tiga satu (arkha)

338 58 5
                                    

sesuai dengan rencana awal, iqbaal, arkha, mita dan mia kini tengah berada disalah satu restoran dimana meeting mereka berlangsung.

semua berjalan lancar. kerja sama yg akan dijalin perusahaan iqbaal dan client telah mencapai kesepakatan.

kesepakatan yg harusnya dilakukan dipertemuan selanjutnya ternyata malah terjadi lebih cepat. saat ini, iqbaal telah mengantongi persetujuan kerjasama yg bisa dibilang cukup besar.

"beruntung banget pak alex baik, udah langsung deal dipertemuan ketiga," ucap iqbaal setelah memasukkan satu sendok makan siangnya.

"emang pak alex orangnya susah ya pah?"

"sangat sangat sangat susah! banyak temen papa yg cerita kalo dia ini bisa deal setelah beberapa kali presentasi dan ga terhitung revisi. tapi begitu dia liat presentasi kakak, papa kaget dia langsung tanda tangan,"

arkha tersenyum mendapat pujian dari papanya.

"kak, kakak jadi tinggal?"

"jadi pah,"

"ke rumah om aja kalo kakak gatau mau kemana,"

"gamau, kakak mau backpack sendiri aja. ga seru pahhh kalo semisal kita ke rumah sodara,"

"ya ya ya! anak muda,"

"kayak ga pernah muda aja,"

"yaa masa muda papa ga pernah pergi backpack gitu. langsung ngekos!"

"eh iyaa juga ya, papa kan kuliahnya diluar,"

"nahhh itu inget,"

"tapi kan, papa udah ada mama,"

"yaa tetep aja,"

"tetep aja beda pahhh!" protes arkha.

setelahnya, hanya ada obrolan ringan antara iqbaal, arkha, mitha dan juga mia.

tapi mia lebih banyak diam.

"hmmm kakk, nanti kalo kakak ada apa-apa atau butuh apa, langsung telpon papa! ntr kalo kakak hilang atau butuh dijemput bilang!"

"iyaa pahhh! kakak udah gedeeee!"

iqbaal mengangguk.

terkadang, iqbaal sendiri lupa jika anak tertuanya kini telah berusia lebih dari 20tahun.

"kak arkha mau healing ya?" goda mitha.

"healing-healing, sok anak jaman sekarang," timpal iqbaal.

"yaa kan anak jaman sekarang pahhh!"

mitha hanya terkekeh melihat interaksi bapak dan anak ini.

"hmmm pak iqbaal, pak arkha, ma, mia permisi ya, mia mau duluan," pamit mia, menyela omongan mereka untuk berpamitan.

"eh, mau kemana?" timpal iqbaal.

"mia ada urusan pak sama temen mia,"

"di bandung?"

mia mengangguk. "kebetulan mia dulu kuliah di bandung pak, jadi udah tau daerah bandung,"

iqbaal mengangguk. "yasudah kalo begitu. hati-hati,"

mia mengangguk. berterima kasih sebelum dirinya meninggalkan tempat dimana mereka meeting.

"hmmm pak,"

"ya?"

"ini kak arkha mau tinggal juga di bandung?"

iqbaal menatap arkha untuk menjawab.

dalam dirinya, dia berharap anak lelakinya itu berubah pikiran untuk tidak jadi stay di bandung.

bagaimanapun juga, iqbaal tetap khawatir karena arkha tak membawa kendaraan. selama ini, ketika arkha pergi keluar kota, dia pasti membawa kendaraan atau paling tidak ada teman. tak pergi sendiri seperti saat ini. dan tanpa kendaraan pribadi.

dua lelaki, satu perempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang