Saat melihat Keyla juga Arkan datang memasuki kedai Mira tersenyum, dia sangat lega jika puterinya telah kembali karena pagi ini dia harus pergi karena ada urusan penting namun di sisi lain ia mempunyai pesanan kue ulang tahun untuk tetangga depan rumahnya.
"Syukurlah nak akhirnya kamu pulang. Kamu tolong buatkan kue ulang tahun sebagus mungkin buat anaknya Tante Raini tetangga depan rumah kita ya karena beliau udah janji sejak kemarin dan nanti sore harus udah jadi karena acaranya kebetulan nanti malam," jelas Mira.
"Bunda mau ke mana emang?" tanya Keyla
"Bunda pagi ini mau ketemu sama temen Bunda, kata dia beberapa bulan lagi dia akan melahirkan jadi restoran yang ada di Bali dia tidak bisa pegang jadi temen Bunda minta tolong buat Bunda yang pegang selama dia melahirkan." tutur Mira
"Jadi beberapa bulan lagi Bunda mau ke Bali? Terus Keyla gimana?" keluh Keyla.
"Kan ada Arkan sama kak Farhan juga Papa jadi kamu tenang saja tidak akan kesepian kok," jawab Mira.
Keyla cemberut. Dia sangat tidak terima jika Bundanya pergi karena tanpa dia Keyla merasa kesepian dan sedih.
"Yaudah Bunda pamit ya. Arkan, Tante minta tolong kamu jagain Keyla dan temani Keyla di sini ya," pesan Mira lalu Arkan mengangguk.
"Iya Tante," jawab Arkan.
Mira pergi keluar dari kedai, lalu Keyla duduk di sebuah bangku. Arkan mengerti mengapa Keyla mendadak tidak semangat, pasti dia belum siap jika akan ditinggal Bundanya ke Bali nanti.
"Udah jangan dipikirin mending kita bikin kue kan kata Tante Mira suruh buat kue," saran Arkan.
"Tapi belum ada bahan-bahannya kamu aja yang beli oke? Nanti aku catat di kertas buat bahan-bahannya," ujar Keyla.
Arkan mengangguk menurut. Keyla segera mencatat bahan-bahan kue yang akan dia buat di kertas dan sekitar sepuluh menit selesai, ia serahkan pada Arkan.
"Jangan sampe ilang ingat!" pesan Keyla.
"Iya. Aku pamit ya" jawab Arkan lalu segera bergegas pergi dari kedai menuju supermarket.
"Hati-hati di jalan!" kata Keyla namun tak terdengar.
Sebenarnya baru kali ini Arkan berbelanja bahan-bahan untuk membuat kue, biasanya dia akan menyuruh pelayan membuatnya kue.
Jika bukan pacarnya yang nyuruh pasti Arkan malas dan lebih memilih menyuruh pelayan mansionnya yang membeli.
Lima belas menit kemudian Arkan sampai di sebuah supermarket. Di supermarket kebetulan dia bertemu Dino bersama Mamanya. Demi apapun rasanya Arkan malu jika mereka tau dia membeli bahan-bahan untuk membuat kue.
Arkan sengaja kali ini dia tidak akan menyapa mereka, dia menutup wajahnya dengan topi jaketnya.
Tapi...
"ARKAN!" pekik Dino memanggil nama Arkan.
Arkan berdecak, lalu ia menoleh ke arah Dino juga Mamanya. "Eh iya lo juga di sini? Ngapain? Belanja bulanan?" sahut Arkan basa-basi.
"Iya belanja bulanan nganterin Mama. Lo sendiri ngapain di sini?" ujar Dino.
"Ini gue disuruh sama Keyla buat beli bahan-bahan kue soalnya Tante Mira tadi pergi ada urusan sama temennya jadi kue yang handel Keyla dan kebetulan di kedai gak ada pelayan jadi gue deh yang disuruh belanja." jelas ArkanDino tertawa mengejek namun Mamanya menginjak kaki Dino agar berhenti mengejek, Arkan merasa malu namun Mamanya Dino merasa bangga karena baru kali ini ada seorang laki-laki yang rela belanja bahan-bahan kue hanya demi pasangannya.
Fera menghampiri Arkan, "Pasti kamu nggak ngerti kan? Sini catatannya biar Tante bantu cari" kata Fera.
Arkan memang tidak mengerti jadi mungkin lebih baik ia menyerahkan kertas catatan itu pada Fera karena setahunya juga Mamanya Dino ini sering membuat kue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Arkan [End]
Ficção AdolescenteBermasalah dengan Arkan sepertinya itu nasib buruk bagi Keyla, gadis miskin yang tak sengaja menumpahkan segelas es jeruk di baju seragam milik Arkan, laki-laki angkuh juga tak banyak bicara. "Eh maaf-maaf gak sengaja" ucap Keyla takut saat tak seng...