Welcome back! Awalnya nggak kepikiran mau nulis kisahnya Dom-Gisele lagi. Tapi ya sudah, enjoy ya!
17.15
Motorku sore ini sudah terarah ke rumah perempuan yang sekarang sudah bisa aku sebut pacar. Ini sudah hari ketiga, Gisele tidak mau aku ditemui. Alasannya karena ada urusan lain, apa lah, dan begitulah. Bukannya aku tidak mempercayainya ya? Hanya saja ada perasaan tidak enak didalam hati ini.
Dan alasan terkuatku adalah karena aku rindu untuk melihat wajahnya, bertatapan langsung dengannya. Ya sudah, jadilah sore ini setelah pulang dari kantor, aku langsung melaju ke rumah pacar aku yang tercinta itu.
Setelah menyapa bapak satpam didepan, aku langsung memasuki kawasan perumahan menuju rumah bernomer 22. Rumah Gisele terlihat sepi dari sini, bahkan lampu depannya saja belum dihidupkan. Padahal ini sudah masuk ke jam-jam matahari terbenam.
Apa dia sedang keluar ya? Atau aku pulang saja? Ah sudahlah, sudah sampai disini juga kan. Mubazir bensin kalau kata Bang Juki mah, ehe.
Tanganku mengetuk pintu rumahnya beberapa kali dan digantikan dengan pencetan bel yang tidak kunjung ada respon. Dan aku memutuskan untuk membuka pintu didepanku ini. Tidak terkunci. Itu berarti Gisele berada dirumah.
Kakiku melangkah menyusuri ruangan dirumah ini sambil memanggil nama pemilik rumah yang masih tidak ada jawaban.
Keningku berkerut, kemanakah gerangan si pujaan hati? Hanya ada satu ruangan yang belum aku periksa, kamar Gisele. Tanganku kembali meraih knop pintu dan terlihatlah disana, Gisele terduduk diatas ranjangnya. Masih menggunakan piyama biru bermotif doraemon.
"Kamu jam segini pakai piyama udah mau tidur?" Kaget karena mendengarkan suaraku, badan Gisele yang sedari tadi menyamping langsung menghadapkan kepalanya kearahku.
"Dom? Kok kamu disini?" Mataku tertuju pada wajahnya yang sayu dan hidungnya yang memerah.
"Kamu sakit?" aku pun mendekat kearahnya, ingin memeriksa keadaanya, namun Gisele langsung masuk kedalam selimutnya sesudah berkata, "Jangan ngedeket! Nanti kamu ketularan."
Otomatis alisku terangkat, sudut bibirku tertarik membentuk senyuman. Ya ampun! Ini alasannya nggak mau aku temui? Gisele, Gisele, pacar aku ini lucu banget sih. Mataku teralihkan pada beberapa strip obat-obatan dan juga tisu-tisu yang berserakan diatas nakas disamping tempat tidurnya.
Kakiku mendekat dan duduk disampingnya. "Jadi ini alasan kamu nggak mau aku temuin? Kenapa nggak bilang aja kalau kamu sakit? Aku kan bisa ngerawat kamu, Gisele."
Gisele beralih menatapku dengan selimut yang masih menutupi hidung sampai kakinya. Aku tersenyum menatapnya, tanganku bergerak kerarah keningnya yang langsung disentak oleh Gisele, "Jangan Dom, nanti kamu ketularan."
Aku tersenyum, lagi, melihat tingkahnya. Mengabaikan perkataannya, tanganku masih tetap bergerak menyentuh kening dan lehernya yang berada dibalik selimut, "Badan kamu anget, udah makan?"
Gisele menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, "Aku pesenin makanan ya?" dan sekarang dia hanya menganggukkan kepala.
Setelah memesan makanan lewat aplikasi online, aku kembali memperhatikan Gisele yang masih keukeuh untuk memegang selimutnya, menutupi hidung dan mulutnya.
"Kamu kenapa sih? Takut banget aku ketularan? Gisele, kamu itu cuma demam sama flu." Gisele hanya menggeleng, lagi, untuk kesekian kalinya hari ini.
Tak berapa lama, pesananku datang. Aku memesan sop ayam dan jahe hangat untuk Gisele. Sungguh disayangkan karena aku tidak bisa memasak untuk orang yang kusayangi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi (Short Story)
Cerita PendekPeringatan! Cerita ini mengandung lesbianism. Read at your own risk. Kisah tentang mereka mungkin lebih menyenangkan untuk diceritakan. Tapi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Akan jauh lebih hebat. Percayalah. Cinta kita akan mengguncangka...