Tepat pukul 5 sore, aku sudah berada di bandara. Helaan nafas lega tak terasa ku hembuskan begitu saja, setelah sekian jam lamanya menempuh perjalanan udara. Perjalanan kali ini terasa begitu melelahkan tapi juga terasa begitu membahagiakan. Bahagia, karena akhirnya aku kembali pulang ke kotaku. Kota kelahiran yang begitu sangat aku rindukan, tepatnya aku rindu ibuku.
Aku pulang setelah 3 tahun dinas menjalankan tugas negara. Aku merindukan masakan ibuku, aku merindukan pelukan hangatnya, merindukan jemarinya mengusap rambutku, bahkan aku merindukan saat-saat berdebat dengannya.
Ibu adalah sosok yang sangat hangat, pintar masak, dan yang paling penting, ibu mempunyai wawasan yang sangat luas, termasuk dalam kategori ibu modern dan selalu up to date padahal umur ibu sudah memasuki lebih dari setengah abad, beliau tidak pernah mau ketinggalan informasi.
Itu yang menyebabkan aku suka bertukar pendapat dan berdebat tentang masalah apa saja. Apalagi jika sudah membicarakan masalah sistem pemerintahan negara ini, ibu tidak akan mau kalah.
Aku merogoh kantong celana sampingku. Mengambil ponsel pintarku, mengecek aplikasi transportasi online yang sudah kupesan sejak mendarat tadi. Aku tidak memberitahukan kepulanganku pada Ibu, aku ingin memberikan kejutan padanya. Ibu pasti sangat terkejut nanti. Selama aku dinas, Ibu tinggal bersama satu asisten rumah tangga dan satu orang yang mengurus pekarangan rumah yang kadang juga merangkap sebagai sopir kami.
Ibu sangat suka berkebun, bangunan rumah kami tidak terlalu besar hanya satu lantai tapi kami memiliki halaman depan yang mungkin cukup untuk parkir 3 sampai 4 mobil, sedangkan halaman belakang menjadi tempat ibu berkreasi memanam bunga, buah, dan sayuran. Ibu merupakan seorang pensiunan pegawai pajak, sehingga berkebun dipilih untuk mengusir kebosanan. Kalau kalian bertanya-tanya dimana kakak atau adikku, aku seorang anak tunggal. Ibu pernah hamil calon adikku 2 kali tapi harus gugur sebelum waktunya, dan menyebabkan rahim Ibu harus diangkat. Ayahku sudah dipanggil Tuhan terlebih dahulu saat aku menginjak sekolah kemiliteran.
Ayahku berpangkat Mayor sebelum beliau meninggal. Ayah sungguh menginspirasi aku untuk mengabdi pada negara. Beliau sungguh gagah dengan seragam loreng hijaunya, apalagi pakaian dinas resminya.
Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya kaki ku menapaki depan pagar rumah yang sudah 3 tahun ini aku tinggalkan. Aku membuka pagar dengan perlahan, rumah terlihat sepi dari luar aku berdiri. Kadang aku berpikir, apa ibu merasa kesepian dirumah, atau bagaimana. Hhhh aku jadi merasa bersalah, tapi bagaimana lagi, aku punya kewajiban yang harus aku jalankan pada negara ini.
Aku sudah berada diruang tamu dan berpapasan dengan Bi Yan, aku langsung menaruh jari telunjukku di depan bibir mengisyaratkan agar Bi Yan tidak bersuara. Bahaya kan kalau Bi Yan sampai berteriak, nanti surprise ku failed wkw.
Bi Yan langsung memelukku erat, akupun membalasnya tak kalah erat. Bi Yan sudah bersama kami sejak aku berumur 3 tahun, Bi Yan juga sudah merawatku saat Ayah dan Ibu berpergiaan.
"Non, kapan pulang? Kok ndak kabar-kabar sih?" tanya Bi Yan dengan logat jawa kental, setelah melepaskan pelukkannya
"Baru sore ini, Bi Yan. Bi Yan makin cantik aja sih." aku tersenyum jail menggoda Bi Yan yang seketika langsung menepuk lenganku
"Non ini baru pulang udah ngegodain aja sih, sini tasnya bibi bawain ke kamar non." Bi Yan mengulurkan tangannya untuk mengambil tas besar di tangan kananku
"Hehehe, Ibu dimana Bi?" sambil memberikan tasku, aku melihat sekeliling karena tidak melihat Ibu, biasanya jam-jam segini Ibu sudah berada di dapur membantu Bi Yan menyiapkan makan malam.
"Tadi sih terakhir bibi liat Ibu masuk kamar non, kecapekan kayaknya non. Dari kemaren Ibu semangat banget benahin kebun, mau bibi panggilin non?"
"Oh ya? Nggak usah Bi, aku kan mau kasih kejutan ke Ibu. Aku ke kamar Ibu dulu ya Bi." Kakiku mulai melangkah melewati ruang keluarga, kamar Ibu ada disebelah ujung ruang keluarga, sedangkan kamarku ada sedikit dibelakang melewati ruang kerja yang dulu biasa Ayah gunakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kompilasi (Short Story)
Short StoryPeringatan! Cerita ini mengandung lesbianism. Read at your own risk. Kisah tentang mereka mungkin lebih menyenangkan untuk diceritakan. Tapi kisah tentangmu, tentangku, tentang kita. Akan jauh lebih hebat. Percayalah. Cinta kita akan mengguncangka...