Family #2

1.4K 116 13
                                    

Stuck di Ocean karena next chapternya agak *uhuk*, eh malah ngelanjutin nulis si cewe tato. Yasudah deh, selamat membaca!


"Mikha ikut aku bentar deh." Tanpa menunggu persetujuanku, Claudia langsung saja menarik tanganku. Gelas kecil berisi eskrim yang masih setengah habis, terpaksa harus ku taruh kembali. Tubuhku mengikutinya entah kemana, padahal aku sedang asik-asiknya bernostalgia menikmati eskrim spesial yang hanya dibuat saat ada acara keluarga seperti ini.

Setelah celingak-celinguk melihat kanan kiri memastikan tidak ada orang yang melihat kami. Claudia mendorongku masuk ke ruangan sempit bernama kamar mandi dan mengunci pintunya.

"Oke, kenapa kamu membawaku ke kamar mandi?"

"Ssst diem aja. Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu." Kami berdiri berhadapan di depan wastafel bercermin besar. Aku menghadap cermin dan Claudia memunggunginya.

Claudia mulai melepas kancing kemeja yang dia pakai. Aku yang melihat itu mulai panik dan menutupi pandanganku dengan telapak tangan. "Wow, wow, wow, apa yang sedang kamu lakukan, Clau?"

"Hiss, liat sini."

"Udah aman?"

"Aman." Dengan sedikit tertawa, Claudia menggerakan tanganku agar pandanganku tidak tertutupi lagi.

"Oke?" Perlahan kubuka kedua mataku dan dihadapanku berdiri Claudia tanpa kain apapun yang menutupi bagian atas tubuhnya. Ralat, tubuh atasnya tidak sepenuhnya terbuka, masih ada tangan Claudia yang menutupi buah dadanya.

"Aku buat tato! Ini, portrait foto kita waktu itu." Claudia menunjukkan tato kecil dibawah payudara kanannya. Tidak akan terlihat jika tidak benar-benar ditunjukkan oleh si pemilik tato. Jika memakai bra pun sepertinya akan tertutup. Suaranya terdengar seperti anak kecil yang menunjukkan nilai A pada orangtuanya. Dia yang kegirangan, aku yang was-was!

"Wh- Oh my God! Gila kamu ya? Di keluarga kita aja yang punya tato Cuma aku, dan kamu tau gimana tanggapan mereka sama tato. Gimana kalau sampai orang tua kamu tau? Nanti mereka pasti bawa-bawa namaku deh. Yaampun. Nggak tau lagi. Wah, wah."

Aku menutupi mukaku lagi, entah apa yang akan terjadi setelah ini. Setelah orangtuanya tau, setelah seluruh keluarga tau. Mungkinkah aku akan dinyinyir karena memberikan pengaruh buruk? Padahal aku saja tidak tau menahu tentang pembuatan tato Claudia. Wait, kenapa aku jadi ketakutan berlebihan dan tidak masuk akal seperti ini???

"Hei, hei, hei, relaks. Mikha lihat aku." Tangannya berusaha menarik tanganku, setelah itu Claudia menangkup kedua pipiku.

"Oke, aku jelasin dulu. Pertama ini temporary, paling cuma sebulan juga udah ilang. Lagian kan tatonya juga tersembunyi, nggak akan ada yang tau. Kecuali kalau ada yang liat aku lagi telanjang. Lagian kenapa kamu jadi ketakutan gitu sih? Kan keluarga kita nggak tau kita deket. Mereka aja taunya kita kenalan baru hari ini, sayang! Jadi, aku mau minta pendapat kamu dulu. Baru nanti aku permanenin. Gitu. Gimana menurutmu?"

Claudia menjelaskan panjang lebar tapi aku malah terfokus pada buah dadanya yang kini terpampang bebas, "Ohh...ke? Ngomongin soal telanjang, Clau. Wow, Clau, you have beautiful twins."

"Shit." Claudia tiba-tiba langsung memelukku, menyembunyikan bagian depan tubuhnya.

"Dih kok malah peluk aku sih?"

"Kamu kan jadi nggak bisa liat my "twins"."

Tanganku mengangkat wajahnya agar pandangan kami bertemu, "Haha, nggak usah malu. Punyamu bagus kok." Mataku mengerling padanya diakhir kalimat.

Setelah itu, Claudia kembali menyembunyikan wajahnya yang memerah, "Ish, Mikha!"

Lenganku kini melingkari tubuhnya, melihat pantulan diri ku dan Claudia dari cermin. Seutas senyum terukir di bibirku menyadari betapa menariknya hubungan kami saat ini. Betapa menyenangkannya merasakan kulit tanganku menyentuh kulit punggungnya. Betapa nyamannya berada didekat perempuan ini.

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang