CS-1

6.3K 433 11
                                    

Shalom everybody! Akhirnya setelah sekian lama ada juga cerita yang mengendap diotak. Wuhuuu! Semoga suka ya! Happy reading!

10.50

‘Nomor B20 silahkan ke Customer Service nomor 5’
‘Nomor B20 silahkan ke Customer Service nomor 5’

Mataku terarah pada kertas putih kecil yang berada ditanganku, sudut bibirku tidak bisa aku tahan untuk tidak tertarik ke atas saat ini. Aku menutup mataku sekejap sebelum menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan.

Yak. Ini dia.

Aku bangkit dari dudukku, wajahku memandang meja Customer Service bernomor 5. Disana, wanita dengan seragam khas bank dengan dominasi warna orange dan hitam berdiri menanti customer bernomor B20. Its me.

Argh, aku tidak bisa menyembunyikan senyumanku sekarang. Wanita itu, dengan rambut yang dibuat cepol rapi keatas, wajahnya dihiasi make up yang tidak terlalu tebal. Penampilannya tidak pernah gagal membuatku terpaku.

“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?” Wanita itu berdiri dan menyapa seperti yang biasa dilakukan oleh CS di bank.

Aku tersenyum dan langsung duduk dikursi, kedua tanganku berpangku pada meja didepannya.

“Kamu mau tidak makan siang sama aku?” mataku tak lepas memandangnya, keningnya berkerut, dan matanya melebar mendengarkan kalimat yang terlontar dariku.

“Tolong jangan buang-buang waktu dengan datang kesini dan menanyakan hal yang tidak berhubungan apapun dengan bank ini.” wajahnya mengisyaratkan keseriusan memandangku.

“Tapi cuma ini cara aku supaya bisa ngobrol sama kamu, Gisele.” aku mencondongkan tubuhku mendekat padanya, mataku melirik sekilas pada name tag yang ada di dada sebelah kanannya.

Really? Bahkan kamu nggak punya rekening di bank ini. Jangan main-main.”

“Okay kalau gitu, kali ini aku mau buka rekening sekarang.” Punggungku kembali aku sandarkan pada kursi

Dia menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba bersikap profesional, “Boleh liat KTP nya?”

Aku mengangguk dan mengambil KTP dari dompet lalu menaruhnya diatas meja. Tapi sebelum tangannya sempat mengambil KTP ku, tanganku dengan lebih cepat mengambil kembali KTP itu.

“Tapi sebelum itu, kamu mau kan lunch sama aku?”

Wajahnya berubah kesal, matanya melihat kesekeliling sebelum melihatku dan mencondongkan badannya kearahku, “Mending kamu pergi aja kalau cuma mau main-main, ada banyak customer yang harus aku layani disini, mengerti?”

Fine.” Aku kembali menyerahkan KTP ku padanya.

Mataku memandang jemari panjangnya yang masih mengetik diatas keyboard, wajahnya terlihat fokus pada layar komputer didepannya. Aku hanya memandangnya dalam diam. Sesekali dia melirik kearahku. Dan aku mulai tidak tahan dengan keheningan ini.

You know what? Sekarang kamu udah tau nama lengkap aku, alamat aku, pekerjaan aku, bahkan nomor ponselku. Tapi aku belum tau apapun tentang kamu selain nama dan pekerjaan. It’s not fair.”

Dia menaikan sebelah alisnya memandangku dan berhenti mengetik, “It’s my job. Denger ya, bukan aku yang mau tau nama lengkap, alamat rumah, pekerjaan, dan nomor ponsel kamu. Okay?”

Aku hanya bisa mengerucutkan bibirku sebal mendengarkan jawabannya.

“Lagian kamu kenapa sih datang kesini setiap minggu hanya untuk mengajak makan siang. Kita bahkan tidak saling mengenal.” tangannya menyerahkan form yang harus aku isi.

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang