti itu sayang. Mama yakin operasinya pasti akan berjalan dengan lancar kok dan kamu itu udah nggak bisa sahabatan sama Leo lagi karena di hati kalian udah ada perasaan" jelas Erana.
"Please Ma... Jessica mohon. Jessica janji nggak akan ngelupain Tuhan kok dan Jessica janji kalo Jessica sama Leo hanya sahabatan nggak lebih," lirih Jessica sangat memohon.

Andika menepuk bahu istrinya, dia merasa tak tega dengan puterinya yang sangat memohon pada Mama-nya agar diizinkan berteman dengan Leo, "Udah ya Ma izinkan saja kalo Jessica stres itu nanti akan berdampak pada kesehatannya. Kita cukup awasi dia saja dan Papa yakin Leo itu anaknya baik jadi tidak mungkin mengganggu kepercayaan Jessica ataupun keluarga kita," saran Andika.
"Tapi Pa—

"Jessica mohon Ma... Jessica mau Leo. Jessica cuma mau berteman sama dia karena cuma Leo yang bisa buat Jessica bahagia" lirih Jessica.

"Baiklah. Tapi hanya berteman oke?" jawab Erana walaupun masih ragu.

Jessica tersenyum lebar, dia memeluk Mamanya lalu segera membuka blokir nomor Leo dan segera meminta maaf.

—DIA ARKAN—

Ting!

Hai Leo

Di ruang seni Leo tidak mendengar suara notifikasi dari ponselnya, namun saat keluar dari sana dan sekarang berada di kantin bersama Dino dan teman-temannya barulah mengecek ponselnya.

Keningnya mengerut saat melihat ada sebuah pesan dari Jessica karena yang dia tahu sejak beberapa hari lalu gadis itu memblokir nomornya.

"Kayaknya Thalia udah suka balik ke gue deh, Instagramnya gue aja udah difollback," ucap Ares mulai bercerita.

"Citra juga kayaknya dia udah suka balik ke gue, kemarin aja sewaktu habis tanding basket dia perhatian banget sampe ngasih gue minum." lanjut Galang ikut bercerita.

"Apalagi gue, Selena sayang ngasih gue minum sama bekal makan," lontar Dino.

"Kalo lo gimana Le? Pasti lo udah baikan dong sama Jessica? Gue yakin pasti—

"Gue liat kemarin Jessica nangis karena Leo. Gue heran, lo ada masalah apa sih Le?" potong Arkan.

Leo terdiam tak menjawab.

"Tiap ditanya tentang Jessica pasti selalu diem gak jawab, segitu bencinya lo sama dia? Gue ngerti sih pasti lo masih kesel sama dia gegara dia buka tutup blokir nomor lo. Tapi Le Jessica juga punya hati, gak seharusnya lo kayak semacam permainkan dia balik. Jadilah dewasa, selesaikan masalah dengan kepala dingin jangan menjauh gini. Pengecut tau gak namanya!" saran Galang.

"Gue nggak mau ganggu dia." hanya itulah balasan dari Leo, laki-laki yang sangat irit bicara dan paling berbeda diantara mereka.

"Tapi dia ngejer lo. Lo peka dong kalo Jessica itu suka sama lo! Setidaknya kalo kalo lo nggak bisa buat dia bahagia, jangan buat dia menangis. Dia cewek bro" ujar Dino mendadak bijak.

"Ya terus gue harus gimana? Kayak dulu sebelum gue tau dia siapa? Bahkan itu akan semakin menyakitinya karena terus berharap. Gue gamau liat Jessica patah hati gegara gue," keluh Leo.

Mereka berempat terdiam. Memang rumit konflik antara Leo dengan Jessica karena mereka belum merasakannya.

"Cinta emang nggak ada yang sempurna ya. Ada yang beda kasta, beda agama, beda perasaan, dan selalu dijadiin badut." celetuk Ares

"Jadi badut itu nggak mudah, kadang kita harus pura-pura baik-baik saja dan selalu tersenyum di depan seseorang yang ingin kita bahagiakan padahal kita rapuh dan hancur saat melihat dia bahagia seusai lukanya sembuh," balas Galang.

"Dan kita juga harus selalu ada buat dia tanpa tahu bagaimana rasanya dibutuhkan saat sepi dan dijadikan kegabutan," tambah Dino.

"Mendinglah saingan kalian masih manusia, sedangkan gue? Tuhan. Gue nggak bisa bersaing ataupun meminta, gue hanya bisa pasrah dan cukup mengenal dan mencintainya tanpa harus memilikinya." jawab Leo

"Emmm,,, beda perasaan juga sakitnya damage bro. Pura-pura gak peka padahal dia tau gimana perasaan gue itu sangat menyakitkan, apalagi sebenarnya dia tahu jika dia harus apa namun dia hanya pura-pura bego seakan-akan nggak tau apapun." keluh Ares

"Gue juga nggak tau sih nanti gue sama Key gimana. Nyokap gue aja waktu dateng ke kedai kayak nggak suka gitu sama dia tapi gue selalu berusaha buat mertahanin hubungan gue sama dia karena gue yakin harta tidak jadi masalah karena kita sama di mata Tuhan." ujar Arkan

"Di dunia tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan jadi syukurin aja yang kita punya dan jalani sesuai alur yang ada." kata Galang dengan bijak.

"Dunia bukan semuanya tentang cewek bro. Ada kalanya kita harus mikirin masa depan, bentar lagi akan ada ujian nasional dan kita harus bisa ngelewatinnya jadi mending lebih fokus ke ujian aja dulu deh," saran Ares.

"Makanya lo semua belajar jangan ngandelin otak temen aja! Tiap ada tugas pasti atau ulangan pasti nyontek gimana mau diasah otaknya" cetus Leo.

"Ajarin dong Bang," pinta Dino dengan nada seperti anak kecil.

"Nanti gue ajarin balik pura-pura malas padahal aslinya pinter," jawab Arkan.

"Ar tukeran otak yuk biar nilai gue sama lo setara," bujuk Ares.

"Gak! Suruh siapa waktu pembagian otak lo tidur." tolak Arkan

"Otak mana ada bisa dituker goblok!" ujar Galang.

"Punya temen tolol semua capek," lirih Leo namun menusuk.

Dia Arkan [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang