"kooo," ucap meera pelan.
saat ini, dirinya tengah membonceng ziko. berusaha sekuat tenaga untuk menyeimbangkan tubuh agar tak jatuh atau terpelanting kebelakang.
"kenapa dek?"
ntah sejak kapan, ziko memang mengikuti rafka dan keluarga, memanggil meera dengan sebutan dik. tapi terkadang juga dia hanya memanggilnya meera, alme, atau apapun sekenanya.
"makasih yaa udah mau anterin,"
ziko terkekeh. "kayak sama siapa aja lo!"
"yaa kan udah dianterin pulang, jadi tetep dong bilang terima kasih,"
"sama-sama," ziko kembali melajutkan motornya setelah terjebak sedikit macet.
"auw!" teriak meera kaget ketika ziko memelintir gasnya cukup dalam.
"lo gapapa?" tanya ziko kaget. memelankan laju motornya dan berpindah kelajur sedikit ke kiri.
"kaget!"
"pegangan napa!"
"gapapa?"
"lo mau jatuh?"
"lo ga sayang sama gw?"
ziko mendengar pertanyaan meera membulatkan matanya.
ziko tau, pertanyaan meera tersebut pasti reflek. secara meera selalu mengucapkann kalimat pertanyaan tersebut, setiap arkha atau rafka jail kepadanya.
"pegangan makanya,"
dengan ragu-ragu, meera melingkarkan kedua tangannya dipinggang ziko. meremas kemeja seragam depannya.
"udah?"
"udah,"
tanpa basa basi, ziko kembali melajukan motornya. berlomba dengan pengendara lain.
"mampir bentar ya?" tanya ziko setelah beberapa saat.
"kemana?"
"beli jus. nyokap nitip nih,"
"ga bisa kalo setelah anter gw?"
"bolak-balik gw kalo anter lu dulu baru beli,"
"ohh oke!"
dan benar, penjual jus langganan mama ziko memang terletak sebelum rumah meera. sehingga perkataan ziko tak bohong.
"lu mau ga?" tawar ziko, mematikan mesin motornya.
"ada apa aja?"
"turun. pilih sendiri mau apa,"
meera memegang pundak ziko. pelan-pelan melangkahkan kakinya turun dari motoe yg cukup tinggi.
"ba-"
"bawa helmnya! iyaa, udah tauuu!" ucap meera menyela perkataan ziko.
dia terlalu tau dengan kebiasaan rafka dan teman-teman. sehingga, ketika ziko memberi pinjam helm miliknya yg kebetulan baru dikembalikan oleh temannya, dia akan membawa helm itu ketika jajan atau makan.
ziko dan meera duduk ditempat yg tersedia. sembari menunggu, meera mengeluarkan ponselnya.
"dicariin?"
"engga,"
"terus?"
"gigi,"
"udah nyariin kamu?"
"tanya. buku tugasnya di aku apa engga,"
"rajin banget,"
"gigi kan emang gitu. pulang sekolah cuma bersih-bersih, makan kalo laper, terus ngerjain tugas. malem tinggal rebahan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
dua lelaki, satu perempuan
Fanfictionbukan seperti yg kalian pikiran. klik dan bacalah hanya cerita keseharian dua orang anak laki-laki dan satu anak perempuan