tiga empat (almeera)

336 53 21
                                    

seperti menepati janjinya, tepat pukul 06.20 suara mobil memasuki halaman rumah iqbaal. membunyikan klakson sebelum akhirnya suara mobil hilang dimatikan.

"siapa?"

meera diam. dia berdoa itu bukan axsel yg datang menepati janjinya.

rafka yg baru saja turun dari kamar, meletakkan tasnya di kursi makan tempatnya, kemudian melirik ke arah jendela yg langsung menampilkan halaman depan.

"mobil siapa tuh?"

"kak?" tanya iqbaal kepada arkha, seolah menanyakan apakah itu mobil temannya.

"bukan!"

"bang?"

"jelas bukan dong pah!"

"adek?"

"mobil axsel,"

mendengar nama itu, rafka yg awalnya masih melihat keluar, langsung mengalihkan pandangannya ke meera.

"jangan becanda!"

meera diam. dia tau saat ini rafka otw marah kepadanya.

bagaimana bisa, dia sudah berstatus sebagai pacar ziko, tapi dijemput cowo lain?

"adek!"

"adek udah nolak!"

"terus?"

"dia ga dengerin!"

"jangan boong!"

"adek ga boong bang!"

melihat keseriusan meera, rafka lantas berjalan kearah pintu depan. membuka sebelum orang yg berada diluar mengetuk pintunya.

"dek?" tanya iqbaal.

"adek udah nolak pahh! adek udah bilang ke axsel untuk ga jemput adek! adek udah dingin sama semua sikap manis dia! tapi dia kayak ga pantang nyerah,"

"kenapa adek dingin?"

"karena adek ga suka!"

"ga suka karena? axsel keliatnnya anak yg baik,"

"tapi adek ga suka?"

"karena dia terlalu baik?"

"bukan,"

"terus?"

"karena adek sukanya bukan sama axsel?" tebak (namakamu) yg kini duduk dihadapan meera.

meera mengangguk.

"papa paham!"

"adek udah nolak pah. adek udah ga kasih harapan apa-apa sama dia,"

"iyaa papa tau. tapi bagaimanapun juga adek ga bisa biarin ini berlarut-larut,"

"terus adek harus gimana?" meera menunduk, memainkan jari diatas pangkuannya.

"adek bilang ke dia. bilang sejujurnya ke axsel kalo adek gaada rasa sama dia. kalo kalian ga bisa lebih dari temen,"

"udah,"

"kapan?"

"waktu awal dia coba deketin adek. itu udah 3 bulan lalu,"

"ulangi. ucapkan dengan serius,"

"tapi,"

"yakinkan dia kalo dia berhak bahagia, tapi bukan sama adek,"

meera diam. dia tak tau harus melakukan apa untuk membuat axsel tak lagi mengejar-ngejarnya.

"dia keras kepala banget sih!!" gerutu rafka, mengambil duduk ditempatnya.

dua lelaki, satu perempuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang