First-6

3.2K 342 22
                                    

Wadaw adalah kata yang menggambarkan chapter ini dari saya. Enjoy!

Ps. Beritahu saya nanti, kata apa yang menggambarkan chapter ini.



3rd person's pov

Kate mulai menegakkan badannya setelah merasakan guncangan pada bahunya.

"Astaga Kate, kamu mabuk?"

Kate tersenyum dan mengerjapkan matanya beberapa kali memperjelas pandangannya pada wanita cantik sedang berdiri disampingnya itu.

"Hai, cantik. Udah haha hihi nya sama mantan terindah kamu itu?" Kate mulai tertawa lagi, sepertinya pengaruh alkohol sudah benar-benar menguasainya.

"Iya kamu mabuk. Ayo balik ke kamar." Anes merangkul bahu Kate, berusaha membawa gadis itu keluar meinggalkan acara yang masih meriah.

"Ih mau ngapain ke kamar? Kamu mau mesumin aku ya? Ih nakal." Kate mengarahkan tangannya ke depan dadanya sendiri, seolah menutupi bagian pribadinya dari Anes.

Anes yang melihat kelakuan Kate hanya bisa memutar malas bola matanya. Sambil terus berusaha menahan berat badan Kate menuju ke kamarnya. Dia memutuskan membawa Kate kedalam kamarnya karena dia tidak menemukan kunci kamar Kate di saku pakaiannya.

Saat baru saja masuk kamar dan menutup pintu, Kate mendorong bahu Anes hingga mundur kebelakang beberapa langkah.

"Lepasin aku. Aku masih marah sama kamu."

"Kamu mabuk Kate. Astaga, kenapa kamu bisa semabuk ini sih?" Anes melepas sepatu hak tingginya dan meletakkannya disamping pintu.

"Itu karena kamu sibuk ketawa sama mantan kamu yang jelek itu tau."

Anes mengerutkan keningnya. Lalu kenapa kalau dia tertawa bersama dengan Devon? Tunggu dulu. Apa dia cemburu?

Anes berjalan mendekati Kate yang berdiri membelakanginya, "Kamu cemburu?"

Tubuh Kate berbalik menghadap Anes. "Iya aku cemburu. Lihat diri kamu. Kamu mempesona. Aku benci lihat mata-mata brengsek mereka memandang bahu dan punggung kamu dengan penuh air liur, Nes."

Tangan Kate berusaha meraih kedua tangan Anes dan mengenggamnya, "I think like, I want to tell them to go fucking yourself when they try flirting with you."

"And now, just looking at you. I wish that I could ripped off your fucking gorgeous dress. It fucking tempting. Can you see that?"

"You are drunk." Anes berusaha melepaskan genggaman tangan Kate, matanya tidak berani melihat wajah Kate.

"No, i'm not. I'm a professional, and i not drunk, you know." Kate menaikkan tangannya menyentuh rahang Anes, memajukan wajahnya hingga kening mereka bertemu. "You are so beautiful."

"What are you doing?" Anes mencoba menahan bahu Kate, wajahnya melihat kearah samping.

"Something that I should have done a long, long time ago." Jari Kate mengarahkan wajah Anes untuk melihat kearahnya. Dia berbisik tepat didepan bibir Anes, matanya memandang lurus kedua mata gadis itu.

"You are drunk." Bibir Kate tersenyum sebelum mempertemukan kedua bibir mereka. Mencium bibirnya dengan lembut merasakan kedua belah bibir berisi Anes.

Kate mulai mendorong tubuh Anes, bibirnya masih bergerak memberikan pagutan pada bibir Anes. Kaki mereka berhenti saat pinggang Anes membentur nakas dibelakangnya.

"Stop it Kate. Just stop it." Anes masih berusaha keluar dari serangan si gadis mabuk di depannya saat bibir mereka akhirnya terpisah.

"I don't want to stop." Kate kembali memajukan bibirnya. Mencium Anes dengan tidak sabar. Kini tangannya melingkari punggung Anes, berusaha melepas ikatan dress yang ada dibelakang punggungnya.

"W-wait, K-kate. H-hold o-on." Anes berusaha mendorong tubuh Kate yang menempel didepannya. Tapi percuma, kekuatan Kate lebih besar darinya.

Setelah dirasa dress Anes mulai melonggar, Kate berhenti mencium Anes dengan mengigit bibir bawah Anes dan menarik bibirnya sensual. Kate kembali memandang gadis didepannya dengan wajah memerah.

Tangannya bergerak hendak merobek kain gaun pada bagian dada Anes, tapi ditahan oleh Anes. "Jangan, Kate. Dress ini mahal."

Suara tawa Kate memenuhi ruangan ini, "Aku bisa beliin gaun lain buat kamu. Gaun yang nggak harus menampilkan tubuh indah kamu sama orang lain." Kedua tangannya bergerak membuat beberapa jahitan yang menutupi dada Anes terkoyak. Kate menyeringai melihat hasil perbuatannya.

Anes menegakkan kepalanya memandang mata Kate yang sudah menggelap. "Kamu nggak akan ingat semua ini setelah kamu bangun besok, Kate."

"I. Fucking. Love. You." Kate berbisik tepat didepan telinga Anes, bibirnya turun menciumi leher terbuka Anes, terus turun hingga puncak dadanya, meninggalkan beberapa bekas merah.

Anes menggigit bibir bawahnya, menahan sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan suara apapun. Kate meraih lengan Anes dan melingkarkannya dilehernya sendiri. Wajahnya kembali naik, hidungnya bertahan dileher Anes.

"Mmm. You smell amazing."

Tangannya berpindah menuruni bahu dan berakhir di dada sebelah kanan Anes, menggenggamnya.

"Can i?" kini mata Kate bertemu dengan iris cokelat Anes yang terpejam.

Anes mulai membuka matanya dan menggelengkan kepala, "Kate."

"Ssssh." Kate mulai menciumi Anes dengan lebih agresif, menolak setiap kata tidak yang dikeluarkan Anes.

Jemari Anes menyusup menggenggam helaian rambut Kate, merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pada akhirnya Anes membalas setiap gerakan bibir yang Kate berikan pada bibirnya.
Kedua kening mereka saling bersentuhan, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya setelah bibir mereka berhenti menggila. Pandangan mata mereka saling bertemu, "I want to feel you, Anes. I want you."

Masih dengan nafas berat, tangan Anes terulur meraih kerah jas Kate dan menanggalkannya. Dia telah dibutakan.

Kate tersenyum melihat perbuatan Anes dan menaikkan gadis itu keatas meja dibelakangnya. Mencumbunya, saling bertukar cairan, merasakan lekuk-lekuk tubuh mereka menyatu.

Their bodies was on fire. Overwhelmed with a burning desire.




Duh, Nes. Ntar kalau ditinggalin sama Kate begimane?


And be ready for the last chap!

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang