Lantai 12-2

2.3K 287 12
                                    

Kalian yang punya kendaran pribadi, jangan lupa di service dan dirawat ya.

Selamat membaca!


Acaraku malam ini untuk rebahan tanpa membawa pulang kerjaan akhirnya dapat ter-realisasikan juga. Setelah minggu ini sudah bekerja ugal-ugalan untuk mengejar laporan akhir bulan yang mendekati tenggang waktu. Jariku sejak tadi sudah menekan angka 12, lantai apartemen dimana aku tinggal. Apartemen berlantai 15 ini baru bisa aku cicil mulai 2 tahun lalu. Fyi, kamarku memiliki pemandangan yang langsung tertuju pada taman kota. Melihat pohon rindang hijau agaknya diperlukan oleh tubuhku. Agar aku juga tidak stres sih.

Ding!

Lampu warna merah pada tombol sudah tepat berhenti di angka 12. Kepalaku yang tertunduk karena sedari tadi bermain ponsel perlahan terangkat diiringi dengan pintu lift yang terbuka secara perlahan-lahan.

Alisku terangkat sesaat setelah melihat ke depan. Melihat sesosok manusia yang beberapa hari lalu bertukar sapa denganku.

Dania?

Senyuman sumringah diperlihatkan oleh perempuan berpagar gigi itu. Tampak sama terkejutnya sepertiku yang bisa dipertemukan lagi. Dari beberapa hari lalu aku baru tersadar akan sesuatu. Kenapa ya senyumannya terasa tidak asing?

"Hei, Maya? Kamu tinggal disini?" Dania menyapaku sambil masuk ke dalam kotak bermesin bernama lift ini.

Aku mengangguk masih berdiri memperhatikannya, "Iya. Kamu juga?"

"Yups, lantai berapa?" Sesaat setelah pertanyaannya terlontar, pintu lift mulai tertutup kembali.

Seperti tersadar, aku langsung mengulurkan tangan untuk meraih pintu lift, menahannya agar tetap terbuka. Tetapi tertahan oleh tangan Dania yang menarik kembali lenganku.

"Hei, what are you doing? Bahaya ya."

Aku hanya bisa menghembuskan nafasku karena pintu lift sudah tertutup dan turun ke lantai bawah.

"Aku tinggal dilantai 12."

"Ohhhh, terus kenapa nggak keluar tadi?" Dania menyandarkan punggungnya kebelakang, badannya menghadap kearahku.

Dengan nada sebal yang entah datang dari mana, ku jawab, "Ya kamu ngajak ngomong sih."

Kedua alis Dania terangkat, sambil berekspresi menahan tawa, "What? Kamu lucu deh. Eh iya aku juga dilantai 12 lho. Kok kita nggak pernah berpapasan ya?"

"Oh ya? Kamu sudah berapa lama tinggal disini?"

"Hmm, baru 5 bulan lalu aku pindah. Temen aku udah nggakmau memperpanjang sewanya, yaudah aku ambil aja."

"Ohh."

Ding!

Pandanganku teralihkan pada tombol angka yang sudah berubah merah. Sudah sampai lobby ternyata.

Kaki Dania sudah akan melangkah keluar tapi kutahan, "Kamu, mau pergi kemana?"

Entah mendapat keberanian dari mana aku bisa melontarkan pertanyaan itu. Kenapa juga aku bertanya? Ugh.

Alisnya terangkat memandangku heran, "Mau ke kofisyop."

"Oh oke." Bodohnya!

Kini sebelum pintu lift tertutup, giliran Dania yang menahannya. "Maya, kamu suka makan cookies tidak?"

Kepalaku mengangguk sebagai respon, setelah itu Dania mengambil ponsel yang sedari tadi kugenggam. Tangannya mengetikkan sesuatu.

"Ini, sekarang kita punya nomor masing-masing. Kapan-kapan mampir, akan aku buatkan cookies terenak yang pernah kamu makan."

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang