Eyes-4

2.2K 292 26
                                    

Di dalam ruangan putih ini, aku terduduk diatas ranjang khas rumah sakit. Sudah beberapa bulan setelah segala pemeriksaan dan operasi selesai dilakukan untuk mataku. Agar aku dapat melihat kembali, melihat cahaya dan warna.

Selama itu juga, aku tidak pernah mendengar kabar dari George. Aku masih bertanya-tanya. Kenapa setelah semua yang dia berikan, dia pergi begitu saja? Tanpa kata? I hate her, but I can't. I missed her, so much.

Mataku turun melihat benda yang melingkari pergelangan tangan kiriku. Gelang pemberian George ini tidak pernah meninggalkan tanganku setelah dipasangkan oleh George malam itu.

Saat pertama kali perban mataku dibuka, hal pertama yang ingin aku lihat adalah George. Tapi George tidak pernah muncul. Aku hanya bisa melihat pemberian terakhirnya ini. Aku sudah bisa melihatnya, George. Sekarang, aku mau melihat kamu. Kamu kemana?

Lamunanku dibuyarkan saat melihat Dokter Laura masuk ke dalam ruanganku dengan senyumannya. Jujur, Dokter Laura terlihat sangat cantik dengan rambut pendeknya. Selama menjalani proses ini juga, Dokter Laura lah yang menemaniku. "Hai, Tamara. Gimana keadaanmu sekarang?"

Aku membalas senyumannya dan menganggukkan kepalaku, "Lebih baik, Dok."

"Tamara, Saya ada sesuatu buat kamu." Tangan Dokter Laura terulur memberikan kertas berwarna putih seperti kertas foto berukuran 6R padaku, kedua alisku terangkat, bingung.

"Ini apa Dok?" tanyaku sambil mengambil kertas itu.

"Lihat bagian belakangnnya deh." Dan aku pun mengikuti perintahnya, tanganku membalikkan kertas itu dan ada foto seorang perempuan berkacamata yang sedang tersenyum menampilkan deretan giginya.

Mataku membulat saat menyadari kemungkinan yang terjadi. Tangan kiriku naik menutupi bibirku, hatiku berdetak kencang.

"I-ini G-george?" Dokter Laura tersenyum dan menganggukkan kepalanya menatapku.

Aku kembali melihat fotonya. Georgia, dia tidak jauh dari berbeda dari bayanganku. Rambutnya tergerai panjang dan indah, alisnya tebal, hidungnya mancung, bibirnya berwarna pink. Senyumannya lebar difoto itu memperlihatkan deretan giginya, Dan kacamata yang bertengger diwajahnya membuatnya sungguh menarik. George sungguh cantik. Aku tidak bisa menahan senyumanku, aku sungguh bahagia bisa mengenali sosoknya walaupun lewat foto.

Tangan Dokter Laura mengusap pundakku, dan menaruh kertas berwarna biru diatas pangkuanku, "Ini, ada sesuatu dari Georgia."

Aku menaruh foto yang sedari tadi ku genggam dan segera membuka kertas itu.

Dear Tamara,

How are you? Kalau kamu sudah membaca surat ini, itu artinya mata kamu sudah bisa melihat cahaya kembali. Setelah belasan tahun. Kamu pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa mendapatkan mata itu. Long story short, kamu ingat waktu kamu demam tinggi dan kubawa ke rumah sakit itu? Saat itu aku meminta bantuan Dokter Laura untuk memeriksa mata kamu juga.

Well sebenarnya bukan Laura juga yang meriksa kamu, karena dia bukan spesialis mata. Dan sejak saat itu, aku memasukkan nama kamu di waiting list calon penerima donor. Aku sangat berterimakasih pada Dokter Laura karena sudah membantu proses kamu untuk dapat melihat kembali.

Bagaimana rasanya dapat melihat warna dunia lagi, Tamara? Aku berharap aku bisa disana menemanimu. Tapi maaf ya, aku mengingkari janjiku waktu itu. Semua terasa berbeda setelah perasaanku terungkap. Sekali lagi aku minta maaf.

Aku nggak mau kamu terkungkung dalam sangkar beratas namakan balas budi. Dengan kamu yang sekarang, kamu bisa melihat dunia dengan lebih luas, Tamara. Dan aku nggak mau jadi beban karena kamu merasa harus balas budi ke aku. Aku nggak mau jadi beban buat kamu.

Aku nggak mau kamu membalas perasaan aku karena itu. Kamu bisa terbang bebas sekarang, Tamara. Cintailah orang yang benar-benar kamu cintai. Karena aku benar-benar tulus buat bantu kamu. Membantu kamu melihat dunia ini dengan lebih jelas. Aku bahagia.

Kamu adalah sosok yang sangat kuat, yang akan selalu aku kagumi. Itu kenapa hatiku jatuh untuk kamu. Sekarang, kamu harus berjanji untuk melebarkan sayapmu. Bersiap untuk terbang lebih tinggi lagi. Aku selalu berharap yang terbaik untuk kamu, my sweet angel.

With love,

Georgia.

Aku menggigit bagian bawah bibirku, sekuat tenaga menahan butiran bening yang akan tumpah. Georgia, kamu bodoh.


Ada yang inget Dokter Laura dari kisah yang mana?

Kompilasi (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang