Hidden-End

1.3K 142 15
                                    

Happy Weekend!


Langit sudah mulai menggelap, mentari sudah ingin berganti tempat dengan bulan. Langit yang sebiru pagi juga ingin berganti warna dengan si jingga. Sudah saatnya jam pulang kantor. Mozza sedari tiga hari lalu selalu menghindar dariku. Aku tau, pikirannya sekarang sedang kacau. Kalau sedang banyak pikiran, Mozza memang selalu seperti itu. Menghindar, menyendiri dari orang yang dia kasihi.

Awalnya kupikir perilakunya itu kekanak-kanakan. Tapi setelah menjalin hubungan selama ini, aku sadar. Mozza juga butuh space untuk dirinya sendiri. Tanpa orang lain. Aku selalu membiarkannya begitu, tapi tidak sampai lebih dari 3 hari, paling lama 5 hari.

Aku tidak ingin dia menjadi terlalu jauh. Jauh yang tidak bisa aku jangkau lagi. Maka dari itu, hari ini, aku harus bicara dengannya. Aku sudah memberikan waktu yang cukup untuknya. Sekarang waktunya untuk ku mendekat.

Setelah sekian tahun bekerja dikantor ini, aku tau tempat yang paling aman untuk Mozza menyendiri. Tadi setelah absen pulang, aku tidak sengaja melihatnya menuju tangga kecil yang membawanya menuju rooftop kantor.

Segera saja aku mengikutinya. Mozza berdiri menyandarkan kepalanya pada pembatas yang terbuat dari besi itu. Tas dan jaketnya sudah tergeletak dibawah kakinya. Aku menghembuskan nafas, membuang semua hal negative dan mendekatinya.

"Hmm, aku tau pasti akan menemukanmu disini."

Mozza tidak menoleh padaku, matanya masih memperhatikan suasana parkiran yang sudah mulai sepi, "I was trying to make sure you didn't find me."

"Of course I'd find you." Mengikuti gerakannya, aku ikut menyender pada besi pembatas. Menghadapkan kepalaku kepadanya, "I always know where you are."

"Liar."

"I never lied to you." Dengan itu, aku meraih tangannya untuk kugenggam. Barulah dia memutar badannya menatapku.

Sorot matanya lelah, tapi tertutup oleh semua make up yang Mozza aplikasikan pada wajahnya, "I'm tired, Khata."

"I know." Aku menariknya dalam pelukanku, dibalas dengan tangannya yang ikut melingkari punggungku.

"I want to kiss you, to hold you, to touch you. I want they know, that, you are mine." Suaranya terdengar lirih, sambil tetap mencari posisi ternyaman untuk tubuhnya dalam pelukanku.

Tanganku mengusap punggungnya pelan dan mencuri cium pada pelipisnya, "I'll always be yours."

"I miss you."

Aku melepaskan pelukan kami, tanganku naik menangkup wajahnya, "I miss you too, aku tau kamu butuh space. Aku juga tau kalau aku harus nahan rindu. Nggak kamu hubungi, nggak liat wajah manis kamu."

"Aw, I'm sorry, babe."

"Nah, it's fine." Aku kembali menariknya dalam pelukanku. Kami sama-sama terdiam, saling menghirup aroma tubuh masing-masing.

"Mo, aku udah ngajuin surat pengunduran diriku."

Kini Mozza yang melepaskan pelukannya, menatapku dengan kening berkerut, "Ha? Kamu mau resign dan nggak ngasih tau aku dulu?"

"Aku pernah cerita kan kalau George mau aku gabung di perusahaannya? Setelah aku pikir dengan matang, aku akan terima tawarannya dia. Aku dapet posisi yang lebih baik. Kita juga nggak usah sembunyi-sembunyi lagi dikantor."

"Tapi-"

Aku berusaha menenangkan Mozza dengan menggenggam kedua tangannya, "Aku tau akan ada plus minusnya, kita juga akan jarang ketemu. Tapi ambil sisi positifnya juga, ya? Kantor kita nanti cuma berjarak 15 KM, nggak jauh kan?"

Mozza menundukkan kepalanya, memandang pada genggaman tangan kami, "Ya aku bisa apa, kan kamu udah ambil keputusan. Aku pasti bakalan kangen banget papasan sama kamu dikantor."

"Aku juga bakalan kangen backstreet an sama kamu di kantor."

Setelah itu kami sama-sama menghembuskan nafas berat, lalu tertawa. Menertawakan setiap kejadian sembunyi-sembunyi kami di kantor.

"Eh tutup mata dulu deh."

Wajahnya berubah bingung, "Mau ngapain?"

"Ya tutup aja dulu sih."

Setelah Mozza menutup matanya, aku mengambil setangkai bunga mawar merah dari dalam tasku dan menyodorkannya tepat didepan wajah Mozza, "Happy Birthday, my valentine."

Mozza langsung membuka kelopak matanya, memandangku haru, "Ahh, kamu inget? Aku aja nggak tau kalau hari ini udah tanggal 14."

"Aku pasti inget dong. Maaf ya basic banget pake bunga mawar." Mozza mengambil alih bunga itu dariku, semoga dengan ini akan membantunya menghilangkan rasa sedihnya.

"Aw, boleh cium kamu nggak sih sekarang? Gemes banget."

"Yaudah, pulang yuk? Aku udah siapin makan malam romantis seperti yang aku janjiin."

"Ahhh, sweet banget pacar aku. Tunggu deh, giliran kamu tutup mata."

Kini giliranku mengernyitkan dahi, untuk apa dia menyuruhku tutup mata? Tapi tetap saja aku menuruti perintahnya.

Setelah beberapa saat, aku merasakan bibirnya menempel sekilas dibibirku lalu Mozza menciumku bertubi-tubi sampai aku membuka kelopak mataku dan dihadiahi dengan senyuman lebarnya.

"Wah, untuk apa itu tadi?"

Tanpa menjawab pertanyaanku, Mozza menggandeng tanganku, membawa tubuh kami menuruni tangga.

Mungkin tidak akan pernah ada kesempatan untuk menunjukkan cinta yang terpancar dari sorot mata kita di dunia ini. Jika kamu memanglah wanita yang hanya untukku, maka kisah kita akan bertahan, hingga Tuhan lah yang memisahkan.




"Dulu saya pernah punya hubungan dengan seseorang waktu jaman sekolah. Teman-temannya tidak tau kalau dia dekat dengan saya. Teman-teman saya, ya jelas tau lah. Katanya, sorot mata kami mengisyaratkan sesuatu yang berbeda, bahwa sesuatu pasti telah terjadi diantara kami. Orang-orang mungkin lambat laun mengetahui 'sesuatu' tentang kami. Ketawa aja lah kalau saya mengingat masa itu.

Hubungan kami tidak berjalan lama. Ya seperti itulah. Kami masih bisa berteman sekarang, tapi seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami. Mungkin dia tidak akan pernah mengakui kejadian beberapa tahun lalu yang pernah dia lalui dengan saya."

PS.

Dia menginsipirasi saya menulis kisah sembunyi-sembunyi ini. But now, I'm 1000% over her, tenang saja hehe. Pesannya tidak lagi membuat saya berdebar, melihat fotonya juga apalagi.

Kalau diingat, rasanya saya sudah lama sekali tidak jatuh cinta. Sudah lama tidak merasakan sensasi berdebar saat dekat dengan seseorang. Rindu juga ya ingin jatuh cinta lagi. #hahataekklah


Kapan kalian terakhir jatuh cinta?

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang