dua dua (almeera)

380 73 9
                                    

"WOY WOY WOY WOY WOYY!!" teriak yuna, mengubah duduknya menjadi kebelakang menghadap meera.

"KALIAN HARUS LIAT INIIII!! INI PENTING BANGET INFONYA!!" yuna menyodorkan ponselnya kedepan meera. terlihat pada layar, story yg menampilkan foto ziko dengan seorang perempuan.

dalam foto tersebut, pose keduanya memang tidak terlihat jelas wajahnya. dari bentuk badan, meera tau jika itu ziko. tapi, siapa perempuan yg tengah bersama ziko? apa kak qina? seperti gosip yg beredar beberapa hari ini disekolah.

"itu ziko sama siapa?" tanya gigi melirik ponsel yuna.

meera mengangkat kedua bahunya. kenapa ada rasa sesak didada? perasaan bukan sekali ini meera melihat ziko dengan perempuan lain. tapi ntah kenapa, kali ini terasa berbeda.

"meer?" tanya gigi, memperhatikan ada yg beda dari meera.

"ya?"

"lu gapapa kan?"

"gapapa. emang gw kenapa?"

gigi menggeleng. tak ingin membicarakannya lebih lanjut sekarang. mungkin nanti sepulang sekolah.

"sumpah yaa beruntung banget cewe yg sama ka ziko!!! gw mau banget punya cowo yg tipenya kayak ka ziko gituuu! dingin dingin empuk gimana gituuu!" oceh yuna.

"emang permen!"

"cowo dingin tuh kalo udah perhatian, beuhhh ga nanggung-nanggung perhatiannya!"

"bukannya lu mau sama kak arkha ya kemaren?" ingat gigi.

"njir, saingannya kak suika! berat berat!"

"peke pelet lahh! kalo ga susuk, biar kak arkha suka sama lo!"

"tanpa itupun. gw udah menarik, cantik dan mempesona!"

"tapi sayang, belum dilirik sama ka arkha!"

meera diam. mendengar ocehan kedua sahabatnya itu.

tak tau kenapa, moodnya yg awalnya baik-baik saja kini berubah 180°. saat ini, dia hanya ingin berada dikamar, sendiri, sembari mendengarkan lagu galau.

"jangan bengong! kerasukan, repot ntar," ucap gigi mengingatkan.

"ga bengong,"

"cuma galau,"

"apaan sih!"

"udah ntar aja galaunya, sekarang ayo ganti baju, sebelum kita dimarahin sama pak roni karena telat,"

seperti badan dimana, pikiran dimana, meera mengambil baju olahraga di tas, berjalan ke arah kamar mandi dan berganti baju.

gigi dan yuna yg melihat meera berubah 180° hanya saling senggol. tak berani menanyakan atau mengganggunya.

"hmmmm meer, yuk ke lapangan," ajak gigi, menarik tangan meera setelah mereka meletakkan pakaian seragam di loker.

meera yg menyadari kedua sahabatnya memperhatikan dari tadi, memasang wajah seolah dirinya baik-baik saja.

"yuk yuk!! eh tapi kantin dulu napa! haus banget gw!" ucap meera sok ceria.

"hmmm okee,"

berjalan lebih dulu, meera meninggalkan yuna dan gigi yg masih sibuk melipat seragam mereka.

"alme?" panggil ziko, ketika keduanya tak sengaja berpapasan dikoridor ke arah kantin. "mau ke kantin kan? nih," ziko menyodorkan botol air miliknya. botol yg berisikan penuh dengan air putih disertai nama ziko pada bagian dinding sebagai penanda.

"eh gausah, adek mau beli kok,"

"udah gausah! ini aja,"

"engga. nanti kak ziko kalo butuh minun,"

dua lelaki, satu perempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang