Family

3.1K 250 16
                                    

Dibuat pada Selasa, 11 Juni 2019.


Malam ini, aku sama sekali tidak bisa terlelap. Untuk menutup kelopak mataku saja rasanya sangat berat. Pikiranku terlalu sibuk melalang buana. Terlalu sibuk memikirkan situasiku sekarang. Bagaimana bisa aku menjalin hubungan dengan 'keponakan'ku sendiri? Well, lebih tepatnya adalah saudara jauh, sangat jauh. Tapi tetap saja aku menyandang gelar 'tante' nya kan?

Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya ada didalam silsilah keluarga? Atau mungkin karena memang aku yang masa bodoh dan jarang pulang? Sedari tadi selama duduk dibangku panjang dekat kolam renang, helaan nafas tidak terhenti terhembus dari lubang hidungku.

Satu pertanyaan yang terus terulang dan mengusik pikiranku. Bagaimana bisa aku berakhir menyukai keponakan-saudara-jauh-ku?

Hmm, jadi seperti ini adegannya. Kakek buyutku ini memiliki 4 orang anak. Dari 4 orang ini memperanakan 10 anak.

Kakekku adalah anak keempat dari 10 bersaudara itu. Dari kakekku menghasilkan 3 orang anak. Mamaku adalah anak nomor 2. Dan disinilah aku tercipta.

Tolong jangan tanya berapa total anak-anak dari saudara-saudara mama itu. Pokoknya banyak sekali.

Berhubung banyaknya anggota keluarga yang berhubungan dengan Kakek buyut itu, ada yang berinisiatif untuk membuat suatu perkumpulan keluarga disetiap libur Lebaran. Hitung-hitung silahturahmi.

Aku? Sudah jarang sekali mendatangi acara seperti itu, lebih tepatnya menghindari. Menghindari basa-basi, menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sama disetiap tahunnya. 

Mungkin terakhir aku mendatangi acara itu saat aku masih terikat tinggal bersama kedua orang tuaku. Sekarang aku sudah tinggal sendiri dan orang tuaku juga tidak pernah memaksaku ikut bersama mereka. Thank God!

Nah, dimana si 'keponakan'ku itu terlahir? Dia ada diantara salah satu cicit dari 9 saudara kakek tadi. Secara garis keluarga, aku yang menyandang gelar 'tante' padahal sebenarnya umur kami tidak terpaut jauh. Sedikit rumit kan? Bingung tidak? Semoga kalian paham dengan pohon keluargaku ini.

Setelah beberapa bulan menjalin hubungan dengannya, lusa kemarin kami sama-sama pamit untuk menghadiri acara keluarga. Dan yang sudah kalian ketahui, kami dipertemukan dan diperkenalkan kembali sebagai sepasang Tante-Keponakan.

Ingat sekali sewaktu Mamanya mendekati kami dan memperkenalkan anaknya padaku. Mataku membulat, matanya juga membulat. Kami tersenyum kikuk! Saling menjabat tangan seperti tidak mengenal satu sama lain. Weuw!

Dan sesudah itu aku menjauh sebisa mungkin menghindari kontak mata dengannya. Saat aku merasakan dia akan mendekatiku, aku segera menyibukan diri dengan yang lain. Fuck my life.

Merasa lelah dengan otakku yang tidak mau berhenti memikirkan tragedi itu. Kepalaku bersandar pada punggung bangku, menengadahkan kepala menatap langit gelap yang dihiasi dengan sedikit bintang. Kelopak mataku terpejam merasakan hembusan angin dingin menyapu kulitku. Tapi hal itu tidak lama berlangsung saat ku dengar langkah kaki mendekat.

"Nggak bisa tidur?" suara lembut Claudia menyapaku, diikuti dengan tubuhnya yang ikut mengisi tempat kosong disebelahku.

Mendengar suaranya membuatku membuka kelopak mata, tanpa menoleh padanya aku hanya berguman dan menganggukkan kepala. Mataku berfokus pada langit, mencari lebih banyak bintang yang bisa terlihat oleh penglihatanku.

Kini bahuku terasa berat, tanpa berpaling padanya, kurasakan Claudia menyandarkan kepalanya pada bahu kananku. Tangannya menyusup pada sela-sela jemari tanganku, menyatukan tangan kami.

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang