Lantai 12-Final

2.6K 264 9
                                    

Tidak pernah menghabisakan waktu selama ini untuk saya menyelesaikan sebuah tulisan, ya ampun. Maklum yah? 

Belum menemukan soundtrack yang tepat merupakan salah satu faktornya, tp karena saya sibuk #mengejarrupiah juga sih hehe. 

Okay, langsung saja ke tkp. Semoga tidak lupa jalan ceritanya. Enjoy!


"Kamu ada masalah apa sih, May? Cerita dong sama aku." Itu suara Chiara. Siang ini, kami janjian untuk makan siang bersama di restoran dekat dengan kantorku.

Eh wait! Astaga! Kenapa aku bisa melupakan fakta kalau Dania pernah menghadiri pesta pernikahan Chiara? Berarti ada kemungkinan Chiara kenal Dania dong?

"Ra, saat resepsi pernikahanmu, ada undangan bernama Dania. Katanya dia salah satu kolega Soni. Kamu mengenalnya?"

Ekspresi Chiara seketika berubah, terkejut lebih tepatnya. "Kamu, kamu bertemu dengan Dania?"

"Iya, Ra. Dan anehnya dia terasa sangat tidak asing buatku. Aneh sekali kan, Ra? Apa kamu mungkin mengenal Dania? Aku harus tau siapa dia sebenarnya, Ra." Aku mencercanya dengan banyak pertanyaan dengan tidak sabar.

Chiara menghembuskan nafasnya berat, matanya melihatku prihatin, penuh kesedihan dan kecemasan.

"Namanya Daniella Arditho. Kamu benar-benar tidak ingat?"

Kepalaku menunduk, mataku bergerak ke segala arah, mencoba mengingat nama Daniella yang pernah hadir dalam hidupku. Nihil, jawabannya nihil. Aku tidak ingat. Sama sekali!

Kepalaku menggeleng sebagai respon dan dibalas dengan hembusan nafas berat lagi dari Chiara.

"Oke, mungkin memang ini saatnya kamu harus tau. Beberapa tahun lalu kamu didiagnosa Disasotive Amnesia, May. Entah trauma apa yang menyebabkan kamu melupakan kisahmu dengannya."

Keningku berkerut, aku? Menderita amnesia? Aku? "Amnesia? Dan kisah apa yang kamu maksud? Sama siapa?"

"Iya, sama Dania, May."

"Maksudnya?"

"Kamu menderita Amnesia, Maya. Kamu tidak akan ingat. Yang harus kamu tau, sejak saat itu, Dania seolah menghilang dari duniamu. Aku tidak pernah melihat dia lagi. Dan yang aku tidak paham adalah kenapa dia tidak pernah datang untuk menemuimu. Lebih baik kamu bicarakan baik-baik dengannya, May. Untuk lebih menemukan jawaban pastinya. Karena dia satu-satunya orang yang bisa ngasih tau kamu semuanya."

Bahuku terangkat, mataku memandang ke bawah, "Aku tidak tahu, Ra. Setelah apa yang aku katakan, apa dia masih mau menemuiku?"

Tangan Chiara meraih kedua telapak tanganku, memberikan kekuatan. Tatapannya begitu serius, "Kamu mencintainya, May? Apa kamu ingat kamu pernah mencintainya?"

"Aku tidak ingat, Ra. Tapi aku merasakan perasaan hangat ini saat bersamanya."

"Untuk sekarang, tidak usah perdulikan apakah kamu mengingat kisahmu dengannya. Yang terpenting sekarang adalah, kamu mencintainya. Kalian sama-sama jatuh cinta. Kamu harus bicara dengannya, May. Sebelum terlambat."

***

Sedari sepuluh menit yang lalu aku mulai mengawasi wanita yang duduk seorang diri dipojokan kofisyop apartemen. Sesaat setelah menerima orderan es kopinya, wanita itu telah disibukkan dengan ponselnya. Jari jemari itu tidak lepas dari ponsel dalam genggamannya.

Mungkin sudah saatnya aku bergerak, aku sangat ingin mengenal wanita yang katanya dulu sangat aku kasihi. Dengan bermodalkan cup kopi panas dalam tanganku, aku melangkah mendekatinya.

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang